I. PENDaHuLuaN
Gaharu adalah resin beraroma wangi berwarna gelap yang terakumulasi di dalam batang
dan akar pohon penghasil gaharu. Bila tidak mengandung gaharu maka warna kayunya
putih pucat (Zich dan Campton 2001). Gaharu termasuk hasil hutan bukan kayu yang
sangat berharga yang dapat digunakan sebagai wewangian, dupa, obat-obatan, aroma
terapi dan bahan dalam upacara keagamaan. Begitu berharganya produk ini hingga di
Papua, para pemburu gaharu mendatangi kembali hutan rawa bekas panenan sebelumnya
untuk mendapatkan sisa produk tebangan masa lampau (Semiadi et al. 2010).
Pembentukan gaharu merupakan mekanisme pertahanan pohon. Resin yang terbentuk
berperan sebagai penghalang kimia pada serangan jamur. Namun demikian mekanisme
yang sebenarnya belum dimengerti secara menyeluruh dan diduga faktor-faktor ekologi,
fisiologi serta genetik ikut berperan. Dalam lingkungan alam, faktor eksternal yang
berpengaruh pada pembentukan gaharu adalah petir, hewan gembalaan, serangga atau
invasi mikroba (Antonopoulou 2010, Turjaman 2010). Pohon penghasil gaharu pada suku
Thymelaeaceae secara alami hanya sebagian kecil yang benar-benar mengandung gaharu
(LaFrankie 1994; Paoli et al. 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari populasi
pohon dewasa berdiameter lebih besar dari 20 cm hanya sekitar 10% yang mengandung
gaharu (Giano 1986 dalam La Frankie 1994).
Pohon penghasil gaharu yang benar-benar mengandung gaharu tidak memiliki tanda
khusus dari luar, sehingga para pemburu gaharu umumnya menebang saja pohon
yang mereka temui (Zich dan Campton 2001). Hasil temuan di lapangan menunjukkan
bahwa 88% pohon gaharu di Sumatera, 92% di Kalimantan Barat dan 31% di Kalimantan
Timur ditebang (Soehartono dan Newton 2002). Menebang sembarangan pohon untuk
menemukan resin berharga telah menyebabkan menipisnya populasi pohon penghasil
gaharu alam (Sitepu et al. 2011). Sebagai konsekuensinya telah terjadi penurunan populasi
alam Aquilaria di Asia Tenggara termasuk Papua New Guinea (Jensen 2007). Sehingga
pencarian gaharu alam semakin sulit dan memerlukan waktu yang lama karena perjalanan
pendek (1-7 hari) sering kali tidak membawa hasil sama sekali (Soehartono dan Newton
2002). Mengacu pada cara panen, gaharu alam di Indonesia dipanen dengan tidak lestari.
Dengan demikian perdagangan gaharu alam di Indonesia mungkin berpengaruh besar
pada kelestarian gaharu alam (Soehartono dan Newton 2001a).
Pohon penghasil gaharu yang paling penting adalah Aquilaria spp. dan Gyrinops spp. pada
suku Thymelaeaceae (Wiriadinata 1995, Sidiyasa dan Suharti 1987, Mogea et al. 2001,
Sitepu et al. 2011, Turjaman 2011). Aquilaria telah masuk dalam Appendix 2 CITES sejak
tahun 1994. Lima tahun kemudian Gyrinops menyusul masuk pula dalam Appendix 2
CITES. Aquilaria dan Gyrinops terdapat di Asia dengan sebaran alami mulai dari barat
di India hingga Timur di Indonesia serta di utara hingga Cina (Dinghou 1960, Whitmore
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 1
30-Jan-15 12:39:31 AM
Status Taksonomi dan Populasi
1973).
Membedakan Aquilaria dari Gyrinops tidaklah mudah khususnya bila tanpa kehadiran
bunga atau buah. Bukan hanya antar genus, di dalam satu genuspun sulit membedakan
antar jenis. Sehingga sering terjadi kesalahan misalnya Aquilaria malaccensis diidentifikasi
sebagai Aquilaria microcarpa atau sebaliknya. Bagi petani gaharu, kemampuan
mengidentifikasi pohon penghasi gaharu menjadi penting karena jenis yang berbeda
menghasilkan kuliatas gaharu yang berbeda pula (Rimbawanto dan Widyatmoko 2011).
Sementara bagi para petugas lapangan kemampuan mengidentifikasi dengan benar juga
penting untuk dapat menunjang upaya konservasi jenis pohon penghasil gaharu
Buku ini membahas status taksonomi dan populasi Aquilaria dan Gyrinops melalui
studi pustaka ditambah dengan studi herbarium pada berbagai herbaria dan kunjungan
lapangan.
2
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 2
30-Jan-15 12:39:32 AM
II. MEtODa PENELItIaN
Status taksonomi dan populasi pohon penghasil gaharu diteliti melalui studi pustaka.
Penelusuran pustaka sejauh mungkin hanya untuk publikasi ilmiah (jurnal, prosiding,
skripsi, thesis dan disertasi). Penelusuran pustaka dilakukan dengan memanfaatkan
jasa pustakawan dari berbagai perpustakaan, antara lain, Perpustakaan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan “Ardi Kusuma”, Perpustakaan Departement Pertanian,
Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Pusat IPB dan database online Proquest, Science Direct
dan Google Cendikia. Kata kunci yang dipakai dalam penelusuran pustaka adalah Aquilaria,
Gyrinops, gaharu dan agarwood.
Selain pustaka ilmiah, deskripsi pohon penghasil gaharu juga dipelajari melalui sampelsampel koleksi herbarium dari tiga herbaria yaitu Herbarium Puskonser, Herbarium
Wanariset Samboja dan Herbarium Bogoriense. Kunjungan lapangan ke beberapa Propinsi
terpilih dilakukan untuk melihat populasi alami dan mengoleksi herbarium serta gambar
pohon penghasil gaharu.
Status populasi alami jenis pohon Aquilaria dan Gyrinops diambil dari berbagai sumber
informasi yaitu, koleksi hidup di Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS),
koleksi herbarium yang tersimpan di Herbarium Puskonser, Herbarium Wanariset Samboja
dan Herbarium Bogoriense, data pengamatan langsung dari kunjungan lapangan di Propinsi,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku, Pulau Seram, dan Nusa
Tenggara Barat, hasil wawancara dengan pelaku bisnis gaharu (pembudidaya, pengepul,
pencari (pemburu) dan peneliti gaharu) di seluruh Indonesia. Setiap responden ditanyakan
di lokasi mana (desa, kecamatan, kabupaten, Propinsi) masih bisa ditemui populasi alami
pohon penghasil gaharu. Data yang terkumpul dari berbagai sumber tersebut kemudian
dipetakan dalam peta sebaran populasi alami Aquilaria dan Gyrinops. Pustaka tentang
sebaran alami Aquilaria dan Gyrinops juga dirujuk untuk melengkapi peta.
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 3
30-Jan-15 12:39:32 AM
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 4
30-Jan-15 12:39:32 AM
III. HaSIL DaN PEMBaHaSaN
a. HaSIL PENCaRIaN PuStaKa
Dari empat perpustakaan dan tiga database online didapatkan 128 publikasi dengan rincian
seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa taksonomi dan ekologi pohon
penghasil gaharu masih sangat minim. Umumnya publikasi ilmiah lebih banyak tentang
kandungan kimia atau yang terkait dengan produknya.
Kata kunci Aquilaria menghasilkan lebih banyak paper daripada Gyrinops. Sebagai
contoh pada database Proquest bila menggunakan kata kunci Aquilaria memunculkan 82
paper meskipun yang benar-benar membahas Aquilaria hanya 19 paper. Sementara bila
menggunakan kata kunci Gyrinops hanya menghasilkan tujuh paper dan tidak ada satupun
yang benar-benar membahas Gyrinops. Demikian pula pada data base Science Direct, bila
menggunakan kata kunci Aquilaria memunculkan 276 paper meskipun yang benar-benar
membahas Aquilaria hanya 43 paper. Sebaliknya bila kata kunci Gyrinops yang dipakai
maka hanya memunculkan 12 paper dan yang benar-benar membahas Gyrinops hanya satu
paper. Dari 128 publikasi ilmiah yang terkumpul hanya enam publikasi yang membahas
Gyrinops, 103 pulikasi membahas Aquilaria dan sisanya 19 membahas keduanya atau tidak
secara khusus menyebut jenis pohonnya. Dapat disimpulkan bahwa Gyrinops sebagai
penghasil gaharu tidak banyak diteliti. Hal ini sesuai dengan temuan Zich dan Campton
(2001) bahwa informasi tentang Gyrinops sangat terbatas. Selain itu Roemantyo dan
Partomihardjo (2010) juga mendapati bahwa data koleksi marga Gyrinops di Herbarium
Bogoriense sangat terbatas informasinya. Dapat disimpulkan bahwa Gyrinops sebagai
penghasil gaharu tidak banyak diteliti. Hal ini sesuai dengan temuan Zich dan Campton
(2001) bahwa Gyrinops sangat terbatas. Selai itu Roemantyo dan Partomihardo (2010) juga
mendapati bahwa data koleksi marga Gyrinops di tietarium Bogoriense sangat terbatas
informasinya.
Pustaka penting untuk status taksonomi adalah Ding Hou (1960) sementara pustaka
penting untuk status populasi adalah Soehartono dan Newton (2000) dan Roemantyo dan
Partomihardjo (2010).
tabel 1. Rekapitulasi penelusuran pustaka Aquilaria dan Gyrinops
Subyek
Kandungan Kimia
Pembentukan Gaharu
Genetik
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 5
Jumlah Paper
28
27
14
30-Jan-15 12:39:32 AM
Status Taksonomi dan Populasi
tabel 1. Rekapitulasi penelusuran pustaka Aquilaria dan Gyrinops (Lanjutan)
Subyek
Silvikultur
Sosial Ekonomi
Ekologi
Taksonomi
tOtaL
Jumlah Paper
29
15
11
4
128
B. StatuS taKSONOMI JENIS-JENIS AQUILARIA
DaN GYRINOPS
Revisi suku Thymelaeaceae yang paling akhir dilakukan oleh Ding Hou (1960) yang
diterbitkan di Flora Malesiana vol 6 no1 tahun 1960. Setelah itu belum ada revisi baru
pada suku Thymelaeaceae.
Menurut Ding Hou (1960) membedakan pada tingkat genus pada suku Thymelaeaceae
kadang kala sangat sulit karena meskipun sebagian besar jenis dalam satu genus dapat
dipisahkan dari genus lain dengan menggunakan 2 (atau lebih) karakter yang bagus, namun
ada satu atau dua jenis atau bahkan beberapa spesimen dari satu jenis yang hanya bisa
dibedakan dengan satu karakter. Sebagai akibatnya genus tersebut hanya mengandalkan
satu karakter untuk membedakan dengan genus lain. Sebagai contohnya kepala sari
(anther) Aquilaria selalu bebas (terpisah) dari tabungnya dengan pengecualian beberapa
spesimen pada Aquilaria cummingiana di mana sebagian kepala sari menyatu (melekat)
dengan tabungnya. Lebih jauh lagi daun mahkota pada Aquilaria selalu bebas kecuali
beberapa spesimen pada Aquilaria cumingiana. Pengecualian ini mamaksa pemisahan
genus Aquilaria hanya berdasarkan satu karakter morfologi.
Aquilaria and Gyrinops merupakan genus yang berkerabat dekat. Ding Hou (1960) hanya
memberikan satu karakter morfologi untuk membedakan Aquilaria dari Gyrinops yaitu
jumlah stamen (benangsari). Aquilaria adalah diplostemonous sedangkan Gyrinops
adalah haplostemonous. Aquilaria memiliki 10 benang sari (Ding Hou 1960) atau tepatnya
8-12 benangsari (Whitmore 1973) sedangkan Gyrinops memiliki 5 benangsari (Ding Hou
1960, Whitmore 1973). Oleh karena itu materi herbarium yang steril tanpa bunga atau
buah menjadi sulit untuk diidentifikasi meskipun hanya pada tingkat genus. Jenis pada
Thymelaeaceae memang sulit dibedakan karena dalam banyak hal karakter morfologi
bervariasi bukan hanya dalam satu jenis tetapi juga dalam satu spesimen (Ding Hou 1960).
Kemiripan ciri vegetatif di antara jenis Aquilaria dan Gyrinops telah menjadikan dua genera
ini sulit debedakan pada tingkat jenis bila hanya melihat pada ciri vegetatif saja (Ding Hou
1960, Zich dan Campton 2001).
6
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 6
30-Jan-15 12:39:32 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Menurut Ding Hou (1960) terdapat 12 jenis Aquilaria spp. enam jenis di antaranya terdapat
di Indonesia yaitu: Aquilaria malaccensis, A. beccariana, A. microcarpa, A. hirta, A.
cumingiana dan A. filaria. Empat jenis pertama tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan
sementara dua lainnya tersebar di Indonesia bagian timur. Selain itu, Whitmore (1973) juga
mendeskripsikan lima jenis Aquilaria spp. khusus yang tumbuh di Malaysia. Gyrinops spp.
terdiri dari delapan jenis, dengan satu jenis tersebar di Cylon (G. walla Gaertn) dan tujuh
jenis lainnya di Indonesia bagian timur yaitu: G. versteegii, G. moluccana, G. decipiens, G.
ledermannii, G. salicifolia, G. caudata dan G. Podocarpus
Klasifikasi tumbuhan Aquilaria SPP. dan Gyrinops SPP. adalah sebagai berikut :
Divisio
Sub divisio
Class
Sub-class
Ordo
Famili
Genus
:
:
:
:
:
:
:
Spesies
:
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledoneae
Dialypetalae
Myrtales
Thymelaeaceae, Euphorbiaceae, dan Leguminosae
Wikstroemia, Gonystylus, Gyrinops, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria,
Aquilaria, dan Aetoxylon
Aquilaria spp. dan Gyrinops spp.
B.1 DESKRIPSI MARGA AQUILARIA
Deskripsi jenis pohon penghasil gaharu ini tidak dibuat secara lengkap dan rinci, akan
tetapi lebih mengarah pada penyajian sifat-sifat morfologi yang menjadi ciri utama yang
membedakan dengan jenis-jenis yang lainnya dalam marga Aquilaria.
Aquilaria berupa pohon kecil hingga besar dengan tinggi hingga 40 m dan diameter
batang hingga 60 cm, kadang berbanir atau berlekuk pada bagian pangkal. Kulit batang
licin hingga beretak, kadang beralur, berwarna coklat keputih-putihan atau cokelat keabuabuan dan berkayu keras. Kayunya yang tidak mengandung resin berwarna putih, ringan
dan lembut, sedangkan kayu yang mengandung resin berwarna gelap, keras dan berat.
Kulit dalam berwarna krem kekuningan, berserat. Batang bebas cabang mencapai tunggi
hingga 16 m. Daun tunggal, berselang-seling, tipis hingga tebal, tepi rata, melengkung
hingga bergelombang, seringkali berbulu pada permukaan bawah, terutama pada tulang
daun primer dan sekunder. Bentuk daun bundar telur, jorong, lonjong memanjang dengan
ukuran panjang 5–8 cm dan lebar 3–4 cm, ujung daun runcing atau meruncing, pangkal
daun runcing, membundar, warna daun hijau mengkilat. Tulang daun sekunder jelas, tidak
jelas, kadang bercabang dan melengkung ke atas menuju tepi daun dan bersambungan
dengan tulang daun di antara tulang daun sekunder satu dengan yang lain; tulang daun
sekunder sekitar 12-16 pasang, tersusun sejajar. Tangkai daun pendek, berbulu halus atau
gundul. Perbungaan bentuk payung, umumnya di ujung ranting, diketiak atas dan bawah
7
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 7
30-Jan-15 12:39:32 AM
Status Taksonomi dan Populasi
daun. Bunga biasanya tabung, corong, mangkok (cawan), dengan daun kelopak 5, umumnya
berbulu rapat pada bagian dalam; kelopak bunga (4-) 5 (-6), tersusun melingkar, biasanya
berbulu rapat. Benangsari lebih banyak daripada kelopak bunga. Bakal buah duduk, bulat
telur, lanset sungsang, atau jorong, berbulu pendek, rapat atau gundul dan beruang 2, putik
bentuk benang. Buah kapsul, bulat, bulat telur sungsang , lanset sungsang, berkeriput atau
halus. Biji 1 atau 2, bulat telur atau jorong; kulit biji keras, kadang berbulu halus berwarna
kemerahan, bagian pangkal biji terdapat sumbat lembaga berbentuk seperti ekor, keping
biji tebal, bentuk bundar pipih (Ding Hou1960; Whitmore 1983).
B.2. KUNCI PENGENALAN JENIS-JENIS AQUILARIA
1.a.
b.
2.a.
b.
3.a.
b.
4.a.
b.
5.a.
b.
Permukaan atas helaian daun licin, tulang daun utama pada permukaan bawah
helaian daun berbulu halus, kadang-kadang hampir tidak berbulu; daun kering
hijau keabu-abuan, kadang dengan bintik biru keabu-abuan pada permukaan
atas …………………..………………………..…........................................…. Aquilaria hirta
Permukaan atas dan bawah helaian daun tidak berbulu; daun kering tidak
demikian ............................................................................................................ 2
Tulang daun sekunder menonjol jelas di bagian permukaan bawah helaian daun;
tulang daun tersier berbentuk jala; daun besar berukuran 7 x 27cm – 3 x 8,5 cm
……....................................................................................... Aquilaria beccariana
Tulang daun sekunder menonjol jelas di bagian permukaan atas helaian daun;
tulang daun tersier berbentuk tangga atau tidak ada tulang daun sekunder;
daun berukuran lebih kecil …....…………………..…………………..............................… 3
Tulang daun sekunder tidak ada, buah licin, berukuran 2,5 - 3,5 cm x 2,5 cm …
…….……………………………………………………………………….…...........................…….....… 4
Tulang daun sekunder bentuk tangga, buah keriput, berukuran sekitar 1,5-2 cm
……………………………………………………................................… Aquilaria cumingiana
Tabung bunga membelah, ujung buah tumpul dan pangkal buah menyempit ......
