Share

Haruskah Orang dengan Gangguan Kejiwaan Dikucilkan?

Maria Amanda Inkiriwang, Okezone · Rabu 05 Oktober 2016 17:10 WIB
https: img.okezone.com content 2016 10 05 196 1506944 haruskah-orang-dengan-gangguan-kejiwaan-dikucilkan-814KSS9SWK.jpg Ilustrasi depresi (Foto: Shutterstock)
A A A

MASYARAKAT tengah dikejutkan dengan kasus mutilasi bayi yang terjadi di Kelurahan Cengkareng Barat, Tangerang. Jika dipikir sepintas, ibu mana yang tega mencoba memutilasi anaknya?

Hal ini amat memungkinkan sang ibu, Mud Mainah, mendapatkan stigma masyarakat di sekitarnya. Sebenarnya ada banyak faktor psikologis yang membuat seseorang melakukan tindakan kriminal.

Lalu, seperti apa support yang diperlukan untuk menangani salah satu anggota keluarga atau kerabat terdekat saat mereka mengalami krisis psikologis.

Menurut dr Eka Viora, SpKJ, Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Pusat (PP-PDSKJI), orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) memerlukan penangan khusus dari tenaga medis dan juga semangat dari keluarga.

"Ia harus berobat. Apakah ada potensi terulang lagi atau tidak, ada maintainance. Ada banyak faktor yang memengaruhi, ada enggak support keluarganya? Kalau ada suport keluarga, potensi yang kambuh akan makin kecil," ujar dr Eka di Gedung Adhyatma, Kemenkes RI, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).

Dokter spesialis kejiwaan akan melakukan anamnesis pada ODGJ, untuk memeriksa secara langsung seperti apa kondisi pasien. Dokter akan mendiagnosis seberapa jauh tingkat gangguan jiwa pada seseorang.

"Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan. Kalau ia depresi, kita (profesi dokter), akan tangani depresinya. Kalau ia ada masalah psikotik, kita akan tangani psikotiknya. Jadi, kita berharap suaminya tidak menceraikan dia. Kalau cerai kan enggak selesai masalahnya," terang dr Eka.

Bisa jadi ada berbagai faktor yang melatarbelakangi Mud Mainah yang berani melakukan mutilasi pada anaknya. Masalah yang terpendam, mungkin telah mencapai batas toleransi yang ada pada dirinya. Memang, setiap orang memiliki batas toleransi psikologis yang berbeda dalam situasi krisis. Jika ia tak bisa mengatasi

"Orang itu batas stressor-nya beda-beda. Kalau ia sudah sampai diambang batas, reaksinya menarik diri, atau enggak biasa, kita harus mengenalinya. Pada kondisi kejiwaan, setiap orang itu berbeda-beda," tambah dr Ayu Dwi Nindyati, Hubungan Masyarakat Psikologi Indonesia, menanggapi kasus ini.

Ia menambahkan, tak hanya peran dan dukungan dari keluarga, orang dengan gangguan jiwa juga membutuhkan perhatian dari lingkungan yang di sekitarnya. Oleh karenanya, masyarakat perlu dibekali pengetahuan untuk mengetahui secara umum kondisi pasien dengan gangguan jiwa.

"Masyarakat harus bisa aware untuk menghubungkan dari pihak-pihak yang berkaitan. Kalau ada kondisi tertentu, bisakah ada jalan untuk pendekatan atau intervensi. Semoga ini bisa menjadi perhatian, jangan sampai kebablasan," pungkas dr Ayu.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(vin)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini