dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh:
LIPI Press, anggota Ikapi
Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350
Telp: (021) 314 0228, 314 6942. Faks.: (021) 314 4591
E-mail: press@mail.lipi.go.id
Website: lipipress.lipi.go.id
LIPI Press
@lipi_press
Daftar Isi
v
INVERTEBRATA............................................................................................ 159
A. INSECTA.................................................................................................. 159
B. ARACHNIDA.......................................................................................... 175
C. ENTOGNATHA...................................................................................... 184
D. CRUSTACEA............................................................................................ 186
E. MOLLUSCA............................................................................................. 205
F. NEMATODA............................................................................................ 207
G. POLYCHAETA......................................................................................... 216
Daftar Jenis Mikrob yang Dipertelakan oleh Peneliti LIPI
1967–2017..............................................................................................219
Daftar Varietas Baru oleh Peneliti LIPI 1967–2017...........................251
vii
Gambar 18. Zingiber engganoense Ardiyani, 2015......................................91
Gambar 19. Acaulospora walkeri Kramad. & Hedger, 1990 .....................94
Gambar 20. Marasmius coklatus Desjardin, Retnowati
& E.Horak, 2000.........................................................................97
Gambar 21. Marasmius halimunensis Desjardin, Retnowati
& E.Horak, 2000.........................................................................99
Gambar 22. Scutellospora projecturata Kramad. & Walker, 2000.......... 101
Gambar 23. Glischropus aquilus Csorba, Görföl, Wiantoro,
Kingston, Bates & Huang, 2015 (bagian kepala)............... 107
Gambar 24. Rousettus linduensis Maryanto & Yani, 2003...................... 111
Gambar 25. Pteropus personatus acityae Wiantoro & Maryanto, 2016.112
Gambar 26. Dendrolagus mbaiso Flannery, Boeadi & Szalay, 1995...... 114
Gambar 27. Paucidentomys vermidax Esselstyn, Achmadi
& Rowe, 2017........................................................................... 118
Gambar 28. Rattus nikenii Maryanto, Sinaga, Achmadi &
Maharadatunkamsi, 2010....................................................... 120
Gambar 29. Melipotes carolae Beehler, Prawiradilaga, de Fretes
& Kemp, 2007.......................................................................... 122
Gambar 30. Muscicapa sodhii Harris, Rasmussen, Li Yong,
Prawiradilaga, Putra, Round & Rheindt, 2014.................. 123
Gambar 31. Leptobrachium waysepuntiense Hamidy & Matsui, 2010.. 126
Gambar 32. Rhacophorus indonesiensis Hamidy & Kurniati, 2015
(sedang melakukan kopulasi)................................................ 129
Gambar 33. Cyrtodactylus rosichonariefi Riyanto, Grismer & Wood,
2015............................................................................................ 135
Gambar 34. Nemacheilus tebo Hadiaty & Kottelat, 2009........................ 143
Gambar 35. Pangio lidi Hadiaty & Kottelat, 2009.................................... 144
Gambar 36. Melanoatenia etnaensis Allen, Unmack, dan Hadiaty,
2016........................................................................................... 152
Gambar 37. Drosophila (Drosophila) sungaicola Suwito & Watabe,
2010........................................................................................... 164
Dafar Gambar ix
Gambar 62. Pisang Hibrid Gorokaii Tetraploid dan tetuanya............... 255
Gambar 63. Aeschynanthus “Soedjana Kassan”, 2011.............................. 256
Gambar 64. Aeschynanthus “Mahligai”, 2014............................................ 257
Gambar 65. Hoya diversifolia var. Kusnoto, 2014..................................... 258
LIPI Press
Pendahuluan xi
xii Temuan dan Pertelaan Jenis Baru ...
Kata Pengantar
xiii
puluh tahun terakhir, para peneliti LIPI telah berhasil memublikasikan
lebih dari seribu flora, fauna, dan mikrob jenis baru serta belasan
varietas alami maupun varietas baru hasil silangan.
Penemuan jenis baru kemungkinan besar masih akan terus
bertambah mengingat masih banyaknya wilayah di tanah air yang
belum tereksplorasi, terutama hutan-hutan yang sulit dijangkau
karena lokasinya yang sangat terpencil yang kemungkinan besar masih
menyimpan kekayaan hayati yang belum terungkap. Penemuan jenis
baru ini diharapkan akan menambah khazanah pengetahuan tentang
kekayaan biodiversitas Indonesia dan memberikan peluang dalam
mengungkap berbagai sumber baru untuk mengatasi permasalahan
ketersediaan obat, energi, pangan, dan sumber lainnya.
Tulisan yang disajikan merupakan kompilasi dari temuan biota
jenis baru oleh para peneliti dari berbagai satuan kerja di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipublikasikan dalam berbagai
jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Informasi ini
diharapkan mampu melengkapi inventarisasi kekayaan hayati tanah
air dan global. Akhir kata, kami ucapkan selamat atas terbitnya buku
ini dan terima kasih kepada para pihak yang terlibat. Semoga buku
ini dapat membuka cakrawala masyarakat akan kekayaan keaneka
ragaman hayati Indonesia dan menumbuhkan rasa kecintaan akan
keanekaragaman hayati Indonesia.
xv
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
para peneliti taksonomi, tumbuhan, jamur, hewan, dan mikrob serta
peneliti pemulia tanaman di LIPI yang telah berkontribusi dalam
penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku penemuan jenis baru biota ini
masih jauh dari sempurna, namun kami berharap semoga buku ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.
Penyusun
“If you do not know the names of things, the knowledge of them is lost
too” adalah kutipan dari Carl Linnaeus, seorang Botanis asal Swedia
yang pertama kali memperkenalkan sistem penamaan ilmiah organis
me. Saat ini, di planet bumi terdapat sekitar 8,7 juta organisme yang
telah diberi nama ilmiah dengan lebih dari 1,2 juta jenis di antaranya
telah dimasukkan ke dalam pangkalan data. Namun, jumlah ini baru
mencakup sekitar 14% dari organisme darat dan 9% dari organisme
laut yang telah dipertelakan (Mora dkk. 2011). Dengan demikian,
masih banyak jenis biota lainnya yang belum memiliki nama (anonim)
yang tersimpan di wilayah yang masih berupa hutan primer dan laut
dalam atau daerah yang telah berubah bentuk dan telah dimanfaatkan
masyarakat.
Sebuah nama diperlukan dalam mengomunikasikan ilmu penge-
tahuan. Nama ilmiah merupakan nama universal yang memungkinkan
ilmuwan dari seluruh penjuru dunia dapat berkomunikasi pada suatu
makhluk hidup yang berupa tumbuhan, jamur, lumut, hewan, mik-
rob, dan sebagainya. Nama lokal suatu jenis biota sangat beragam,
bervariasi dari satu daerah ke daerah lain tergantung budaya, suku
atau lokasi walaupun wujud benda secara ilmiah sama. Oleh karena
itu, nama lokal tidak dapat dijadikan standar karena kurang akurat
untuk dapat mengomunikasikan suatu jenis organisme.
1
Dalam memberi nama jenis baru, seorang peneliti harus mengkaji
secara mendalam kelompok taksa yang ditekuninya. Peneliti harus
yakin bahwa jenis tersebut betul-betul baru, belum pernah diberi nama
ilmiah dan dipertelakan sebelumnya. Jenis ini mempunyai karakter
spesifik yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Pemberian
nama jenis baru pada tumbuhan alga, jamur, dan tumbuhan mengacu
pada Kode Tatanama Tumbuhan Internasional, yaitu International
Code of Nomenclature for Algae, Fungi, and Plants atau terkenal dengan
nama Melbourne Code. Penamaan jenis baru untuk hewan mengacu
pada International Commision on Zoological Nomenclature (ICZN),
sedangkan untuk bakteri dan arkea mengacu pada International Code
of Nomenclature of Bacteria (ICNB).
Pemberian nama ilmiah suatu jenis baru dilakukan dengan
membuat pertelaan atau deskripsi pertama kali yang disebut dengan
protologue, semacam akte kelahiran. Protologue ini harus dipertelakan
dalam bahasa Latin (sekarang boleh dalam bahasa Inggris) dan
dilengkapi dengan spesimen rujukan dari individu yang mewakili jenis
yang sama yang dinamakan tipe. Protologue mengacu pada pertelaan
spesimen tipe, kemudian dipublikasikan secara resmi di jurnal ilmiah.
Dalam ilmu taksonomi, terdapat beberapa istilah tipe, seperti holotipe,
isotipe, lektotipe, dan paratipe. Holotipe adalah spesimen tunggal
yang digunakan sebagai acuan pertelaan suatu jenis baru. Isotipe
dalam taksonomi tumbuhan merupakan duplikat dari spesimen tipe
(holotipe) dan dapat dijadikan acuan jika holotipe hilang atau rusak.
Paratipe adalah spesimen yang disitasi di dalam protologue, di luar
spesimen holotipe dan isotipe.
Di dalam perjalanan penelitian taksonomi, seperti kegiatan revisi
suatu taksa atau pembuatan monograf, konsep delimitasi suatu jenis
ataupun suatu marga (genus) dapat mengalami perubahan seiring
bertambahnya berbagai data pendukung atau berkembangnya ilmu
dan teknologi. Semua perubahan ini akan menyebabkan terjadinya
Pendahuluan 3
391 jenis dikotil dari 21 suku (386 jenis dan 5 varietas baru), 27 jenis
jamur (23 jenis dan 4 varietas baru), dan 6 jenis paku-pakuan dari 6
suku (5 jenis dan 1 varietas baru). Temuan jenis baru paling banyak
ditemukan pada kurun waktu 1968–1970 dikarenakan pada periode
tersebut produktivitas dua orang peneliti (Kosterman dan Soepadmo)
sangat tinggi. Temuan terendah adalah pada tahun 1980–1990, walau-
pun sebetulnya terdapat delapan orang peneliti yang menerbitkan jenis
baru. Di samping itu, telah dihasilkan delapan belas varietas unggul
dari kentang hitam, pisang, padi, ubikayu, Hoya, Aeschynanthus,
dan Begonia. Kegiatan pemuliaan lebih ditujukan untuk memenuhi
tuntutan pemerintah dan masyarakat agar penelitian memberikan
dampak atau manfaat langsung pada masyarakat.
Untuk khazanah fauna, selama 50 tahun sejak LIPI berdiri, peneliti
yang membidangi fauna—terutama yang ada di Bidang Zoologi, Pusat
Penelitian Biologi, dan Puslit Oseanografi—telah menemukan dan
mempertelakan 456 jenis baru, yang terdiri dari 13 genus (marga), 2
subgenus (anak marga), 425 jenis, dan 16 anak jenis. Ditinjau dari
kelompoknya, jumlah jenis tertinggi yang dipertelakan berasal dari ke-
lompok serangga sebanyak 83 jenis, 82 jenis ikan (Chondrichtyes dan
Actinopterygii), 72 jenis krustasea, 64 jenis artropoda lain (Arachnida,
Acari, dan Collembola), 62 jenis amfibi dan reptil, 51 jenis mamalia, 35
jenis cacing (Nematoda dan Polychaeta), 4 jenis Moluska, dan 3 jenis
burung. Penemuan jenis baru terendah pada kurun waktu 1967–1990
dikarenakan peneliti di bidang taksonomi hewan masih sedikit.
Setelah itu, penemuan jenis baru mengalami peningkatan yang nyata
mulai tahun 1990. Hal ini mungkin disebabkan oleh mulai banyaknya
para peneliti yang kembali aktif dari tugas belajar dan juga semakin
meningkatnya kerja sama dengan pihak lain dalam hal pengungkapan
keanekaragaman hayati Indonesia.
Jumlah jenis baru mikrob yang dipertelakan oleh peneliti LIPI
dari kurun waktu 1967–2017 terdata sebanyak 65 jenis baru. Meskipun
Pendahuluan 5
dalam World Data Centre for Microorganisms (WDCM) pada dua
negara yang berbeda. Proses publikasi jenis baru mikrob baru bisa
dilakukan apabila peneliti telah mendapatkan sertifikat dari kedua
Culture Collection tersebut. Saat ini, beberapa kandidat jenis baru
mikrob yang berhasil diperoleh selama proyek kerja sama LIPI-
NITE-RIKEN-JST-JICA Jepang pada kurun 2011–2015 sedang dalam
proses validasi dan verifikasi untuk mendapatkan sertifikat deposit
sehingga diharapkan jumlah temuan jenis baru mikrob oleh peneliti
LIPI semakin bertambah di tahun mendatang.