...........................................………………….........................… Aquilaria malaccensis
Tabung bunga tidak membelah, ujung dan pangkal buah membundar ..…........ 5
Buah bulat, berukuran 1-1,5 cm x 1 cm, tidak berlekuk ……Aquilaria microcarpa
Buah bulat telur, berukuran 1,5-2 cm, berlekuk 4 .…….........….… Aquilaria filaria
B.3 DESKRIPSI JENIS-JENIS AQUILARIA
B.3.1. Aquilaria hirta Ridl.
Pustaka
J. Straits Branch Roy. Asiat. Soc. 35(1901)78 ;Gamble, J. As. Soc.
Beng. 75 (1912)ii; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960 )12
8
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 8
30-Jan-15 12:39:32 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Sinonim
Aquilaria moszkowskii Gilg. Notizbl. Berl.-Dahl. 5 (1908) 84; Quis. J. Arn. Arb. 27 (1946)
403.
Nama daerah
Karas (Sumatera) dan pulau kecil (Bangka, Belitung dan Batam); Chamdan, changang, kayu
chandan, sahare (Madura).
Deskripsi
Habitus pohon kecil-sedang, tinggi pohon hingga 15 m, diameter batang 17 cm. Batang
tegak, lurus, warna kelabu, berkulit tipis dengan serat panjang dan kuat, ranting berbulu
halus lebat. Daun bentuk bundar telur melebar-lonjong, jorong-lonjong, mirip daun
A. beccariana, berseling, hijau kusam, berukuran 15-16 cm x 8-10 cm, pangkal bentuk
membundar, ujung luncip; tulang daun sekunder 16-30 pasang, terlihat jelas pada
permukaan bawah; panjang tangkai 5-7 mm. Perbungaan bentuk payung, muncul di ketiak
daun dekat ujung ranting, jumlah 5-14 bunga, panjang perbungaan 10 mm. Bunga bentuk
tabung, panjang 1 cm, mekar tidak beraturan, berbulu rapat, putih/kuning gading, tangkai
bunga 2 cm. Bakal buah berbulu lebat. Buah bentuk lanset sungsang atau gepeng dan
gelendong, membesar keujung dan menyempit kepangkal, ukuran 3,5-5 x 1 cm, berbulu
halus dan rapat, warna keemasan, kulit buah tipis; buah muncul dari celah lateral tabung
bunga. Biji bentuk bulat telur, berukuran 10 x 6 mm, berbulu, ujung biji berparuh pada
pangkal biji bentuk pasak, panjang 10 mm, warna hitam mengkilap berukuran panjang 2
cm. jumlah biji 1. Anakan jenis ini, bentuk daunnya jorong dan tersusun berhadapan.
Persebaran
Malesia: Semenanjung Malaysia (Trengganu, Pahang, Johor), Singapura, Sumatera
(Senamaninik), Kepulauan Riau (Batam) dan Lingga.
tempat tumbuh
Lereng bukit, dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 300 m dpl.
Status kelangkaan
Rawan
Waktu perbungaan
Pembungaan pada bulan Maret-Mei akan menghasilkan buah di bulan Juli-Agustus
(informasi pribadi bapak Dikin/petani gaharu).Pembungaan Aquilaria hirta pada tanaman
budidaya di Bogor terjadi pada Januari (Soehartono dan Newton 2001b).
9
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 9
30-Jan-15 12:39:33 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Perbanyakan
Sudah dilakukan budidaya (di Desa Tiban Lama, Kecamatan Sekupang, Batam) dengan cara
mengumpulkan anakan alam. Biji gaharu yang matang dapat dikecambahkan, namun tidak
dapat disimpan lama (recalcitrant).
Pemanfaatan
Daunnya untuk teh (di Batam). Masyarakat Pedalaman Sumatera, gaharu dimanfaatkan
antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh
dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body
lotion. Bijinya dimakan oleh burung. Kayu dimakan oleh larva kumbang.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur
atau bakteri yang menyerang perakaran.
Habitus
Batang
Kuncup bunga
Daun,perbungaan
Kulit buah, biji
Anakan
Gambar 1. Aquilaria hirta Ridl.
10
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 10
30-Jan-15 12:39:34 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 2. Sketsa Aquilaria hirta Ridl.
11
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 11
30-Jan-15 12:39:37 AM
Status Taksonomi dan Populasi
B.3.2. Aquilaria beccariana van tiegh.
Pustaka
Ann. Sc. Nat. Bot. 7 (1893)17; Bot. France40(1893)77; Ding Hou,Fl.Mal.1.6 (1960) 13
Sinonim
Aquilaria grandifolia Domke,Berl.-Dahl.11 (1932) 348.
Aquilaria cumingiana var. parviflora Airy Shaw, Kew Bull.(1940) 261.
