Tag

, , , , ,

Bandung Mawardi

Apakah bibliografi? Aku sering membaca istilah bibliografi di pelbagai buku meski jarang ada kemauan mempelajari sejarah dan peran untuk agenda literasi di Indonesia. Dulu, aku tak peduli. Sekarang? Aku harus mengerti pelbagai hal berkaitan bibliografi. Ikhtiar dilakukan agar niat tak menguap. Ikhtiar itu mengantarku bertemu dengan Berita Bibliografi, terbitan Gunung Agung, Jakarta. Bibliografi untuk tahun 1961 ini digarap oleh tim redaksi, diketuai oleh Ali Amran.

IMG

Apakah bibliografi? Ada keterangan kecil: “… bibliografi dapat diartikan sebagai suatu penguraian atau gambaran tentang buku dengan djalan memberikan keterangan jang lengkap mengenai buku jang telah diterbitkan.” Pengertian ini sudah terang. Aku tak perlu merenung selama sepuluh tahun agar mendapat pengertian paling apik.

Bagaimana sejarah pembuatan bibliografi di Indonesia? Aku menemukan jawab. Mataku tak berkedip, hatiku berdebar, imajinasiku terbang ke masa lalu. Keterangan penting: “Usaha pertama kearah penjusunan bibliografi di Indonesia dilakukan oleh J.A. van der Chijs dalam bukunja Proeve Eener Ned. Indische Bibliographie van 1650-1870. Penjusunan bibliografi ini dikerdjakannja antara tahun 1864 sampai 1903 dan diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenshappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia sekarang. Tjetakan pertama dari bibliografi ini terbit dalam tahun1875 dan disusul dengan penerbitan dua suplemen dalam tahun 1888 dan 1903.”

Aku jadi perlu menghormati kerja dari pembuat bibliografi. Kerja selama puluhan tahun, menghasilkan daftar dan uraian buku. Pekerjaan ini mulia, membutuhkan ketekunan, kesabaran, keajaiban. Modal besar juga harus ada agar usaha penerbitan bibliografi memberi seribu faedah bagi publik.

IMG_0005

Di Indonesia, usaha menerbitkan bibliografi dilanjutkan oleh Gunung Agung: penerbit dan toko buku. Ada pembentukan divisi bernama bibliografi di struktur kerja Gunung Agung. Tugas divisi bibliografi: “mengumpulkan dan mendokumentasikan penerbitan-penerbitan terbaru berupa buku, pamplet, madjalah dan surat kabar jang diterbitkan di Indonesia.” Wah, pekerjaan besar. Aku kagum pada orang-orang di divisi bibliografi. Mereka tentu menjalani kerja dan hidup dengan nalar dokumentatif: tertib dan rapi. Apakah aku bisa?

Tujuan pembuatan bibliografi? Aku penasaran dengan kerja besar dari Gunung Agung, menerbitkan Berita Bibliografi secara rutin: bulanan dan tahunan. Tujuan penting: “Untuk mengetahui serta mengenal perkembangan kulturil, karena dengan mengetahui ragam dan djumlah penerbitan buku-buku serta perkembangannja dari masa ke masa, akan dapatlah pula kita mengikuti perkembangan kebudajaan dan ilmiah di negara kita ini. Lagi pula dengan mendokumentasikan dalam bentuk buku Berita Bibliografi akan merupakan suatu bahan dokumentasi historis jang berharga bagi perkembangan selandjutnja.” Aku membaca kalimat-kalimat ini berulang, bermaksud menguatkan kekaguman dan pujian. Hebat!

IMG_0002

Aku membuka halaman-halaman berisi uraian buku. Di halaman 10, ada puluhan buku Hamka (Hadji Abdul Malik Karim Amrullah). Data ini informatif, memudahkan pembaca melacak dan mengetahui penerbitan buku, dari tahun ke tahun. Di halaman 127, terdapat daftar puluhan buku primbon, dari primbon nasib sampai primbon kewanitaan. Apakah aku bakal berhasil menemukan ratusan buku pilihanku di Berita Bibliografi? Informasi di buku bisa jadi bekal mencari buku-buku lawas di pasar buku bekas.

Berita Bibliografi juga dilengkapi daftar alamat penerbit buku dan toko buku. Aku pernah berpikir membuat esai-esai tentang kota dan penerbit buku. Sekian orang pernah aku minta keterangan meski jarang mereka mengerti bahwa kesejarahan dan identitas kota juga dipengaruhi oleh peran penerbit buku. Di Solo, ada puluhan penerbit buku sejak awal abad XX. Aku belum mendapat data lengkap tapi terlalu ingin menggarap esai kecil tentang sejarah dan makna penerbit buku di Solo, mulai dari penerbit buku sastra sampai penerbit buku pelajaran.

Aku memang lelaki sering tergoda oleh hal-hal berkaitan buku. Pembacaanku untuk Berita Bibliografi memunculkan impian besar: mengikuti pola dokumentasi dengan kerapian dan kelengkapan. Aku bakal terus mencari dan membeli buku, membaca dan menulis tentang buku. Terus! Terus!

Di halaman-halaman belakang Berita Bibliografi ada iklan-iklan buku. Aku tentu tertarik untuk melanjutkan penasaranku berurusan cara penerbit mengiklankan buku di masa lalu. Ada iklan buku berbahasa Jawa, berjudul Katresnan kang Angker, terbitan Pustaka Sari, Surabaya. Keterangan dalam iklan: “Karjane Sdl. Peni, awujud buku roman kang edi tata bahasane tansah bisa gawe renanen para maos. Buku mau kadapuk nganggo basa Djawa, sidji regane Rp. 90,- Semono uga buku Tanpa Tlatjak sawidjine tjrita roman detektip kang bakal bisa gawe getering para maos regane Rp. 60,-”

Di halaman 259, ada iklan buku-buku dari penerbit Firma Tjerdas, Medan. Penerbit ini sering menerbitkan buku untuk “masjarakat dewasa”. Sekian judul buku dalam tawaran di iklan: Hasrat Berdjodoh, Musim Berahi, Malam Pengantin, Pengantin Baru… Buku-buku itu karangan Rifai Ali. Dulu, Medan adalah kota bergelimang buku. Apa kabar Medan di abad XXI? Masihkah jadi kota buku?

Berita Bibliografi membuatku terus mengimani hidup bersama buku. Hari demi hari, buku ada bersamaku. Sebelum memejamkan mata untuk tidur, buku ada di sampingku. Usai membuka mata di pagi hari, aku selalu melihat buku menanti untuk percumbuan sengit. Begitu.