Gambar 1. Jumlah Jenis Baru Flora, Fauna, dan Mikrob selama 50 Tahun Ter
akhir (1967–2017)
Pendahuluan 7
8 Temuan dan Pertelaan Jenis Baru ...
Daftar Jenis Flora dan Jamur yang
Dipertelakan oleh Peneliti Pusat Penelitian
Biologi dan Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya LIPI
1967–2017
A. DIKOTIL
SUKU APOCYNACEAE
1. Hoya rintzii Rodda, Simonsson & S. Rahayu, 2014.
Rodda, M., N. S. Juhoneweb, dan S. Rahayu. 2014. “Taxonomic
Revision of the Hoya mindorensis Complex (Apocynaceae: As-
clepiadoideae).” Webbia 69(1): 39–47.
2. Hoya undulata S. Rahayu & Rodda, 2015.
Rahayu, S., U. Meve, dan M. Rodda. 2015. “Hoya undulata
(Apocynaceae, Asclepiadoideae): A New Myrmecophytic Species
from Borneo and Typification of H. darwinii.” Garden’s Bulletin
Singapore 67(1): 8594.
3. Ochrosia basistamina Hendrian, 2004.
Hendrian. 2004. “Revision of Ochrosia (Apocynaceae) in Male-
sia.” Blumea 49: 101–128.
4. Rauvolfia kamarora Hendrian, 1999.
Middleton, H. dan D. J. Middleton. 1999. “Revision of Rauvolfia
(Apocynaceae) in Malesia.” Blumea 44: 449–470.
5. Rauvolfia oligantha Hendrian, 1999.
Middleton, H. dan D. J. Middleton. 1999. “Revision of Rauvolfia
(Apocynaceae) in Malesia.” Blumea 44: 449–470.
SUKU BALSAMINACEAE
7. Impatiens batanggadisensis Utami, 2005.
Utami, N. 2005. “Two New Species of Impatiens (Balsamina-
ceae) from Batang Gadis National Park, North Sumatra, Indo-
nesia.” Blumea 50: 443–446.
8. Impatiens ekapaksiana Utami, 2012.
Utami, N. 2012. “Three New Species of Impatiens (Balsamina-
ceae) from Sumatra, Indonesia.” Kew Bulletin 67: 1–7.
SUKU BURMANNIACEAE
68. Burmannia bengkuluensis Tsukaya & Darnaedi, 2012.
Tsukaya, H. dan D. Darnaedi. 2012. “Burmania bengkuluen-
sis sp.nov. (Burmanniaceae) from Sumatra.” Nordic Journal of
Botany 30: 159–162.
SUKU CALOPHYLLACEAE
69. Mammea sinclairi Kosterm., 1974.
Kostermans, A. J. G. H. 1974. “A New Bornean Species of
Mammea L.” Reinwardtia 9(1): 117–118.
SUKU CHRYSOBALANACEAE
70. Hunga fusicarpa Kosterm., 1985.
Kostermans, A. J. G. H. 1985. “Two New Chrysobalanaceae of
Eastern New Guinea.” Reinwardtia 10(2): 123–125.
71. Parinari prancei Kosterm., 1985.
Kostermans, A. J. G. H. 1985. “Two New Chrysobalanaceae of
Eastern New Guinea.” Reinwardtia 10(2): 123–125.
SUKU CUCURBITACEAE
72. Trichosanthes auriculata Rugayah, 1998.
Rugayah. 1998. “New Taxa in Malesian Cucurbitaceae.” Rein-
wardtia 11(3): 215–225.
SUKU FAGACEAE
95. Castanopsis clemensii Soepadmo, 1968.
Soepadmo, E. 1968. “Florae Malesianae Praecursores XLVII.
Census of Malesian Castanopsis (Fagaceae).” Reinwardtia 7(4):
383–410.
96. Castanopsis densinervia Soepadmo, 1968.
Soepadmo, E. 1968. “Florae Malesianae Praecursores XLVII.
Census of Malesian Castanopsis (Fagaceae).” Reinwardtia 7(4):
383–410.
97. Castanopsis endertii Hatus. ex Soepadmo, 1968.
Soepadmo, E. 1968. “Florae Malesianae Praecursores XLVII.
Census of Malesian Castanopsis (Fagaceae).” Reinwardtia 7(4):
383–410.
SUKU LAMIACEAE
130. Scutellaria slametensis Sudarmono & B.J. Conn, 2010.
Sudarmono dan B. J. Conn. 2010. “Scutellaria slametensis (La-
miaceae): A New Species from Central Java, Indonesia.” Telopea
12(4): 463–468.
SUKU LAURACEAE
131. Actinodaphne ellipticibacca Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “Materials for A Revision of
Lauraceae II.” Reinwardtia 7(5): 451–536.
132. Actinodaphne kinabaluensis Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “Materials for A Revision of
Lauraceae II.” Reinwardtia 7(5): 451–536.
133. Alseodaphne ramosii Kosterm., 1970.
Kostermans, A. J. G. H. 1970. “Materials for A Revision of
Lauraceae III.” Reinwardtia 8(1): 21–196.
134. Beilschmiedia gynotrochioides Kosterm., 1968.
Kostermans, A. J. G. H. 1968. “Materials for A Revision of
Lauraceae I.” Reinwardtia 7(4): 291–356.
135. Beilschmiedia kwangsiensis Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “Materials for A Revision of
Lauraceae II.” Reinwardtia 7(5): 451–536.
136. Beilschmiedia morobensis Kosterm., 1970.
Kostermans, A. J. G. H. 1970. “Materials for A Revision of
Lauraceae III.” Reinwardtia 8(1): 21–196.
Keterangan: a) habit, b) bunga, c) bunga tanpa tepal bagian depan, d) benang sari, e) staminodia,
f) putik (Womersley & Vandenberg NGF 37195).
Sumber: Arifiani dkk. (2012)
Gambar 8. Endiandra kassamensis Arifiani, 2012
SUKU LEGUMINOSAE
356. Dalbergia johorensis Sunarno & H.Ohashi, 2002.
Sunarno, B. dan O. Hiroshi. 2002. “A New Species of Dalber-
gia (Leguminosae) from Malay Peninsula.” Reinwardtia 12(1):
117–119.
357. Spatholobus albus Wiriad. & Ridd.-Num., 1985.
Wiriadinata, H., Ridder-Numan, dan W. A. Jeannette. 1985. “A
Revision of the Genus Spatholobus (Leguminosae-Papilionoideae).”
Reinwardtia 10(2): 139–205.
358. Spatholobus auricomus Ridd.-Num., 1985.
Wiriadinata, H., Ridder-Numan, dan W. A. Jeannette. 1985. “A
Revision of the Genus Spatholobus (Leguminosae-Papilionoideae).”
Reinwardtia 10(2): 139–205.
359. Spatholobus auritus Ridd.-Num., 1985.
Wiriadinata, H., Ridder-Numan, dan W. A. Jeannette. 1985. “A
Revision of the Genus Spatholobus (Leguminosae-Papilionoideae).”
Reinwardtia 10(2): 139–205.
360. Spatholobus hirsutus Wiriad. & Ridd.-Num., 1985.
Wiriadinata, H., Ridder-Numan, dan W. A. Jeannette. 1985. “A
Revision of the Genus Spatholobus (Leguminosae-Papilionoideae).”
Reinwardtia 10(2): 139–205.
361. Spatholobus multiflorus Wiriad. & Ridd.-Num., 1985.
Wiriadinata, H., Ridder-Numan, dan W. A. Jeannette. 1985. “A
Revision of the Genus Spatholobus (Leguminosae-Papilionoideae).”
Reinwardtia 10(2): 139–205.
SUKU MALVACEAE
363. Colona grandiflora Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “New and Critical Malesian
Plants VIII.” Reinwardtia 7(5): 433–449.
364. Colona velutinosa Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “New and Critical Malesian
Plants VIII.” Reinwardtia 7(5): 433–449.
365. Diplodiscus longipetiolatus Kosterm., 1988.
Kostermans, A. J. G. H. “A New Species of Diplodiscus Turcz.
(Tiliaceae) Related to Brownlowia Roxb.” Reinwardtia 11(1)
(1992): 27–28.
366. Durio macrantha Kosterm., 1988.
Kostermans, A. J. G. H. 1992. “Durio macrantha Kosterm.:
Species Nova (Bombacaceae) from North Sumatra.” Reinwardtia
11(1): 41–51.
367. Grewia morotaiensis Kosterm., 1969.
Kostermans, A. J. G. H. 1969. “New and Critical Malesian
Plants VIII.” Reinwardtia 7(5): 433–449.
368. Hibiscus apodus Juswara & Craven, 2005.
Juswara, L. S. dan L. A. Craven. 2005. “The Hibiscus panduri-
formis Complex (Malvaceae) in Australia.” Blumea 50: 389–405.
369. Hibiscus austrinus var. occidentalis Juswara & Craven, 2005.
Juswara, L. S. dan L. A. Craven. 2005. “The Hibiscus panduri-
formis Complex (Malvaceae) in Australia.” Blumea 50: 389–405.
SUKU MELASTOMATACEAE
375. Medinilla pellita Veldk. & Karton, 2017.
Veldkamp, J. F. dan A. Kartonegoro. 2017. “New Species of
Catanthera and Medinilla (Melastomataceae) from Halmahera,
Indonesia, and A New Name for a Medinilla from Madagascar.”
Reinwardtia 16(1): 25–30.
376. Medinilla perrieri Veldk. & Karton, 2017.
Veldkamp, J. F. dan A. Kartonegoro. 2017. “New Species of
Catanthera and Medinilla (Melastomataceae) from Halmahera,
Indonesia, and A New Name for A Medinilla from Madagascar.”
Reinwardtia 16(1): 25–30.
SUKU MYRSINACEAE
379. Labisia posthumusiana Sunarno, 2002.
Sunarno, B. 2002. “New Species of Labisia (Myrsinaceae) from
Sumatra.” Reinwardtia 12(1): 121–124.
380. Labisia pumila var. discoplacenta Sunarno, 2005.
Sunarno, B. 2005. “Revision of The Genus Labisia (Myrsina-
ceae).” Blumea 50: 579–597.
381. Labisia pumila var. malintangensis Sunarno, 2005.
Sunarno, B. 2005. “Revision of The Genus Labisia (Myrsina-
ceae).” Blumea 50: 579–597.
382. Labisia pumila var. neriifolia (Hallier f.) Sunarno, 2005.
Sunarno, B. 2005. “Revision of The Genus Labisia (Myrsina-
ceae).” Blumea 50: 579–597.
383. Labisia pumila var. sessilifolia (Valeton) Sunarno, 2005.
Sunarno, B. 2005. Revision of the Genus Labisia (Myrsinaceae).
Blumea 50: 579–597.
384. Labisia steenisiana Sunarno, 2002.
Sunarno, B. 2002. “New Species of Labisia (Myrsinaceae) from
Sumatra.” Reinwardtia 12(1): 121–124.
385. Labisia sumatrensis Sunarno, 2002.
Sunarno, B. 2002. “New Species of Labisia (Myrsinaceae) from
Sumatra.” Reinwardtia 12(1): 121–124.
SUKU OXALIDACEAE
387. Averrhoa dolichocarpa Rugayah & Sunarti, 2008,
Rugayah dan S. Sunarti. 2008. “Two New Wild Species of
Averrhoa (Oxalidaceae) from Indonesia.” Reinwardtia 12(4):
325–331.
388. Averrhoa leucopetala Rugayah & Sunarti, 2008.
Rugayah dan S. Sunarti. 2008. “Two New Wild Species of
Averrhoa (Oxalidaceae) from Indonesia.” Reinwardtia 12(4):
325–331.
SUKU RAFFLESIACEAE
389. Rafflesia lawangensis Mat-Salleh, Mahyuni & Susatya, 2010.
Mat-Salleh, K., R. Mahyuni, A. Susatya, dan J. F. Veldkamp.
2010. “Rafflesia lawangensis (Rafflesiaceae): A New Species from
Bukit Lawang, Gunung Leuser National Park, North Sumatra,
Indonesia.” Reinwardtia 13(2): 159–165.
390. Rafflesia meijeri Wiriad. & Sari, 2010.
Wiriadinata, H. dan S. Rismita. 2010. “A New Species of Raffle-
sia (Rafflesiaceae) from North Sumatra.” Reinwardtia 13(2):
95–100.