Gyrinopsis grandifolia (Domke) Quis.J.Arn.Arb. 27 (1946) 406
Nama daerah
Gaharu, garu tanduk (Kalimantan), Aru, Engkaras, Engkeras, Enkaran, Merkaras, Mengkaras
putih, Karas, Kekaras (Sumatera), Mebuaan, Candan Rawa, Candan Gajah, Nangka belanda/
Sirsak (karena daunya menyerupai daun Sirsak), Gaharu, gumbil, njabak (Malesia).
Deskripsi
Habitus pohon besar, tinggi 28-40 m, diameter 36-60 cm. Batang berkulit tipis, beralur,
warna coklat kelabu, berserat panjang yang sangat kuat sehingga sering dimanfaatkan
untuk tali. Daun bentuk jorong- lonjong, tipis, ukuran (7-) 11-27 cm x (3-) 6-8,5 cm, ujung
luncip, pangkal runcing - tumpul, tepi menebal; warna hijau, ke dua permukaan daun licin,
kadang bulu tersebar pada bagian bawah, panjang tangkai 5-7 mm; tulang daun sekunder
berjumlah (10-) 15-25 pasang, menonjol jelas pada permukaan bawah. Perbungaan bentuk
payung, muncul di ujung ranting, ketiak daun, panjang tangkai perbungaan 5-15 mm.
Bunga bentuk tabung memanjang sekitar 1 cm, warna hijau kekuningan/putih kekuningan,
tangkai bunga 3-7 mm, bagian luar berbulu jarang dan bagian dalam berbulu. Buah bentuk
gelendong dan gepeng, ukuran 2-3,5 cm x 1cm, berkulit tipis, menyempit pada ke dua
ujungnya, di bagian tengah sedikit berlekuk, panjang tangkai buah 1 cm. Biji bulat telur,
warna hitam, ukuran 10-5 mm, berbulu lebat warna coklat kemerahan, jumlah biji1-2
dalam satu buah.
Persebaran
Sumatera (Palembang), Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia (Johor).
tempat tumbuh
Hutan dataran rendah dipterokarpa campuran, kerangas dan hutan pegunungan pada
ketinggian 700-1.000 m dpl. beriklim kering dengan curah hujan 1.500 mm/th. Sering
tumbuh disepanjang sungai sampai pegunungan, tanah liat berpasir. Hidup dengan subur
pada dataran rendah dan di habitat berawa/berair (komunikasi pribadi Partomihardjo).
Status kelangkaan
Rawan
12
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 12
30-Jan-15 12:39:37 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Waktu perbungaan
Aquilaria beccariana di Kebun Raya Bogor berbunga pada September – Desember
(Soehartono dan Newton 2001b). Buah pada individu pohon berdiameter batang 35
cm (Paoli et al.2001). Penelitian Partomihardjo et al. (2008) melaporkan bahwa jenis A.
beccariana berbunga dan berbuah pada individu pohon berdiameter 3 cm.
Perbanyakan
Sudah dibudidayakan, tetapi dalam skala kecil, baik secara vegetatif (stek, dan kultur
jaringan) maupun generatif (cabutan dan biji).
Pemanfaatan
Produk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan
keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana,
parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di Asia. Bijinya dimakan oleh
burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap tanah.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat daun (Heortia Vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur
atau bakteri yang menyerang perakaran.
Habitus
Buah Biji
Papagan
Daun, buah
Anakan
Batang
Gambar 3. Aquilaria beccariana van Tiegh.
13
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 13
30-Jan-15 12:39:37 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 4. Sketsa Aquilaria beccariana van Tiegh.
B.3.3. Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl.
Pustaka
J. Str. Br.R. As. Soc. n. 35 (1901) 80;
Sinonim
Decaisnella cumingiana O.K., :Rev. Gen. PI. 2 (1891) 584. Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 15
Gyrinopsis cumingiana var.pubescens (Elmer) Hallier f.: Merr. En. Philip. 3
(1923) 131.
14
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 14
30-Jan-15 12:39:38 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gyrinopsis decemcostata Hall. f. Med. Rijkshrb.n.44 (1922) 17; Domke,Bibl. Bot. 1 1 1
(1934) 26.
Gyrinopsis pubifolia Quisumb. J. Arn. Arb. 27 (1946) 406.
Gyrinopsis cumingiana (Decne) Ridl. Med. PI. Philip. (1951) 636.
Nama daerah
Giba - kolano (Halmahera), alahan, magaan, palisan (Tagalog), bago (Mbo.), binukat (Ak.
Bis.), butlo (Neg.), dalakit (S.L. Bis.), magwalem (Sub.), pamaluian (Bag.).
