Memahami kompleksitas diri manusia adalah satu hal yang masih belum terselesaikan juga sampai saat ini. Bahkan dalam ilmu psikologi sendiri, masih banyak perdebatan diantara teori-teori yang mempelajari kerumitan itu. Salah satu teori psikologi terkenal yakni Psikoanalisis.
Artikel yang ditulis oleh Kendra Cherry, The Influence of Psychoanalysis on the Field of Psychology, menyebutkan bahwa psikoanalisis didefinisikan sebagai seperangkat teori psikologis dan teknik terapi atau pengobatan yang berasal dari karya dan teori Sigmund Freud. Inti dari psikoanalisis adalah keyakinan bahwa semua orang memiliki pikiran, perasaan, keinginan, dan ingatan bawah sadar.
Katarsis sebagai Prinsip Dasar Psikoanalisis
Psikoanalisis menunjukkan bahwa orang dapat mengalami katarsis (pelepasan emosional) dan mendapatkan pengalaman mendalam tentang keadaan pikiran mereka saat ini, yakni dengan membawa pikiran bawah sadar ke dalam kesadaran mereka. Pelepasan emosional dalam katarsis ini terkait dengan kebutuhan untuk meredakan konflik yang tidak disadari.
Misalnya, stres, kecemasan, ketakutan, kemarahan, dan trauma dapat menyebabkan perasaan yang intens dan sulit untuk dibangun dari waktu ke waktu. Pada titik tertentu, rasanya seperti ada begitu banyak emosi dan gejolak yang menjadi luar biasa. Orang bahkan mungkin merasa seolah-olah mereka akan “meledak” kecuali mereka menemukan cara untuk melepaskan emosi yang terpendam ini.
Kendra menambahkan dalam tulisannya yang lain, What Is Catharsis, bahwa daripada melampiaskan perasaan ini secara tidak tepat, seseorang dapat melepaskannya dengan melakukan katarsis, seperti beberapa contoh berikut ini:
Berbicara dengan seorang teman: Sebuah diskusi dengan seorang teman tentang masalah yang kita hadapi mungkin memicu momen di mana kita dapat melihat bagaimana suatu peristiwa dari awal dalam hidup kita berkontribusi pada pola perilaku kita saat ini. Pelepasan emosional ini dapat membantu kita merasa lebih mampu menghadapi dilema yang dihadapi.
Mendengarkan musik: Musik bisa menjadi motivasi, tetapi juga sering kali dapat memicu momen-momen yang luar biasa. Musik dapat memungkinkan kita melepaskan emosi dengan cara yang sering membuat kita merasa pulih.
Membuat atau melihat seni: Karya seni yang kuat dapat membangkitkan emosi yang mendalam. Menciptakan seni juga bisa menjadi bentuk pelepasan emosi kita.
Latihan: Tuntutan fisik dari latihan bisa menjadi cara yang bagus untuk mengatasi emosi yang kuat dan melepaskannya dengan cara yang konstruktif.
Menulis ekspresif: Menulis dapat menjadi alat kesehatan mental yang efektif, baik itu menulis jurnal atau menulis fiksi. Menulis ekspresif merupakan sebuah proses yang melibatkan penulisan tentang peristiwa traumatis atau stres, dapat membantu untuk mendapatkan wawasan dan menghilangkan emosi stres.
Menurut Kendra, penting juga untuk diingat bahwa mengeksplorasi emosi yang sulit terkadang dapat menimbulkan risiko, terutama jika pengalaman ini berakar pada trauma atau pelecehan. Jika kita khawatir tentang efek potensial dari mengeksplorasi emosi ini, lebih baik mempertimbangkan untuk konsultasi dengan profesional kesehatan mental yang terlatih.
Beberapa peneliti juga percaya bahwa katarsis dapat meredakan ketegangan dalam jangka pendek, selain itu katarsis mungkin juga berfungsi untuk memperkuat perilaku negatif dan meningkatkan risiko ledakan emosi di masa depan. Berdasarkan inti dari katarsis ini, dalam psikoanalisis dapat ditunjukkan bahwa:
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh dorongan bawah sadarnya.
Masalah emosional dan psikologis seperti depresi dan kecemasan sering berakar pada konflik antara pikiran sadar dan bawah sadar.
Perkembangan kepribadian sangat dipengaruhi oleh peristiwa masa kanak-kanak awal (Sigmund Freud menemukan bahwa kepribadian sebagian besar terbentuk pada usia lima tahun).
Orang menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari informasi yang ada dalam alam bawah sadarnya.