B. MONOKOTIL
SUKU ARACEAE
392. Alocasia flemingiana Yuzammi & A.Hay, 1998.
Hay, A. 1998. “The Genus Alocasia (Araceae-Colocasieae) West
Malesia and Sulawesi.” Gardens’ Bulletin Singapore 50: 221–334.
393. Alocasia megawatiae Yuzammi & A.Hay, 2002.
Yuzammi dan A. Hay. 2002. “A New Species of Alocasia (Ara-
ceae) from Sulawesi.” Aroideana 25: 70–77.
394. Alocasia suhirmaniana Yuzammi & A.Hay, 2002.
Yuzammi dan A. Hay. 2002. “A New Species of Alocasia (Ara-
ceae) from Sulawesi.” Aroideana 25: 70–73.
395. Homalomena agens Kurniawan dan P.C. Boyce, 2011.
Kurniawan, A., N. P. S. Asih, dan B. Adjie. 2011. “Studies
on Homalomeneae (Araceae) of Borneo IX: A New Species
of Homalomena Supergroup Chamaecladon from Kalimantan
Timur, Indonesian Borneo.” Aroideana 34: 30–36.
396. Homalomena vittifolia Kurniawan & P.C. Boyce, 2011.
Kurniawan, A., B. Adjie, dan P. C. Boyce. 2011. “Studies on
the Araceae of Sulawesi I: New Taxa of Schismatoglottis and
Homalomena and A Preliminary Checklist and Keys for Su-
lawesi.” Acta Phytotax. Geobot. 61(1): 40–50.
397. Schismatoglottis inculta Kurniawan & P.C. Boyce, 2011.
Kurniawan, A., B. Adjie, dan P. C. Boyce. 2011. “Studies on
the Araceae of Sulawesi I: New Taxa of Schismatoglottis and
Homalomena and A Preliminary Checklist and Keys for Su-
lawesi.” Acta Phytotax. Geobot. 61(1): 40–50.
SUKU MUSACEAE
428. Musa borneensis var. donggalaensis Sulistyaningsih, 2017.
Sulistyaningsih, L. D. 2017. “Newly Described and Recorded
of Infraspecific Taxa of Musa borneensis Becc. (Musaceae) from
Sulawesi, Indonesia.” Reinwardtia 16(1): 19–24.
SUKU PANDANACEAE
446. Freycinetia allantoidea A.P.Keim, 2009.
Keim, A. P. 2009. “Pandanaceae of the Island of Yapen, Papua
(West New Guinea), Indonesia, with Their Nomenclature and
Notes on the Rediscovery of Sararanga sinuosa, and Several
New Species and Records. Blumea 54: 255–266.
Sumber Foto: I Putu Gede P. Damayanto pada 19 Mei 2016 di TN Laiwangi Wanggameti,
Sumba Timur.
Gambar 15. Schizostachyum purpureum Damayanto & Widjaja, 2016 bagian
rebung.
dan gundul atau kadang dengan sedikit bulu kejur (1–5 mm) di
bagian ujungnya. Ligula pelepah buluh bergerigi dan gundul dengan
tinggi 1–2 mm. Daun pelepah buluh berwarna keunguan, cekung,
menyebar, berbentuk segitiga menyempit dengan ukuran 13−17 ×
1.2−2 cm serta terdapat rambut miang berwarna putih hingga coklat
muda di bagian abaksial. Daun memiliki ukuran 21.5−26.6 × 3.5−4.0
cm dan sedikit kasar di bagian bawah. Kuping pelepah daun tidak
tampak dengan sedikit bulu kejur (1–5 mm panjangnya), sedangkan
ligula bergerigi dan gundul dengan 1–1.5 mm tingginya.
Kegunaan: Masyarakat setempat menggunakan untuk membuat
gedeg dan seruling.
Sumber: Ardi dan Ardiyani (2015); Foto: WI 80 (BO) oleh Wisnu Ardi.
Gambar 17. Alpinia macrocrista Ardiyani & Ardi, 2015
SUKU ZINGIBERACEAE
532. Alpinia macrocrista Ardiyani & Ardi, 2015.
Ardi, W. H. dan M. Ardiyani. 2015. “Two New Species of
Alpinia (Zingiberaceae) from Sulawesi, Indonesia.” Reinwardtia
14(2): 309–314.
533. Alpinia pusilla Ardi & Ardiyani, 2015.
Ardi, W. H. dan M. Ardiyani. 2015. “Two New Species of
Alpinia (Zingiberaceae) from Sulawesi, Indonesia.” Reinwardtia
14(2): 309–314.
534. Zingiber engganoense Ardiyani, 2015.
Ardiyani, M. 2015. “A New Species of Zingiber (Zingiberaceae)
from Enggano Island, Indonesia.” Reinwardtia 14(2): 305–308.
C. TUMBUHAN PAKU
SUKU ATHYRIACEAE
535.Diplazium wahauense M.Kato, Darnaedi & K.Iwats., 1991.
Kato, M., D. Darnaedi, dan K. Iwatsuki. 1991. “Fern Rheophytes
of Borneo.” J. Fac. Sci. Univ. Tokyo. III(15): 91–110.
SUKU DICKSONIACEAE
536. Dicksonia timorense B.Adjie, 2012.
Adjie, B., A. Kurniawan, N. Sahashi, dan Y. Watano. 2012.
“Dicksonia timorense (Diksoniaceae): A Hemi-epiphytic New
Species of Tree Fern Endemic on Timor Island, Indonesia.”
Reinwardtia 13(4): 357–362.
SUKU DRYOPTERIDACEAE
537. Dryopteris indonesiana, Darnaedi, M. Kato & K. Iwats., 1989.
Darnaedi, D., M. Kato, dan K. Iwatsuki. 1989. “Five New or Ill-
defined Species Related to Dryopteris sparsa (Dryopteridaceae).”
The Journal of Japanese Botany 64(10): 299–310.
SUKU LOMARIOPSIDACEAE
538. Elaphoglossum rheophilum M.Kato, Darnaedi & K.Iwats., 1991.
Kato, M., D. Darnaedi, dan K. Iwatsuki. 1991. “Fern Rheophytes
of Borneo.” J. Fac. Sci. Univ. Tokyo. III(15): 91–110.
SUKU POLYPODIACEAE
540. Microsorium submarginale M.Kato, Darnaedi & K.Iwats., 1991.
Kato, M., D. Darnaedi, dan K. Iwatsuki. 1991. “Fern Rheophytes
of Borneo.” J. Fac. Sci. Univ. Tokyo. III(15): 91–110.
D. JAMUR
541. Acaulospora walkeri Kramad. & Hedger, 1990.
Kramadibrata, K. dan J. N. Hedger. 1990. “A New Species of
Acaulospora Associated with Cocoa in Java and Bali (Indone-
sia).” Mycotaxon 37: 73–77.
542. Calvatia vinosa Kasuya & Retnowati, 2006.
Kasuya, T. dan A. Retnowati. 2006. “New or Northworty Spe-
cies of the Genus Calvatia Fr. (Basidiomycota) with Probable
Medicinal Value from Indonesia.” International Journal of Me-
dicinal Mushrooms 8: 283–288.
543. Crinipellis brunnescens Kerekes, Desjardin & Retnowati, 2009.
Kerekes, J. F. dan D. E. Desjardin. 2009. “A Monograph of
the Genera Crinipellis and Moniliopthora from Southeast Asia
Including A Molecular Phylogeny of nrITS Region.” Fungal
Diversity 37: 101–152.
Pendahuluan 103
Daftar Jenis Fauna yang Dipertelakan
oleh Peneliti Pusat Penelitian Biologi
dan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
1967–2017
VERTEBRATA
A. MAMMALIA
Ordo PRIMATES
1. Nycticebus javanicus Geoffroy, 1812.
Groves, C. dan I. Maryanto. 2008. “Craniometry of Slow Loris
(Genus Nycticebus) on Insular Southeast Asia.” Dalam Primates of
the Oriental Night, diedit oleh M. Shekelle, I. Maryanto, C. Groves,
H. Schulze, dan H. Fitch-Snyder, 115–122. Jakarta: LIPI Press.
2. Tarsius spectrumgurskyae Shekelle, Groves, Maryanto & Mit-
termeier, 2017.
Shekelle, M., C. P. Groves, I. Maryanto., dan R. A. Mittermeier.
2017. “Two New Tarsier Species (Tarsiidae, Primates) and the
biogeography of Sulawesi, Indonesia.” Primate Conservation (31):
Published electronically prior to print.
3. Tarsius supriatnai Shekelle, Groves, Maryanto & Mittermeier, 2017.
Shekelle, M., C. P. Groves, I. Maryanto., dan R. A. Mittermeier.
2017. “Two new Tarsier species (Tarsiidae, Primates) and the
biogeography of Sulawesi, Indonesia.” Primate Conservation (31):
Published electronically prior to print.
Keterangan: Pteropus personatus acityae dengan sayap dibentangkan (atas). Perbandingan tulang
tengkorak Pteropus personatus acityae (bawah), A) dari Pulau Gag dan B) dari Ternate.
Sumber: Wiantoro dan Maryanto (2016)
Gambar 25. Pteropus personatus acityae Wiantoro & Maryanto, 2016
Ordo MARSUPIALIA
28. Dendrolagus mbaiso Flannery, Boeadi & Szalay, 1995.
Flannery, T. F., Boeadi, dan A. L. Szalay. 1995. “A New Tree-
kangaroo (Dendrolagus: Marsupialia) from Irian Jaya, Indonesia,
Ordo RODENTIA
30. Bunomys torajae Musser, Achmadi, Esslestyn & Rowe, 2014.
Musser, G. G., A. S. Achmadi, J. A. Esslestyn, dan K. C. Rowe.
2014. “Bunomys torajae New Species. Dalam G. G. Musser, A
Sytematic Review of Sulawesi Bunomys (Muridae, Murinae) with
the Description of Two New Species. Bulletin of The American
Museum of Natural History 392: 1–313.
31. Gracilimus Rowe, Achmadi & Esseltyn, 2016.
Rowe, K. C., A. S. Achmadi, dan J. A. Esseltyn. 2016. “A New
Genus and Species of Omnivorous rodent (Muridae: Murinae)
from Sulawesi, Nested within A Clade of Endemic Carnivores.”
Journal of Mammalogy 97: 978–991.
32. Gracilimus radix Rowe, Achmadi & Esseltyn, 2016.
Rowe, K. C., A. S. Achmadi, dan J. A. Esseltyn. 2016. “A New
Genus and Species of Omnivorous rodent (Muridae: Murinae)
from Sulawesi, Nested within A Clade of Endemic Carnivores.”
Journal of Mammalogy 97: 978–991.
33. Halmaheramys Fabre, Pagès, Musser, Fitriana, Semiadi & Hel-
gen, 2013.
Ordo SORICOMORPHA
50. Crocidura absconditus Esselstyn, Achmadi & Maharadatunkam
si, 2014.
Esselstyn, J. A., A. S. Achmadi, dan Maharadatunkamsi. 2014.
“A New Species of Shrew (Soricomorpha: Crocidura) from West
Java, Indonesia.” Journal of Mammalogy 95: 216–224.
51. Crocidura umbra Demos, Achmadi, Handika, Maharadatunka-
msi, Rowe & Esselstyn, 2016.
Demos, T. C., A. S. Achmadi, H. Handika, Maharadatunkamsi,
K. C. Rowe, dan J. A. Esselstyn. 2016. “A New Species of Shrew
(Soricomorpha: Crocidura) from Java, Indonesia: Possible Char-
acter Displacement Despite Interspecific Gene Flow.” Journal of
Mammalogy 98: 183–193.
B. AVES
Ordo PASSERIFORMES
52. Melipotes carolae Beehler, Prawiradilaga, de Fretes & Kemp,
2007.
Beehler, B. M., D. M. Prawiradilaga, Y. de Fretes, dan N. Kemp.
2007. “A New Species of Smooky Honyeater (Meliphagidae: Me-
lipotes) from Western New Guninea.” The Auk 124: 1000–1009.
53. Muscicapa sodhii Harris, Rasmussen, Li Yong, Prawiradilaga,
Putra, Round & Rheindt, 2014.
Harris, J. B. C., P. C. Rasmussen, D. Li Yong, D. M. Prawira-
dilaga, D. D. Putra, P. D. Round, dan F. E. Rheindt. 2014. “A
New Species of Muscicapa Flycatcher from Sulawesi, Indonesia.”