Deskripsi
Habitus pohon kecil - sedang, tinggi pohon 5-20 m, diameter batang hingga 40 cm. Batang
luar coklat kelabu, dengan bintik-bintik halus, berserat panjang yang sangat kuat sehingga
dimanfaatkan untuk tali. Daun lonjong-lanset, jorong-lonjong atau bundar telur-lonjong,
ukuran 14-18 x 2–8,5 cm, tersusun berseling, pangkal menyempit, ujung luncip, warna
hijau, ke dua permukaan daun licin; tulang daun sekunder berjumlah 12-18 pasang,
terlihat jelas pada permukaan bawah, panjang tangkai daun 4-6 mm. Perbungaan bentuk
payung, muncul pada ketiak daun dan menempel pada batang dengan jumlah sangat
banyak, tangkai perbungaan 3 mm. Bunga bentuk tabung, warna hijau, panjang bunga
13-16 mm, tabung bunga bagian luar berbulu lebat dan di dalam tidak berbulu, biasanya
terdapat bintik-bintik kelenjar seperti kutil yang tersebar. Buah bulat sedikit bulat telur
sungsang atau jorong, berlekuk 4, keriput, buah muncul dari celah lateral tabung bunga,
warna hijau berubah kuning pada waktu matang, berukuran sekitar 1,5-2 cm. Biji bulat
telur atau bundar pipih, jumlah 1-2 biji, pada bagian pangkal terdapat sumbat lembaga
warna putih. Tidak ditemukan anakan.
Persebaran
Malesia: Kalimantan (Sampit ), Filipina, dan Maluku (Morotai dan Halmaheira).
tempat tumbuh:
Hutan primer dataran rendah pada ketinggian hingga 270 m.
Status kelangkaan
Rawan
Waktu perbungaan
Pembungaan pada bulan Maret-April akan menghasilkan buah di bulan Juli-Agustus (Siran
dan Turjaman, 2010). Aquilaria cumingiana di Taman Nasional Manusela (pulau Seram)
didapati berbunga dan berbuah pada bulan Juli – Agustus (Jumrin, komunikasi pribadi).
15
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 15
30-Jan-15 12:39:38 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Perbanyakan
Belum dibudidayakan
Pemanfaatan
Produk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan
keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana,
parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di Asia. Bijinya dimakan oleh
burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap tanah.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur
atau bakteri yang menyerang perakaran.
Habitus
Batang
Daun
Papagan
Buah
Perbungaan
Gambar 5. Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl.
16
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 16
30-Jan-15 12:39:38 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 6. Sketsa Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl.
B.3.4. Aquilaria malaccensis Lamk
Pustaka
Encycl. 1 (1783)49, t.356; Ding Hou, Fl.Mal.1,6 (1960) 9
Sinonim
Agallochum malaicense Rumph. dan Agallochum secundarium coinamense Rumph.
Herb.Amb. 2 (1741) 34-35.
Aquilaria ovate Cav. Diss. (1789) 377, t.224
Aquilaria secundaria DC.; Fl. Ind. Bat. 1, 1(1858) 883.
Agallochum malaccense O.K. Rev. Gen. PI. 2 (1891) 583.
Aquilariella malaccensis van Tiegh. Ann. Sc. Nat. Bot.7.17 (1893) 216; Bull.Soc.
Bot. Fr. 40 (1893) 77.
Aquilaria agallocha Roxb.Hovl. Bag. 33
17
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 17
30-Jan-15 12:39:39 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Nama daerah
Kayu karas, gaharu, garu (Indonesia), halim (Lampung), alim (Batak), kareh (Minang),
mengkaras, calabac, karas, kekaras (Dayak), galoop (Melayu), dan seringak.
Deskripsi
Habitus pohon dengan tinggi 25-50 m, diameter 60 cm. Batang tegak, lurus, kadang berbanir,
kulit batang licin, beretak tipis, warna coklat kelabu, kulit dalam putih, kayu gubal putih
kekuningan (coklat muda). Daun bundar telur - lonjong, tipis tidak berbulu, ukuran 5-14
x 2,5-5 cm, ujung luncip, pangkal lancip, tirus, tumpul, tepi bergelombang, warna daun
hijau tua, permukaan bawah hijau terang, kadang berbulu, panjang tangkai 4-6 mm dan
berbulu, tulang daun sekunder menyirip tidak teratur, jumlah 12-16 pasang, terlihat jelas
menonjol di permukaan atas, tulang daun permukaan bawah berbulu halus. Perbungaan
bentuk payung, muncul di ujung ranting, bawah ketiak daun dan di atas ketiak tangkai,
bercabang 2-3, masing-masing cabang 10 bunga, panjang tangkai perbungaan 5-15 mm.