Tiga Tingkat Kesadaran Menurut Sigmund Freud
Kendra melanjutkan bahwa Sigmund Freud melalui teori psikoanalisis ini menggambarkan kesadaran dalam tingkat yang berbeda, masing-masing dengan peran dan fungsinya sendiri, berikut penjabarannya:
Prasadar/ Pikiran bawah sadar (Preconscious) terdiri dari segala sesuatu yang berpotensi dibawa ke dalam pikiran sadar. Prasadar juga sering disebut sebagai ingatan siap, yakni tingkat kesadaran yang menjembatani antara pikiran sadar dan pikiran tidak sadar. Dapat berupa pengalaman yang semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, lalu akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Pikiran sadar (Conscious) berisi semua pikiran, ingatan, perasaan, dan keinginan yang kita sadari pada saat tertentu. Hal ini adalah aspek pemrosesan mental yang dapat kita pikirkan dan bicarakan secara rasional. Termasuk juga ingatan kita, yang tidak selalu menjadi bagian dari kesadaran tetapi dapat diambil kembali dengan mudah dan dibawa ke dalam kesadaran.
Pikiran tidak sadar (Unconscious) adalah lumbung penyimpan perasaan, pikiran, dorongan, dan ingatan yang berada di luar kesadaran kita. Ketidaksadaran mengandung isi yang tidak dapat diterima atau tidak menyenangkan, seperti perasaan sakit, cemas, atau konflik.
Sigmund Freud kemudian menyempurnakan apa yang ditemukan sebelumnya menjadi 3 hal berikut ini:
Id adalah sistem kepribadian yang asli, ada pada diri kita sejak lahir. Saat dilahirkan, “id” berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. “Id” hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan kita. “Id” tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah maupun moral. Alasan inilah yang kemudian membuat “id” memunculkan ego.
Ego adalah bagian dari kepribadian atas tuntutan realitas. Ini membantu mengendalikan dorongan id dan membuat kita berperilaku dengan cara yang realistis dan dapat diterima. Alih-alih terlibat dalam perilaku yang dirancang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan kita, “ego” memaksa kita untuk memenuhi kebutuhan kita dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan realistis. Selain mengendalikan tuntutan id, “ego” juga membantu mencapai keseimbangan antara dorongan dasar kita, cita-cita kita, dan kenyataan.
Superego adalah aspek terakhir dari kepribadian yang muncul, dan di dalamnya terkandung cita-cita dan nilai-nilai kita. Nilai-nilai dan kepercayaan yang ditanamkan oleh orang tua dan masyarakat kita adalah kekuatan penuntun superego dan dia berusaha membuat kita berperilaku sesuai dengan moral ini. Kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang bekerja menggunakan prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego.
Kekuatan dan Kelemahan Psikoanalisis
Dalam tulisan Kendra menyebutkan bahwa selama awal abad kedua puluh, pengaruh psikoanalisis mulai tumbuh. Namun, hal tersebut bukan tanpa kritik. Terlepas dari kekurangannya, psikoanalisis terus memainkan peran kunci dalam perkembangan psikologi sampai saat ini.
Kekuatan
Metode dan teori pemikiran psikoanalitik berkontribusi pada pengembangan psikologi eksperimental meskipun sebagian besar teorinya tidak bergantung pada penelitian eksperimental.
Psikoanalisis membuka pandangan baru tentang penyakit mental, terutama bahwa berbicara melalui masalah dengan seorang profesional psikoanalitik dapat membantu meringankan tekanan psikologis seseorang.
Kelemahan
Teori-teori Sigmund Freud terlalu menekankan pikiran bawah sadar, agresi, dan pengalaman masa kanak-kanak.
Banyak konsep yang diajukan oleh ahli teori psikoanalitik sulit diukur.
Sebagian besar ide Freud didasarkan pada studi kasus dan pengamatan klinis daripada empiris, penelitian ilmiah.
Beberapa sumber menunjukkan bahwa banyak orang skeptis terhadap psikoanalisis karena bukti yang mendukung keefektifannya sering dipandang lemah dan tidak seefektif teori lain. Namun, beberapa penelitian yang dikutip dar tulisan Kendra tentang efektivitas psikoanalisis ternyata juga telah mendapatkan dukungan. Satu tinjauan sistematis dari satu penelitian menyimpulkan bahwa terapi psikoanalitik adalah pengobatan yang efektif dalam pengurangan gejala dan perubahan jangka panjang, yang bertahan selama bertahun-tahun setelah pengobatan berakhir.
Meskipun kritikan lain juga memperdebatkan lamanya proses psikoanalisis ini (biasanya melibatkan klien dan terapis yang mengeksplorasi masalah selama bertahun-tahun), namun tidak bisa dipungkiri bahwa Sigmund Freud dan psikoanalisis sudah dikenal sebagai pendekatan terapeutik maupun pandangan teoretis yang telah meninggalkan jejaknya pada psikologi.
Add a comment