PLoS ONE 9(11): e112657. doi:10.1371/ journal.pone.0112657.
C. AMPHIBIA
Ordo ANURA
55. Ansonia glandulosa Iskandar & Mumpuni, 2004.
Iskandar, D. T. dan Mumpuni. 2004. “A New Toad of the Ge-
nus Ansonia (Amphibia, Anura, Bufonidae) from Sumatra, In-
donesia.” Hamadryad 28: 59−65.
56. Barbourula kalimantanensis Iskandar, 1978.
Iskandar, D. T. 1978. “A New Species of Barbourula: First Re-
cord of A Discoglossid Anuran in Borneo.” Copeia: 564−566.
57. Chiromantis baladika Riyanto & Kurniati, 2014.
Riyanto, A. dan H. Kurniati. 2014. “Three New Species of Chi-
romantis (Peters, 1854) (Anura: Rhacophoridae).” Russian Jour-
nal of Herpetology 21: 65−73.
58. Chiromantis nauli Riyanto & Kurniati, 2014.
Riyanto, A. dan H. Kurniati. 2014. “Three New Species of Chi-
romantis (Peters, 1854) (Anura: Rhacophoridae).” Russian Jour-
nal of Herpetology 21: 65−73.
59. Chiromantis trilaksonoi Riyanto & Kurniati, 2014.
Riyanto, A. dan H. Kurniati. 2014. “Three New Species of Chi-
romantis (Peters, 1854) (Anura: Rhacophoridae).” Russian Jour-
nal of Herpetology 21: 65−73.
Deskripsi: Katak ini memiliki karakter khas, yakni warna iris matanya
yang biru muda. Jantan berukuran lebih kecil daripada betina. Ukuran
panjang badan (snout vent length, SVL) 58,3 mm pada betina dan 50,0
mm pada jantan. Katak ini tidak memiliki selaput di antara jari-jari
tangan, sedangkan selaput pada jari kakinya sangat sedikit. Warna iris
mata pada individu dewasa biru muda dengan pola hitam berbentuk
jaring, sedangkan iris pada individu anakan berwarna abu-abu. Bagian
punggung berwarna abu-abu gelap tanpa ada pola, sedangkan pada ba-
gian samping berwarna abu-abu dengan bintik putih atau jingga. Pada
bagian kepala, bagian atas tangan dan kaki terdapat pola berwarna
jingga. Bagian perut berwarna abu-abu, tenggorokan kecokelatan
sampai bagian dada. Tidak terdapat pola dibagian selangkangan kaki.
Ukuran kelenjar femoral sangat kecil. Sampai saat ini terdapat empat
jenis dari marga Leptobrachium yang ditemukan dari Sumatera, yakni
L. hasseltii, L. hendricksoni, L. nigrops, dan L. waysepuntiense. Asal usul
nama jenis waysepuntiense diambil dari nama tempat (jalur) di mana
jenis baru ini pertama kali ditemukan, yakni jalur Sungai Waysepunti.
D. REPTILIA
Ordo SQUAMATA
76. Aipysurus mosaicus Sanders, Rasmussen, Elmberg, Mumpuni,
Guinea, Blias, Lee & Fry, 2012.
Sanders, K. L., A. R. Rasmussen, J. Elmberg, Mumpuni, M.
Guinea, P. Blias, M. S. Y. Lee, dan B. G. Fry. 2012. “Aipysurus
mosaicus: A New Species of Egg-eating Sea Snake (Elapidae: Hy-
drophiinae) with A Redescription of Aipysurus eydouxii (Gray,
1849).” Zootaxa 3431: 1–18.
77. Boiga hoeseli Ramadhan, Iskandar & Subasri, 2010.
Ramadhan, G., D. T. Iskandar, dan D. R. Subasri. 2010. “New
Species of Cat Snake (Serpentes: Colubridae) Morphologically
Similar to Boiga cynodon from the Nusa Tenggara Islands, In-
donesia.” Asian Herpetological Research 1: 22–30.
78. Brachyorrhos wallacei Murphy, Mumpuni, De Lang, Gower &
Sanders, 2012.
Ordo TESTUDINATA
116. Geoemyda yuwonoi Mccord, Iverson & Boeadi, 1995.
McCord, W. P., J. B. Iverson, dan Boeadi. 1995. “A New
Batagurid Turtle from Northern Sulawesi, Indonesia.” Chelonian
Conservation and Biology 1: 311–316.
Nama valid: Leucocephalon yuwonoi (Mccord, Iverson, dan
Boeadi, 1995)
McCord, W. P., J. B. Iverson, P. Q. Spinks, dan H. B. Shaffer.
1995. “A New Genus of Geoemydid Turtle from Asia.” Hama-
dryad 25: 20–24.
E. CHONDRICHTYES
Ordo RHINOPRISTIFORMES
117. Rhinobatos jimbaranensis Last, White & Fahmi, 2006.
Last, P. T., W. T. White, dan Fahmi. 2006. “Rhinobatos jimba-
ranensis and R. penggali: Two New Shovelnose Rays (Batoidea:
Rhinobatidae) from Eastern Indonesia.” Cybium International
Journal of Ichtiyology 30(3): 261–271.
118. Rhinobatos penggali Last, White & Fahmi, 2006.
Last, P. T., W. T. White, dan Fahmi. 2006. “Rhinobatos jimba-
ranensis and R. penggali: Two New Shovelnose Rays (Batoidea:
Ordo RAJIFORMES
119. Okamejei cairae Last, Fahmi & Ishihara, 2010.
Last, P. R, Fahmi, dan H. Ishihara. 2010. “Okamejei cairae
sp. nov.: A New Skate from the South China Sea.” Dalam De-
scription of New Sharks and Rays from Borneo, diedit oleh P.
R. Last, W. T. White, dan J. J. Pogonoski. CSIRO Marine and
Atmospheric Research Paper 32: 89–100.
Ordo MYLIOBATIFORMES
120. Himantura tutul Borsa, Durand, Shen, Arlyza, Solihin & Ber-
rebi, 2013.
Borsa, P., J. D. Durand, K. N. Shen, I. S. Arlyza, D. D. Solihin,
dan P. Berrebi. 2013. “Himantura tutul sp. nov. (Myliobatoidei:
Dasyatidae): A New Ocellated Whipray from the Tropical Indo-
West Pacific, Described from Its Cytochrome-oxidase I Gene
Sequence.” Comptes Rendus Biologies 336: 82–92.
121. Pastinachus stellurostris Last, Fahmi & Naylor, 2010.
Last, P. R., Fahmi, dan G. J. P. Naylor. 2010. “Pastinachus stel-
lurostris sp. nov.: A New Stingray (Elasmobranchii: Myliobati-
formes) from Indonesian Borneo.” Dalam Description of New
Sharks and Rays from Borneo, diedit oleh P. R. Last, W. T. White,
dan J. J. Pogonoski. CSIRO Marine and Atmospheric Research
Paper 32: 129–139.
Ordo CARCHARHINIFORMES
122. Atelomycterus erdmanni Fahmi & White, 2015.
Fahmi dan W. T. White. 2015. “Atelomycterus erdmanni: A New
Species of Catshark (Scyliorhinidae: Carcharhiniformes) from
Indonesia.” Journal of the Ocean Science Foundation 14: 14–27.
Ordo SILURIFORMES
134. Akysis galeatus Page, Hadiaty, Lopez, Rachmatica & Robins,
2007.
Page, L. M., R. K. Hadiaty, J. A. Lopez, I. Rachmatika, R. H.
Robins. 2007. “Two New Species of Akysis variegatus Species
Group. Copeia: 292–303.
135. Akysis scorteus Page, Hadiaty, A. Lopez, Rachmatika & Robins,
2007.
Page, L. M., R. K. Hadiaty, J. A. Lopez, I. Rachmatika, dan R.
H. Robins. 2007. “Two New Species of Akysis variegatus Species
Group. Copeia: 292–303.
136. Clarias microspilus Ng & Hadiaty, 2011.
Ng, H. H. dan R. K. Hadiaty. 2011. “Clarias microspillus: A New
Walking Catfish (Teleostei: Clariidae) from Northern Sumatra,
Indonesia.” Journal of Threatened Taxa 3: 1577–1584.
137. Glyptothorax exodon Ng & Rachmatika, 2005.
Ng, H. H. dan I. Rachmatika. 2005. “Glyptothorax exodon:
A New Species of Rheophilic Catfish from Borneo (Teleostei:
Sisoridae).” The Raffles Bulletin of Zoology 53: 251–255.
138. Glyptothorax ketambe Ng & Hadiaty, 2009.
Ng, H. H. dan R. K. Hadiaty. 2009. “Glyptothorax ketambe:
A New Catfish from Northern Sumatra (Teleostei: Sisoridae).”
Zootaxa 2085: 61–68.
Ordo LAMPRIFORMES
150. Diancistrus typhlops Nielsen, Schwarzhans & Hadiaty, 2009.
Nielsen, J. G., W. Schwarzhans dan R. K. Hadiaty. 2009. “A
Blind New Species of Diancistrus (Teleostei, Bythitidae) from
Three Caves on Muna Island, Southeast of Sulawesi, Indonesia.”
Cybium 33: 241–245.
Ordo BELONIFORMES
151. Nomorhamphus lanceolatus Huylebrouck, Hadiaty & Herder,
2014.
Huylebrouck, J., R. K. Hadiaty, dan F. Herder. 2014. “Two
New Species of Viviparous Halfbeaks (Atherinomorpha: Be-
Ordo PERCIFORMES
180. Acentrogobius limarius Allen, Erdmann & Hadiaty, 2016.
Allen, G. R., M. V. Erdmann, dan R. K. Hadiaty. 2016. “Acen-
trogobius limarius: A New Species of Goby (Pisces: Gobiidae)
from West Papua Province, Indonesia.” Journal of the Ocean
Science Foundation 15: 33–40.
181. Belobranchus segura Keith, Hadiaty & Lord, 2012.
Keith, P., R. K. Hadiaty, dan C. Lord. 2012. “A New Species of
Belobranchus (Teleostei: Gobioidei: Eleotridae) from Indonesia.”
Cybium 36: 479–484.
182. Glossamia arguni Hadiaty & Allen, 2011.
Hadiaty, R. K. dan G. R. Allen. 2011. “Glossamia n.sp.: A New
Species of Freshwater Cardinalfish (Apogonidae) from West
Papua Province, Indonesia.” Aqua, International Journal of Ich-
thyology 17: 173–180.
Ordo COELACANTIFORMES
198. Latimeria menadoensis Pouyaud, Wirjoatmodjo, Rachmatika,
Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999.
Pouyaud, L., S. Wirjoatmodjo, I. Rachmatika, A. Tjakrawi-
djaja, R. K. Hadiaty, dan W. Hadie. 1999. “Une Nouvelle Espece
de Coelacanthe. Preuves Genetiques et Morphologiques (A New
Species of Coelacanth).” Comptes Rendus de l’Academie des Sci-
ences Serie III Sciences de la Vie 3224: 261–267.
Ordo COLEOPTERA
200. Belonnotus tibialis Yoshitake & Noerdjito, 2004.
Yoshitake, H. dan W. A. Noerdjito. 2004. “Taxonomic Notes on
the Indonesian Belonnotus Schultze (Coleoptera: Curculionidae)
with Description of Two New Species from Java.” Esakia 44:
199–209.
201. Belonnotus yukawai Yoshitake & Noerdjito, 2004.
Yoshitake, H. dan W. A. Noerdjito. 2004. “Taxonomic Notes on
the Indonesian Belonnotus Schultze (Coleoptera: Curculionidae)
with Description of Two New Species from Java.” Esakia 44:
199–209.
202. Examnes curticornis Yokoi, Makihara & Noerdjito, 2016.
Yokoi, Y., H. Makihara, dan W. A. Noerdjito. 2016. “Notes on
the Genera Examnes and Pelossus (Coleoptera, Cerambycidae)
in East Kalimantan, Indonesia.” Elytra, Tokyo, New Series 6:
229–246.
203. Examnes kawakamii Yokoi, Makihara & Noerdjito, 2016.
Yokoi, Y., H. Makihara, dan W. A. Noerdjito. 2016. “Notes on
the Genera Examnes and Pelossus (Coleoptera, Cerambycidae)
in East Kalimantan, Indonesia.” Elytra, Tokyo, New Series 6:
229–246.
Ordo DIPTERA
216. Amsaria sagittocera Adisoemarto, 1974.
Adisoemarto, S. 1974. “A New Genus of Soldier Flies from
Indonesia.” Treubia 28: 69–71.
217. Drosophila aotsukai Suwito & Watabe, 2013.
Suwito, A., H. Watabe, dan M. J. Toda. 2013. “Review of the
Drosophila (Drosophila) quadrisetata species group (Diptera:
Drosophilidae), with descriptions of three new species from
the Oriental Region. Entomological Science 16: 66–82.
218. Drosophila denruoi Suwito & Watabe, 2014.
Suwito, A., M. J. Toda, H. Takamori, K. Harada, dan H. Watabe.
2014. “Revision of Asian Species of the Drosophila melanica
Species Group (Diptera: Drosophilidae) with A Description of
A New Species from Vietnam.” Entomological Science 17: 75–85.
219. Drosophila (Drosophila) baliensis Suwito & Watabe, 2010.
Suwito, A. dan H. Watabe. 2010. “Discovery of the Drosophila
(Drosophila) robusta Species Group (Diptera, Drosophilidae)
from Southeast Asian tropics with the Descriptions of Six New
Species.” Entomological Science 13: 381–39.
220. Drosophila (Drosophila) barobusta Suwito & Watabe, 2010.
Suwito, A. dan H. Watabe. 2010. “Discovery of the Drosophila
(Drosophila) robusta Species Group (Diptera, Drosophilidae)
from Southeast Asian tropics with the Descriptions of Six New
Species.” Entomological Science 13: 381–39.
221. Drosophila (Drosophila) hitam Suwito & Watabe, 2010.
Suwito, A. dan H. Watabe. 2010. “Discovery of the Drosophila
(Drosophila) robusta Species Group (Diptera, Drosophilidae)
from Southeast Asian tropics with the Descriptions of Six New
Species.” Entomological Science 13: 381–39.
Ordo HYMNOPTERA
230. Agmostigma Ubaidillah & La Salle, 1996.
Ubaidillah, R. dan J. La Salle. 1996. “A New Genus and Three
New Species of Tetrastichinae (Hymenoptera: Eulophidae) from
Brunei.” Journal of Tropical Biodiversity 3: 69–84.
Ordo ZYGOPTERA
264. Drepanosticta pararudicula Theischinger, Lupiyaningdyah &
Richards, 2015.
Theischinger, G., P. Lupiyaningdyah, dan S. J. Richards. 2015.
“Two New Species of Damselflies from Halmahera, Indonesia
(Zygoptera: Platystictidae, Platycnemididae).” Journal of the In-
ternational Dragonfly Fund 90: 1–10.
265. Nososticta halmahera Theischinger, Lupiyaningdyah & Rich-
ards, 2015.
Theischinger, G., P. Lupiyaningdyah, dan S. J. Richards. 2015.
“Two New Species of Damselflies from Halmahera, Indonesia
(Zygoptera: Platystictidae, Platycnemididae).” Journal of the In-
ternational Dragonfly Fund 90: 1–10.
Ordo LEPIDOPTERA
266. Antheraea (Antheraea) kageri Paukstadt, Paukstadt & Suhard-
jono, 1997.
Paukstadt, U., L. H. Paukstadt, dan Y. R. Suhardjono. 1997.
“Antheraea (Antheraea) kageri n.sp. Eine Neue Saturnidae von
Sulawesi, Indonesien (Lepidoptera: Saturnidae).” Entomologische
Zeitscrift 107: 53–59.
267. Antheraea (Antheraea) kelimutuensis Paukstadt, Paukstadt &
Suhardjono, 1997.
Paukstadt, U., L. H. Paukstadt, dan Y. R. Suhardjono. 1997.
“Antheraea (Antheraea) ranakaensis n. sp. und Antheraea (An-
theraea) kelimutuensis n. sp., Zwei Neue Saturniiden von der
Insel Flores, Indonesien (Lepidoptera: Saturniidae).” Entomolo-
gische Zeitschrift 107: 267–276.
268. Antheraea (Antheraea) ranakaensis Paukstadt, Paukstadt &
Suhardjono, 1997.
Paukstadt, U., L. H. Paukstadt, dan Y. R. Suhardjono. 1997.
“Antheraea (Antheraea) ranakaensis n. sp. und Antheraea (An-
theraea) kelimutuensis n. sp., Zwei Neue Saturniiden von der
Insel Flores, Indonesien (Lepidoptera: Saturniidae).” Entomolo-
gische Zeitschrift 107: 267–276.
269. Cricula hayatiae Paukstadt & Suhardjono, 1992.
Paukstadt, U. dan Y. R. Suhardjono. 1992. “Cricula hayatiae n.
sp. Eine Neue Saturnidae (Lepidoptera) von Flores, Indonesien.”
Entomologische Zeitscrift 102: 253–258.
270. Cricula trifenestrata tenggarensis Paukstadt, Paukstadt & Su-
hardjono, 1998.
Ordo ARANEAE
289. Amauropelma matakecil Miller & Rahmadi, 2012.
Miller, J. dan C. Rahmadi. 2012. “A Troglomorphic Spider from
Java (Araneae, Ctenidae, Amauropelma).” ZooKeys 163: 1–11.
Subkelas ACARI
Ordo IXODIDA
290. Haemaphysalis sumatraensis Hoogstraal, El Kammah, Kadarsan
& Anastos, 1971.
Hoogstraal, H., K. M. El Kammah, S. Kadarsan, dan G. Anas-
tos. 1971. “Haemaphysalis (H.) sumatraensis sp. n. (Ixodoidea:
Ixodidae): A Tick Parasitizing the Tiger, Boar, and Sambar Deer
in Indonesia.” The Journal of Parasitology 57: 1104–1109.
291. Ornithodoros (Alectorobius) collocaliae Hoogstraal, Kadarsan,
Kaiser & van Peenen, 1974.
Hoogstraal, H., S. Kadarsan, M. N. Kaiser, dan P. F. D. van
Peenen. 1974. “Ornithodoros (Alectorobius) collocaliae: New Spe-
cies (Ixodoidea: Argasidae), Parasitizing Cave Swiftlets (Aves:
Apodidae) in Java.” Annals Entomological Society of America 67:
224–230.
Nama valid: Carios collocaliae (Hoogstraal, Kadarsan, Kaiser &
van Peenen, 1974).
Klompen, J. S. H. dan J. H. Oliver Jr. 1993. “Systematic Relation-
ships in the Soft Ticks (Acari: Ixodida: Argasidae).” Systematic
Entomology 18: 313–331.
Ordo MESOSTIGMATA
292. Glyptholaspis merapiensis Hartini, Dwibadra & Takaku, 2009.
Hartini, S., D. Dwibadra, dan G. Takaku. 2009. “Mites of
Family Macrochelidae (Acari: Gamasida) Associated with Dung
C. ENTOGNATHA
Subkelas COLLEMBOLA
335. Folsomides arnoldi Suhardjono & Greenslade, 1994.
Suhardjono, Y. R. dan P. Greenslade. 1994. “Folsomides arnoldi
n.sp. (Isotomidae): A New Collembolan Abundant in Arid Aus-
tralia with A Redescription of Folsomides denisi (Womersley).”
Proceeding of The Linnean Society of New South Wales 114: 21–27.
D. CRUSTACEA
Ordo DECAPODA
346. Amarinus pristes Rahayu & Ng, 2004.
Rahayu D. L. dan P. K. L. Ng. 2004. “The Hymenosomatidae
(Crustacea, Decapoda, Brachyura) of Timika (Irian Jaya, Indo-
nesia).” Zoosystema 26: 87–94.
347. Arachnochium Wowor & Ng, 2010.
Wowor, D. dan P. K. L. Ng. 2010. “On Two New Genera of
Asian Prawns Previously Assigned to Macrobrachium (Crusta-
cea: Decapoda: Caridea: Palaemonidae).” Dalam Contributions
to Shrimp Taxonomy, diedit oleh S. De Grave dan C. H. J. M.
Fransen Zootaxa 2372: 37–52.
348. Caridina dali Annawaty & Wowor, 2015.
Annawaty dan D. Wowor. 2015. “The Atyid Shrimps from Lake
Lindu, Central Sulawesi, Indonesia with Description of Two New
Species (Crustacea: Decapoda: Caridea).” Zootaxa, 3957: 501–519.
349. Caridina kaili Annawaty & Wowor, 2015.
Annawaty dan D. Wowor. 2015. “The Atyid Shrimps from Lake
Lindu, Central Sulawesi, Indonesia with Description of Two
Ordo ISOPODA
414. Lanocira grebarree Bruce & Sidabalok, 2011.
Bruce, N. L. dan C. M. Sidabalok. 2011. “The genus Lanocira
(Hansen, 1890) (Corallanidae: Isopoda: Crustacea) in Tropical
Australian Waters.” Zootaxa 2793: 23–34.
415. Odysseylana sakijang Sidabalok & Bruce, 2015.
Sidabalok, C. M. dan N. L. Bruce. 2015. “Revision of the Ciro-
lanid Isopod Genus Odysseylana (Malyutina, 1995) (Crustacea)
with Description of Two New Species from Singapore.” Zootaxa
4021: 351–367.
416. Odysseylana temasek Sidabalok & Bruce, 2015.
Sidabalok, C. M. dan N. L. Bruce. 2015. “Revision of the Ciro-
lanid Isopod Genus Odysseylana (Malyutina, 1995) (Crustacea)
with Description of Two New Species from Singapore.” Zootaxa
4021: 351–367.
417. Stenasellus javanicus Magniez & Rahmadi, 2006.
Magniez, G. J. dan R. Cahyo. 2006. “A New Species of the Genus
Stenasellus (Crustacea, Isopoda, Asellota, Stenasellidae).” Bulletin
Mensuel de la Société Linnéenne de Lyon 75: 173–177.
GASTROPODA
Ordo STYLOMMATOPHORA
419. Amphidromus minutus Djajasasmita, 1982.
Djajasasmita, M. 1982. “Amphidromus porcellanus (Mousson,
1849) in Sumatra: A Confirmation and A Description of A
New Species (Gastropoda, Pulmonata: Camaenidae.” Treubia
28: 169–172.
Ordo ARCHITAENIOGLOSSA
420. Pterocyclus spiroliratus Djajasasmita, 1988.
Djajasasmita, M. 1988. “A New Cyclophorid from North Suma-
tra, Indonesia (Mollusca, Gastropoda: Cyclophoridae.” Treubia
29: 271–274.
Ordo CAENOGASTROPODA
421. Sulcospira kawaluensis Marwoto & Isnaningsih, 2012.
Marwoto, R. M. dan N. R. Isnaningsih. 2012. “The Freshwater
Snail Genus Sulcospira (Troschel, 1857) from Java with Descrip-
tion of A New Species from Tasikmalaya, West Java, Indonesia
(Mollusca: Gastropoda: Pachychilidae).” The Raffles Bulletin of
Zoology 60: 1–10.
Deskripsi: Keong ini bercangkang tebal, berukuran sedang (tinggi
cangkang 10,45–27,90), dan berbentuk ovately conic. Warna cangkang
coklat kehijauan atau coklat gelap dan sering kali terlihat adanya berkas
berwarna kehitaman pada seluk tubuh. Seluk awal pada individu
dewasa sering kali terkorosi dan hanya menyisakan empat atau enam
seluk. Sutura tidak dalam, permukaan cangkang halus, 3–7 spiral lirae
terlihat pada bagian bawah seluk tubuh, dan sudut sulur ± 60°. Mulut
cangkang widely ovate dan sering kali melebar di bagian bawahnya,
bagian dalam berwarna putih kecoklatan. Peristome tajam, kolumela
menebal. Operkulum berbentuk oval dengan tiga lingkaran yang
semakin bertambah diameternya. Inti operkulum berada pada posisi
subsentral. Bagian kepala hingga kaki berwarna abu-abu kehitaman
hingga hitam. Tepi mantel lurus berwarna pucat. Tubuh terpilin
sebanyak 2,5 putaran. Panjang ctenidium ± 7 mm.
Sebaran: Sejauh ini hanya diketahui dari daerah Kawalu, Tasikmalaya.
Manfaat: Belum ada pemanfaatan secara ekonomi.
Peran dalam ekosistem: Sebagai konsumen tingkat I pada ekosistem
sungai.
Ordo ENOPLIDA
429. Trichuris landak Purwaningsih, 2013.
Purwaningsih, E. 2013. “The First Report of New Species:
Trichuris landak.” Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine
3: 85–88.
Ordo STRONGYLIDA
430. Dorcopsistrongylus ewini Purwaningsih & Smales, 2010.
Purwaningsih, E. dan L. R. Smales. 2010. “Two New Species of
Dorcopsistrongylus (Strongylida: Strongyloidea) from Dorcopsis
muelleri (Marsupialia: Macropodidae) from Papua Indonesia.”
Journal of Parasitology 96: 596–601.
431. Dorcopsistrongylus salawatiensis Purwaningsih & Smales, 2010.
Purwaningsih, E. dan L. R. Smales. 2010. “Two New Species of
Dorcopsistrongylus (Strongylida: Strongyloidea) from Dorcopsis
muelleri (Marsupialia: Macropodidae) from Papua Indonesia.”
Journal of Parasitology 96: 596–601.
432. Dorcopsinema longispicularis Purwaningsih & Smales, 2014.
Purwaningsih, E. dan L. R. Smales. 2014. “New Species of
Dorcopsinema and Paralabiostrongylus (Nematoda: Chabertiidae:
Cloacininae) from Indonesia with A Key to Species of Dorcop-
sinema.” Zootaxa 3857: 591–598.
Ordo OXYURIDA
440. Syphacia (Rumbaisyphacia) Dewi, Hasegawa & Asakawa, 2014.
Dewi, K., H. Hasegawa, dan M. Asakawa. 2014. “Description
of Two New Species of Syphacia (Nematoda: Oxyuridae) Col-
lected from Eropeplus canus (Rodentia: Muridae): An Endemic
Rat of Sulawesi, Indonesia, with Proposal of New Subgenera.”
The Raffles Bulletin of Zoology 62: 647–654.
441. Syphacia (Rumbaisyphacia) kumis Dewi, Hasegawa & Asaka-
wa, 2014.
Dewi, K., H. Hasegawa, dan M. Asakawa. 2014. “Description
of Two New Species of Syphacia (Nematoda: Oxyuridae) Col-
lected from Eropeplus canus (Rodentia: Muridae): An Endemic
Rat of Sulawesi, Indonesia, with Proposal of New Subgenera.”
The Raffles Bulletin of Zoology 62: 647–654.
442. Syphacia (Segienamsyphacia) Dewi, Hasegawa & Asakawa,
2014.
Dewi, K., H. Hasegawa, dan M. Asakawa. 2014. “Description
of Two New Species of Syphacia (Nematoda: Oxyuridae) Col-
lected from Eropeplus canus (Rodentia: Muridae): An Endemic
Rat of Sulawesi, Indonesia, with Proposal of New Subgenera.”
The Raffles Bulletin of Zoology 62: 647–654.
Deskripsi: Cacing peniti ini mempunyai tiga buah bibir yang mem-
bentuk segitiga. Pada bagian tepi anterior phrynx terdapat bentukan
seperti kumis, mempunyai empat buah papila kepala yang bertakik.
Esofagus seperti tipe oxyurid yang mempunyai bulbus esofagus.
Panjang cacing jantan 1,51– 1,72 mm dengan lebar 111–128 µm,
sedangkan cacing betina berukuran 3,21–4,12 mm dan lebar 192–279
µm. Cacing jantan memiliki lateral alae yang besar, sedangkan betina
memiliki lateral alae yang kecil. Cacing jantan mempunyai tiga buah
mamelon, satu buah spikula, dan gubernakulum. Spikula berbentuk
jarum dengan panjang 192–279 µm dan panjang gubernakulum 39–42
µm. Telur berbentuk asimetris, mempunyai operkulum dengan ukuran
96–102 µm × 34–40 µm.
Sebaran: Sulawesi, Indonesia.
Peranan dalam ekosistem: Sebagai parasit pada tikus Eroplepus canus.
443. Syphacia (Segienamsyphacia) yuniae Dewi, Hasegawa &
Asakawa, 2014.
Dewi, K., H. Hasegawa, dan M. Asakawa. 2014. “Description
of Two New Species of Syphacia (Nematoda: Oxyuridae) Col-
Pendahuluan 217
Daftar Jenis Mikrob yang
Dipertelakan oleh Peneliti LIPI
1967–2017
Mikrob 219
4. Acetobacter syzygii Lisdiyanti et al., 2001.
Lisdiyanti, P., H. Kawasaki, T. Seki, Y. Yamada, T. Uchimura,
dan K. Komagata. 2001. “Identification of Acetobacter Strains
Isolated from Indonesian Sources and Proposals of Acetobacter
syzygii sp. nov., Acetobacter cibinongensis sp. nov., and Aceto-
bacter orientalis sp. nov.” International Journal of Systematic and
Evolutionary Microbiology 47: 119–131.
5. Acetobacter tropicalis Lisdiyanti et al., 2000.
Lisdiyanti, P., H. Kawasaki, T. Seki, Y. Yamada, T. Uchimura,
dan K. Komagata. 2000. “Systematic Study of the Genus Aceto-
bacter with Descriptions of Acetobacter indonesiensis sp. nov.,
Acetobacter tropicalis sp. nov., Acetobacter orleanensis (Henne-
berg, 1906) comb. nov., Acetobacter lovaniensis (Frateur, 1950)
comb. nov., and Acetobacter estunensis (Carr, 1958) comb. nov.”
The Journal of General and Applied Microbiology 46: 147–165.
6. Actinokineospora baliensis Lisdiyanti et al., 2010.
Lisdiyanti, P., M. Otoguro, S. Ratnakomala, Y. Lestari, R. D.
Hastuti, E. Triana, A. Katsuhiko, dan Y. Widyastuti. 2010. “Ac-
tinokineospora baliensis sp. nov., Actinokineospora cibodasensis
sp. nov., and Actinokineospora cianjurensis sp. nov. Isolated from
Soil and Plant Litter. International Journal of Systematic and
Evolutionary Microbiology 60: 2331–2335.
7. Actinokineospora cianjurensis Lisdiyanti et al., 2010.
Lisdiyanti, P., M. Otoguro, S. Ratnakomala, Y. Lestari, R. D.
Hastuti, E. Triana, A. Katsuhiko, dan Y. Widyastuti. 2010. “Ac-
tinokineospora baliensis sp. nov., Actinokineospora cibodasensis
sp. nov., and Actinokineospora cianjurensis sp. nov. Isolated from
Soil and Plant Litter. International Journal of Systematic and
Evolutionary Microbiology 60: 2331–2335.
Mikrob 221
Keterangan: Mikrograf pemindai elektron Actinoplanes bogoriensis strain LIPI11-2-Ac043
(InaCC A522) yang dikultivasi pada media humic acid-vitamin agar selama dua minggu
pada 28°C.
Sumber: Nurkanto dkk. (2016)
Gambar 47. Actinoplanes bogoriensis Nurkanto et al., 2016
Mikrob 223
ISP 4 dan media NBRC 231, berwarna merah muda mutiara pada
media ISP 5, dan berwarna coklat pada media ISP 7 serta membentuk
sporangium tak beraturan dengan sporangiospora yang motil.
Actinoplanes cibodasensis mampu mengasimilasi gliserol, D-
arabinosa, L-xilosa, D-adonitol, D-glukosa, D-galaktosa, D-fruktosa,
D-manosa, L-ramnosa, D-manitol, arbutin, eskulin, selobiosa, maltose,
laktosa, sukrosa, pati, glikogen, turanosa, D-lixosa, L-fukosa, D-arabi-
tol, glukonat, dan 2-ketoglukonat sebagai sumber karbon satu-satunya.
Mikrob ini juga mampu menghidrolisis gelatin dan menunjukkan reaksi
positif terhadap uji fosfatase alkalin, esterase (C4), esterase lipase (C8),
leusin arilamidase, valin arilamidase, β-galaktosidase, α-glukosidase,
β-glukosidase, N-asetil-β-glukosamidase, α-manosidase, pirazin-
amidase, pirolidonil arilamidase, dan katalase, tetapi tidak dapat
mereduksi nitrat. Kandungan GC dalam DNA genomnya sebesar
70,7%. Actinoplanes cibodasensis berpotensi sebagai sumber metabolit
sekunder untuk antimikrob.
Mikrob 225
(a) (b)
Keterangan: Penampilan sel Bacteroides caecigallinarum InaCC B455 yang diamati meng
gunakan mikroskop cahaya (a) dan koloninya yang ditumbuhkan pada media agar darah EG.
Sumber: Saputra dkk. (2015)
Gambar 49. Bacteroides caecigallinarum Saputra et al., 2015
Mikrob 227
sp. nov. Isolated from Leaf Litter in Indonesia.” International
Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 65: 4632–
4637.
26. Dietzia timorensis Yamamura et al., 2010.
Yamamura, H., P. Lisdiyanti, R. Ridwan, S. Ratnakomala, R.
Sarawati, Y. Lestari, E. Triana, G. Kartina, Y. Widyastuti, dan K.
Ando. 2010. “Dietzia timorensis sp. nov. Isolated from Soil.” Inter-
national Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 60:
451–454.
Mikrob 229
Keterangan: Erysiphe baliensis ex Gliricidia spium (MUMH 5705); konidiofor (A), konidium
(B), tabung kecambah (C), dan apresorium hifa (D). Panjang garis 20 µm.
Sumber: Meeboon dkk. (2012)
Gambar 51. Erysiphe baliensis Meeboon et al., 2012
Mikrob 231
baliensis gen. nov., sp. nov.: A Novel Acetic Acid Bacterium in
the α–Proteobacteria.” International Journal of Systematic and
Evolutionary Microbiology 52: 813–818.
37. Kocuria pelophila Hamada et al., 2016.
Hamada, M., C. Shibata, T. Tamura, A. Nurkanto, S. Ratnako-
mala, P. Lisdiyanti, dan K. Suzuki. 2016. “Kocuria pelophila sp.
nov.: An Actinobacterium Isolated from the Rhizosphere of A
Mangrove.” International Journal of Systematic and Evolutionary
Microbiology 66: 3276–3280.
38. Lecanicillium araneicola Sukarno et al., 2009.
Sukarno, N., Y. Kurihara, J. Y. Park, S. Inaba, K. Ando, S. Ha-
rayama, M. Ilyas, W. Mangunwardoyo, W. Sjamsuridzal, dan
E. Yuniarti. 2009. “Lecanicillium and Verticillium Species from
Indonesia and Japan Including Three New Species.” Mycoscience
50: 369–379.
39. Lecanicillium kalimantanense Sukarno et al., 2009.
Sukarno, N., Y. Kurihara, J. Y. Park, S. Inaba, K. Ando, S. Ha-
rayama, M. Ilyas, W. Mangunwardoyo, W. Sjamsuridzal, dan
E. Yuniarti. 2009. “Lecanicillium and Verticillium Species from
Indonesia and Japan Including Three New Species.” Mycoscience
50: 369–379.
40. Metschnikowia cibodasensis Sjamsuridzal et al., 2013.
Sjamsuridzal, W., A. Oetari, C. Nakashima, A. Kanti, R. Saras-
wati, Y. Widyastuti, dan K. Ando. 2013. “New Species of the
Genus Metschnikowia Isolated from Flowers in Indonesia,
Metschnikowia cibodasensis sp. nov.” Journal of Microbiology
and Biotechnology 23(7): 905–912.
41. Oleibacter marinus Teramoto et al., 2011.
Teramoto, M., M. Ohuchi, A. Hatmanti, Y. Darmayati, Y.
Widyastuti, S. Harayama, dan Y. Fukunaga. 2011. “Oleibacter
marinus gen. nov., sp. nov.: A Bacterium that Degrades Pe-
Mikrob 233
Deskripsi: Metschnikowia cibodasensis diisolasi dari bunga yang
tumbuh di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Selnya berbentuk lonjong,
silindris, nyaris bundar atau bulat telur. Sel tersusun tunggal, kelipatan
dua atau membentuk rantai pendek pada kultur slide menggunakan
media corn meal agar. Pseudomiseliumya rudimenter atau tidak ada.
Terdapat dua jenis sel dalam satu koloni, yakni sel vegetatif (2–3 µm ×
6–9 µm) dengan tekstur kusam dan sel yang terdiri dari klamidospora
berbentuk nyaris bundar hingga lonjong (4–7 µm × 9–13 µm) dengan
tekstur mengkilap di bawah mikroskop. Sporulasi terjadi dalam tiga
hari sampai satu minggu masa inkubasi pada suhu 25oC. Askus beru-
kuran 2–3 µm × 6–8 µm dan mengandung satu atau dua askospora
yang berbentuk asikular atau aseros. Akus terutama muncul dari sel
vegetatif, jarang yang dari klamidospora dan akan lisis setelah matang.
Metschnikowia cibodasensis mampu mengasimilasi D-glukosa,
D-galaktosa, D-sorbosa, sukrosa, D-maltosa, D-selobiosa, trehalosa,
D-melezitosa, D-xilosa, D-glukosamin, N-asetilglukosamin, gliserol,
D-manitol, metil α-D-glukosida, D-ribosa, D-sorbitol, 2-ketoglu-
konat, etilamina, dan kasein. Kandungan GC dalam DNA genomnya
sebesar 44,05 ± 0,25 mol%. Dugaan sementara menyatakan bahwa
Metschnikowia cibodasensis berpotensi dalam industri pangan ataupun
sebagai sumber energi alternatif.
Mikrob 235
Keterangan: Gejala penyakit yang disebabkan oleh Phyllossticta citriasiana pada buah Cit
rus maxima (a–c), koloni fungi pada media malt extract agar (MEA) (d), sporulasi pycnidia
(f–h) serta konidia yang dilapisi dengan lendir. Panjang garis 10 µm.
Sumber: Wulandari dkk. (2009)
Gambar 53. Phyllosticta citriasiana Wulandari et al., 2009
Keterangan: Sel tunas Pichia chibodasensis 14Y260 (InaCC Y1042) yang ditumbuhkan pada
media YM agar selama dua hari pada suhu 25oC dan pseudomiselia yang tumbuh pada media
YCBAS agar setelah diinkubasi selama empat belas hari pada suhu 25oC.
Sumber: Kobayashi dkk. (2016)
Gambar 54. Pichia chibodasensis Kobayashi et al., 2016
Mikrob 237
Deskripsi: Pichia chibodasensis diisolasi dari tanah dan kayu lapuk
di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Pada media YMA, koloninya
berwarna krem, licin, dan tidak beraturan. Tepi koloni tidak beraturan,
sel berbentuk bundar hingga agak bundar, dan berukuran 2,3–3,2
µm x 2,9–6,1 µm. Tunasnya multilateral. Askospora tidak ditemukan
ketika ditumbuhkan pada media YM agar, malt agar 5%, YCBAS
agar ataupun corn meal agar pada suhu 25oC selama dua bulan masa
inkubasi. Mikrob ini tidak berfermentasi.
Pichia chibodasensis dapat mengasimilasi glukosa, rafinosa, tre-
halosa, pati, D-xilosa, etanol, myo-inositol, DL-laktat, D-glukosamin,
N-asetil D-glukosamin, arbutin, propane-1,2-diol, dan butane-1,2-
diol. Senyawa nitrogen seperti etilamin-HCl, L-lisin, dan kadaverina.
Sel dapat tumbuh di media tanpa vitamin pada suhu 30oC. Mikrob
ini tidak menghidrolisis gelatin dan tidak memproduksi senyawa
mirip pati. Kandungan GC dalam DNA genomnya sebesar 38,3 mol%
dengan Q-7 sebagai ubikuinon terbesar. Mikrob ini diduga sebagai
sumber energy alternatif.
Mikrob 239
Deskripsi: Pseudocercospora clerodendri-hastati diisolasi dari daun
Clerodendrum hastatum yang terserang penyakit di Kebun Raya
Eka Karya, Bali. Mikrob ini menimbulkan bercak daun yang jelas,
berwarna coklat kemerahan, bentuknya angular hingga tak beraturan,
dan berukuran 5–10 mm. Stromata terletak di bawah stomata sampai
di dalam epidermis, jelas, berwarna coklat gelap, berdiameter 14–67
µm, hifanya internal dan eksternal. Konidiofornya muncul dari bagian
atas stromata dan dari hifa superfisial pada permukaan bawah daun,
fasikulat renggang hingga rapat, berwarna coklat, lurus atau sangat
melengkung, mulus, dan berukuran panjang 10–37 µm × 1,5–3 µm.
Sel-sel penghasil konidianya berintegrasi, berada di ujung, dan berpro-
liferasi secara simpodial. Lokus penghasil konidianya tidak mencolok,
tidak mengalami penebalan, dan tidak menggelap. Konidianya tung-
gal, bentuknya menjarum hingga menggada terbalik, lurus atau agak
melengkung, mulus, berwarna coklat pucat hingga berwarna zaitun
pucat, ujung pangkalnya romping tanpa penebalan, ujungnya tumpul,
berukuran 28–71 µm × 1–2,5 µm serta 3–9 sekat. Mikrob ini berperan
sebagai patogen pada tanaman dengan inang yang spesifik
Mikrob 241
60. Thalassospira tepidiphila Kodama et al., 2008.
Kodama, Y., Stiknowati, L.I,, Ueki, A., Ueki, K. & K. Watanabe.
2008. Thalassospira tepidiphila sp. nov., a polycyclic aromatic
hydrocarbon–degrading bacterium isolated from seawater. In-
ternational Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology
58: 711–715.
61. Tranquillimonas alkanivorans Harwati et al., 2008.
Harwati, T. U., Y. Kasai, Y. Kodama, D. Susilaningsih, dan K.
Watanabe. 2008. “Tranquillimonas alkanivorans gen. nov., sp.
nov.: An Alkane-degrading Bacterium Isolated from Semarang
Port in Indonesia.” International Journal of Systematic and Evo-
lutionary Microbiology 58: 2118–2121.
Keterangan: Mikrograf transmisi elektron sel Thalassosspira tepidiphila strain 1-1B. Panjang garis
1 µm.
Sumber: Kodama dkk. (2008)
Gambar 57. Thalassosspira tepidiphila Kodama et al., 2008
Mikrob 243
flavus gen. nov., sp. nov.: A New Member of the Family Cel-
lulomonadaceae.” Antonie van Leeuwenhoek 107: 1299–1306.
64. Tropicimonas isoalkanivorans Harwati et al., 2009.
Harwati, T. U., Y. Kasai, Y. Kodama, D. Susilaningsih, dan K.
Watanabe. 2009. “Tropicimonas isoalkanivorans gen. nov., sp.
nov.: A Branched-alkane-degrading Bacterium Isolated from
Semarang Port in Indonesia.” International Journal of Systematic
and Evolutionary Microbiology 59: 388–391.
65. Verticillium indonesiacum Sukarno et al., 2009.
Sukarno, N., Y. Kurihara, J. Y. Park, S. Inaba, K. Ando, S. Ha-
rayama, M. Ilyas, W. Mangunwardoyo, W. Sjamsuridzal, dan
E. Yuniarti. 2009. “Lecanicillium and Verticillium Species from
Indonesia and Japan Including Three New Species.” Mycoscience
50: 369–379.
Keterangan: (a) Mikrograf pemindai elektron Tropicihabitans flavus strain PS-14-16 (InaCC
A516) yang ditumbuhkan pada media NBRC 802 selama satu hari dan (b) empat hari pada
28oC.
Sumber: Hamada dkk. (2015)
Gambar 58. Tropicihabitans flavus Hamada et al., 2015
Mikrob 245
Sumber: Harwati dkk. (2009)
Gambar 59. Tropicimonas isoalkanivorans Harwati et al., 2009
Mikrob 247
Varietas
Baru
Pendahuluan 249
Daftar Varietas Baru
oleh Peneliti LIPI
1967–2017
251
7. Pisang Mas Lumut Tetraploid, LIPI ML4, 2013.
Fajarudin, Sertifikat Hak PVT: 181/PVHP/2013.
8. Pisang Mas Jambe Tetraploid, LIPI MJ4, 2013.
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 180/PVHP/2013.
9. Begonia Lovely Jo, 2013.
Wisnu H. Ardi dan Hartutiningsih–M.Siregar, Sertifikat Hak
PVT: 00237/PPVT/2013.
10. Pisang Rejang Tetraploid, LIPI RJ4, 2015.
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 315/PVHP/2015.
11. Pisang Klutuk Sukun Tetraploid, LIPI KS4, 2015.
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 314/PVHP/2015.
12. Pisang Mas Besar Tetraploid
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 387/PVHP/2016.
13. Pisang Mas Soponyono Tetraploid
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 386/PVHP/2016.
14. Pisang Rejang Hibrid Tetraploid, LIPI RJH3.
Yuyu Suryasari Poerba, Sertifikat Hak PVT: 387/PVHP/2016.
15. Pisang Madu Tetraploid (LIPI MD4) (Dalam proses pendaft-
aran)
16. Pisang Hibrid Gorokaii Tetraploid (Dalam proses pendaftaran)
17. Pisang Hibrid UBMH Triploid (Dalam proses pendaftaran)
Hibrida Aeschynanthus radicans dan A. tricolor var. “Soedjana
Kassan”, 2011.
Sri Rahayu, Sertifikat Hak PVT: 00139/PPVT/2011. - Lisensi,
Koperasi Nabati Lestari 2016.
18. Hoya diversifolia var. “Kusnoto”, 2014.
Sri Rahayu, Sertifikat Hak PVT: 00296/PPVT/2014. - Lisensi,
Koperasi Nabati Lestari 2016.
19. Aeschynanthus “Mahligai”
Sri Rahayu, Sertifikat Hak PVT: 0097/PPVT/2014. - Lisensi,
Koperasi Nabati Lestari 2016.
Buku ini menyajikan rekaman penemuan jenis baru biota oleh para
taksonom dari berbagai bidang di LIPI sejak tahun 1967 hingga 2017.
Pada periode tersebut, ditemukan 1.110 jenis baru dari berbagai taksa
flora, fauna, dan mikrob serta 22 varietas budi daya. Jenis-jenis baru
biota lain masih mungkin ditemukan di masa depan mengingat sangat
tingginya keanekaragaman hayati Indonesia. Oleh karena itu, masih
dibutuhkan lebih banyak lagi taksonom dengan keahlian yang lebih
bervariasi.
Buku ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, manfaat,
dan membuka wawasan tentang keanekaragaman hayati Indonesia
pada masyarakat luas. Penemuan jenis baru adalah titik awal dari ilmu
pengetahuan, menjadi pondasi dasar bagi pengembangan ilmu-ilmu
lainnya terutama bagi ilmu terapan. Tanpa dilandasi konsep jenis yang
benar dan nama ilmiah yang valid akan terjadi kekacauan pada ilmu-
ilmu pengetahuan lain yang menggunakan sampel atau material suatu
jenis biota. Identifikasi jenis yang akurat adalah langkah awal bagi
keberhasilan suatu penelitian dalam berbagai bidang. Ilmu taksonomi
dan para taksonom perlu mendapat apresiasi atau penghargaan yang
layak karena berperan penting dan nyata sebagai pembangun pondasi
ilmu pengetahuan.
259
Daftar Pustaka
261
Girmansyah, D. 2016. “A New Species of Begonia (Begoniaceae) from Sum-
bawa, Lesser Sunda Islands, Indonesia.” Reinwardtia 15(2): 115–118.
Girmansyah, D. 2016. “Three New Species of Begonia (Begoniaceae) from
Sumbawa Island, Indonesia.” Gardens’ Bulletin Singapore 68(1): 77–86.
Hamada, M., C. Shibata, A. Nurkanto, S. Ratnakomala, P. Lisdiyanti, T.
Tamura, dan K. Suzuki. 2015. “Tropicihabitans flavus gen. nov., sp.
nov.: A New Member of the Family Cellulomonadaceae.” Antonie
van Leeuwenhoek 107: 1299–1306.
Harris, J. B. C., P. C. Rasmussen, D. Li Yong, D. M. Prawiradilaga, D. D.
Putra, P. D. Round, dan F. E. Rheindt. 2014. “A Newspecies of Musci-
capa Flycatcher from Sulawesi, Indonesia.” PLoS ONE 9(11): e112657.
doi:10.1371/ journal.pone.0112657.
Harwati, T. U., Y. Kasai, Y. Kodama, D. Susilaningsih, dan K. Watanabe.
2009. “Tropicimonas isoalkanivorans gen. nov., sp. nov.: A Branched-
alkane-degrading Bacterium Isolated from Semarang Port in Indone-
sia.” International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology
59: 388–391.
Juswara, L., A. Schuiteman, dan V. Droissart. 2016. “Four New Orchid
Species from the Lengguru Fold Belt, West Papua, Indonesia.” Phy-
toKeys 61: 47–59.
Kobayashi, R., A. Kanti, dan H. Kawasaki. 2016. “Pichia chibodasensis sp.
nov.: A Novel Pichia Species Isolated in Indonesia.” International
Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 67: 1024–1027.
Kodama, Y., L. I. Stiknowati, A. Ueki, K. Ueki, dan K. Watanabe. 2008.
“Thalassospira tepidiphila sp. nov.: A Polycyclic Aromatic Hydro-
carbon-degrading Bacterium Isolated from Seawater.” International
Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 58: 711–715.
Kramadibrata, K. dan J. N. Hedger. 1990. “A New Species of Acaulospora
Associated with Cocoa in Java and Bali (Indonesia).” Mycotaxon
37:73–77.
Kramadibrata K., C. Walker, D. Schwarzott, dan A. Schüβler. 2000. “A New
Species of Scutellospora with A Coil Germination Shield.” Annals of
Botany 86: 21–27.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2014. Kekinian Keanekaragaman
Hayati Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
Acari, 4, 176, 177, 178, 180, 181, antimikrob, 223, 224, 229, 245
182, 183, 184, 275 arabinosa, 224, 226, 241, 243, 247
Acaulosporaceae, 94 Arachnida, 4, 177, 180, 181, 183,
Acaulospora walkeri, 94 184
Actinoplanes bogoriensis, 221, 222, arkea, 2, 5
223, 263 artropoda, 4
Actinoplanes cibodasensis, 221, 222, aseros, 234
223, 263 asikular, 234
Actinopterygii, 4, 142 askospora, 233, 234
Aeschynanthus, 3, 4, 252, 256, 257 Averrhoa leucopetala, 62
akte kelahiran, 2
akurat, 1, 259 Bacteroides caecigallinarum, 225,
Akus, 234 226, 264
alga, 2 Bakal buah, 21, 23
Alpinia, 89, 90, 261 bakteri, 2, 5, 227, 2413
Alpinia macrocrista, 89, 90 Bali, 3, 14, 17, 18, 19, 79, 80, 81,
Alpinia macrostephana, 90 82, 93, 96, 98, 99, 106, 157, 164,
amfibi, 4 178, 181, 215, 230, 240, 251,
amorphous, 95 261, 262
anaerob, 241, 243 balsam-balsaman, 11
anak daun pelindung, 91 basal, 3, 25, 188
anak jenis, 4, 113 basidiospora, 97
anak marga, 4 batang, 11, 13, 20, 22, 63, 66, 69,
anal, 144, 145, 203 73, 99, 144, 226, 241, 245, 246
analisis, 5, 63, 107, 113, 227 Batang Palupuh, 69
anonim, xiii, 1 Begonia, 3, 4, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
265
20, 21, 22, 251, 252, 262 cacing, 4, 119, 145, 208, 212, 214
Begonia sumbawaensis, 21, 22 Capung, 171
belimbing, 63 Caridina kaili, 186, 188, 190
benang sari, 20, 45, 48, 49 Carl Linnaeus, 1
bentuk, ii, 1, 20, 25, 90, 94, 97, 99, Castanopsis javanica, 97
101, 102, 164, 188, 208, 214, 230 caulocystidia, 99
berkarang, 45 Cheilocystidia, 97, 99
bermalai, 45, 49 Chondrichtyes, 4
berpinak, 63 Cibodas, 3, 222, 223, 228, 234, 238
berseling, 45, 49 Cicak, 136
berumah dua, 25 Citrus maxima, 235, 236, 237, 264
biji, 11, 67, 69, 112, 113, 115 Clerodendrum hastatum, 240
Bilah, 97 CMA, 237
bioremediasi, 243, 247 Collembola, 4, 185, 186
biota, xiii, xiv, xv, xvi, 1, 259 Coriaceous, 13
Boesenbergia, 3 Cryptosporangium cibodasense,
Boesenbergia oligosperma, 3 227, 228, 229, 231, 263
Bogor, 3, 89, 173, 174, 181, 210, Culture Collection, 3, 5, 6, 245
277 cuneate, 90
Botanis, 1 Cyrtodactylus rosichonariefi, 135
buah, xv, 20, 21, 22, 23, 63, 69, 89,
91, 97, 99, 112, 113, 115, 121, Daemonorops acehensis, 66
136, 212, 236 Daemonorops dransfieldii, 68
budaya, 1 daftar, xv
buku, ii, xiii, xiv, xv, xvi, 20, 22, 87, daftar jenis, xv
88 Danau Lindu, 112, 190
Bulbophyllum leucoglossum, 72 darat, 1
Bulbophyllum pyroglossum, 72 daun mahkota, 13
bulbous suspensor, 101, 102 daun penumpu, 20
bulir, 91 Daun tunggal, 25, 49
bunga, 11, 13, 20, 21, 22, 23, 25, 45, D. aurantiroseum, 73, 74
48, 49, 63, 67, 69, 73, 74, 89, 90, daur ulang, 97, 100
91, 234 delimitasi, 2, 3
Bunga betina, 20, 23 Dendrobium centrosepalum, 73
Bunga jantan, 20, 22, 25 Dendrobium purpureum, 73
burung, 4, 122, 123 Dendrolagus mbaiso, 113, 114
Indeks 267
hialin, 95, 230, 237 169, 170, 172, 173, 174, 176,
hidrokarbon, 243, 247 177, 178, 180, 181, 182, 183,
hifa, 94, 95, 102, 230, 240, 245 184, 185, 186, 187, 190, 191,
holotipe, 2 192, 193, 194, 195, 196, 197,
hotspot biodiversitas, xiii 198, 199, 201, 203, 204, 205,
Hoya, 3, 4, 9, 252, 258 207, 208, 209, 210, 211, 212,
hutan, xiv, 1, 46, 49, 97, 113, 115, 213, 214, 215, 216, 226, 228,
127, 130, 136, 278 229, 232, 235, 238, 239, 242,
hutan hujan tropis sekunder, 46 243, 244, 251, 259, 261, 262,
hyphal peg, 101 263, 264, 275, 276, 277, 278, 279
Indonesian Culture Collection
ICNB, 2 (InaCC), 3, 5
ICZN, 2 indumentum, 67
identifikasi, 5 insektivora, 123
Ikan, 143, 144, 145, 152 inventarisasi, xiv, 3
ilmuwan, 1 isolasi, 5
Impatiens ekapaksiana, 10 isotipe, 2
Impatiens tribuana, 12, 13
InaCC, 3, 5, 222, 223, 226, 228, jamur, xv, 1, 2, 3, 4, 102
237, 244, 245 Jamur arbuskula, 94, 102
Inang, 209 Jawa Tengah, 143, 144, 246
individu, 2, 126, 206 Jayawijaya, 46
indol, 226, 229 Jenis Baru, vi, viii, xiii, xiv, xv, xvi,
Indonesia, iv, xiii, xiv, xv, 3, 4, 5, 10, 2, 4, 6, 209, 262, 264, 266, 268,
11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 270, 272, 276
32, 60, 62, 63, 65, 71, 72, 73, 74, jenis langka, 49
75, 76, 77, 78, 80, 85, 90, 92, 93, Jepang, 6, 275, 276, 277, 278, 279
96, 98, 99, 105, 106, 108, 109, JICA, 6
110, 111, 113, 115, 116, 117, John Dransfield, 69
118, 119, 120, 121, 124, 125, JST, 6
127, 128, 130, 131, 132, 133, jurnal ilmiah, xii, 2
134, 135, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 143, 144, 146, 148, kandidat, 6
149, 150, 151, 153, 154, 155, Kandungan GC 223, 224, 227, 229,
156, 157, 158, 159, 161, 162, 234, 238, 241, 243, 245, 247
163, 164, 165, 166, 167, 168, kangguru pohon, 115
Indeks 269
Melipotes carolae, 121, 122 motil, 222, 224, 226, 229, 241, 243,
melonjong, 25 245, 246
memanjat, 66, 69 Muscicapa sodhii, 121, 123
membaji, 25 Museum, xiii, 3, 106, 108, 109, 110,
membeledu, 97 111, 115, 117, 118, 119, 127,
membundar, 20, 21, 25, 63, 97, 138, 142, 146, 173, 174, 190,
188, 189 275, 276, 277
memipih, 67 Museum Zoologicum Bogoriense,
mengawat, 72 xiii, 127, 275, 276, 277
mengelompok, 66, 69
menggelendong, 63 nama ilmiah, 1, 2, 259
menggerombol, 63 Nama lokal, 1
menggulung, 11, 13 Nemacheilus tebo, 142, 143
mengutuh, 25 nematoda, 180, 276
menjalar, 20, 22 NITE, 6
menjangat, 13, 45, 49 Nososticta halmahera, 170, 171
menjorong, 25, 63 nutrisi, 97, 100
menyerbuk, 97, 99 obat, xiv, 67, 69, 90, 92
menyirip, 20, 22 obligat, 246
meruncing, 20, 22, 67, 69, 72, 136, oksidase, 243, 245, 246
164, 188, 201 ordo, 94, 102
metana, 241 organik, 97, 100, 241
metanogen, 241 organisme, 1, 97, 100
Meteterakis lombokensis, 207, 208 ovarium, 3, 89
metode isolasi mikrob, 5 ovipositor, 171
Metschnikowia cibodasensis, 232, ovul, 3
233, 234, 264 OXALIDACEAE, 62
Mikrob, 217, 219, 224, 238, 240
mikroskop, 94, 95, 226, 234 pacar air, 11
mikroskop cahaya, 95, 226 padi, 3, 4
Miselia, 223 paku, 4
miselium, 222, 229 paku-pakuan, 4
molekuler, 5 pangan, xiv, 234
Moluska, 4, 276 Pangio lidi, 143, 144, 145
monograf, 2 pangkalan data, 1
mother cell, 95 papila, 208, 212
Indeks 271
reptil, 4 sistematika, 69, 275
revisi, 2 sistem penamaan ilmiah, 1
Rhacophorus indonesiensis, 128, spermateka, 164
129 spesimen, xiii, 2, 49, 86, 180
ribosa, 234, 241 spesimen rujukan, 2
RIKEN, 6 spesimen tipe, 2, 49
rimpang, 20, 22, 89, 91 Spikula, 208, 212
Rotan, 66, 69 spiral, 21, 23, 206, 243
rotan jernang, 67, 69 spora, 94, 95, 101, 102, 226, 229,
Rousettus linduensis, 111, 112 241, 94, 95, 101, 102
ruas, 87, 200, 201, 202, 203 sporangiospora, 222, 224
sporangium, 222, 224, 229
Sains, xiii, xv sporiferous saccule, 95
saprofagi, 164 spur, 11, 13
saprofit, 97, 100 Staminodia, 45
scanning electron, 94, 95 standar, 1, 144, 152
scar, 94, 95 Sternit, 164
Schizostachyum purpureum, 885, Stromata, 240
86, 87, 88 subgenus, 4
Scutellospora projecturata, 100, 101 subseksi Cenolophon, 90
sekuensing, 5 subsessile, 90
sekum, 226, 227 subtrat, 120, 190
sekunder, 45, 46, 49, 144, 145, 152, sukrosa, 223, 224, 226, 234, 241,
223, 224, 229, 245 245, 247
sepal, 13 SUKU, 9, 10, 14, 23, 27, 32, 58, 59,
sertifikat, 6 60, 61, 62, 63, 64, 65, 71, 72, 75,
seruling, 88 79, 87, 92, 93
Seta, 179 Sulawesi Utara, 63, 123, 201, 203
setae, 97 Sulcospira kawaluensis, 205, 206
setulae, 99 sulur, 206
Siccus-type, 99 Sumatera, 69, 127, 130, 143
simpodial, 87, 240 Sumatera Barat, 69
sintetik, 5 Sumba Timur, 87, 88
sirip, 144, 145, 152 Sutura, 206
sirup, 63 Swedia, 1
sirus, 67, 69 Syphacia, 211, 212, 213, 214
Indeks 273
274 Temuan dan Pertelaan Jenis Baru ...
Biodata Penyusun
275
K artika Dewi adalah salah satu
staf pada Laboratorium Moluska
dan Invertebrata lain, Bidang Zoologi
(Museum Zoologicum Bogoriense),
Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia sejak tahun
2005. Beliau menekuni taksonomi
nematoda parasit pada hewan liar dan
mendapatkan gelar Doctor of Philoso-
phy dari Rakuno Gakuen University,
Jepang.