Bunga bentuk tabung, panjang 5-6 mm, warna hijau kekuningan, panjang tangkai bunga
3-6 mm, tabung bunga bagian dalam tidak berbulu dan bagian luar berbulu. Buah kapsul,
licin, bulat telur sungsang, ukuran 2,5-3,5 x 2,5 cm, ujung buah tumpul dan pangkal buah
menyempit, daging buah tebal tidak berbulu, panjang tangkai buah 1 cm. Biji bentuk bulat
telur, hitam, berukuran 10 x 6 mm, bagian pangkal biji bengkok seperti ekor berbulu lebat,
warna merah, jumlah biji 1-2. Anakan jenis ini, bentuk daun jorong sampai lanset, tersusun
berseling.
Persebaran
India (Bengal and Assam), Myanmar (Tenasserim), and Malaysia, Penincula, Malaysia
Timur, Sumatera, Kalimantan dan Filipina (Luzon).
tempat tumbuh
Hutan primer dataran rendah hingga pegunungan pada ketinggian 750 m dpl, suhu rerata
32°C dengan kelembaban rerata 70%, curah hujan sekitar 2000 mm. Jenis tanah yang sesuai
adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0. Umumnya
jenis ini tumbuh tersebar di lereng dan pegunungan, di tanah berdrainasi baik (Kessler &
Sidiyasa 1994).
Status kelangkaan
Rawan
Waktu perbungaan
Masa berbunga dan berbuah pada umur 5-6 tahun (Sitepu et al., 2011). Mulai berbunga
antara umur 6-7 tahun dengan diameter batang 10 cm dan dalam satu periode berbuah
menghasilkan 1000 biji (Soehartono dan Newton 2001a). Buah masak lebih kurang pada
individu pohon berdiameter batang 35 cm (Paoli et al.2001). Pengamatan Soehartono dan
18
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 18
30-Jan-15 12:39:39 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Newton (2001b) pada tegakan alam di Kalimantan Barat berbunga dan berbuah pada Juli
dan Juni, pada tanaman budidaya di Bogor pada April – Desember, sementara di Kebun
Raya Bogor pada September-Desember.
Perbanyakan
Secara vegetatif (cangkok, stek, cabutan, kultur jaringan dengan menggunakan tunas)
dan generatif (biji). Bijinya tergolong rekalsitran yaitu biji tidak tahan lama, jika disimpan
sehingga cepat kehilangan daya kecambahnya (Syamsuwida dkk. 2008). Biji memerlukan
waktu 15 hari untuk berkecambah dengan intensitas cahaya sekitar 60-80%, memerlukan
naungan pohon induk (Soehartono dan Newton 2001b). Penanaman di Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, Riau (Pekanbaru), Jambi (Sorolangun Bangko),
Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bogor), dan Banten.
Pemanfaatan
Di Sumatera dan Kalimantan, daun A. malaccensis untuk teh dan makanan badak. Produkproduk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan
keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana,
parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di negara-negara Asia.
Bijinya dimakan oleh burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang
dan rayap.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur
atau bakteri yang menyerang perakaran.
19
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 19
30-Jan-15 12:39:39 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Habitus
Batang
Daun, buah
Daun, buah
Perbungaan
Anakan
Biji 2
Biji 1
Gambar 7. Aquilaria malaccensis Lamk
20
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 20
30-Jan-15 12:39:39 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 8. Sketsa Aquilaria malaccensis Lamk.
B.3. 5. Aquilaria microcarpa Baill
Pustaka
Adansonia 11: (1875)304; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 9-10
Sinonim
Aquilaria borneensis Gilg dalam E. & P.Pfl.Fam.Ill,6a(1894)224; Boerl. Handl. 3 (1900)
112; Merr. En. Born. (1921) 417
Aquilariella borneensis vanTiegh. Ann.Sc. Nat.Bot.VII,17 (1893)217; Bull. Soc. Bot.Fr. 40
(1893) 11.
Aquilariella microcarpa van Tiegh. Ann.Sc. Nat. Bot. VII, 17 (1893) 216; Bull. Soc.Bot. Fr.
40(1893) 77.
21
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 21
30-Jan-15 12:39:40 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Nama lokal:
Gaharu, karas (Indonesia), mengkaras (Malay), hepang (Bangka), tengkaras, garutulang,
(Madura), engkaras (Dayak), karas atau sigi-sigi (Bugis).
Deskripsi
Habitus pohon tinggi hingga 40 m, diameter 80 cm. Batang tidak lurus, kulit batang
beralur, warna coklat kelabu. Daun bundar telur-lanset-lanset terbalik, tipis, ukuran 4-11
x 1–4 cm, ujung lancip-luncip, pangkal daun bentuk pasak-tirus, tepi rata dan menebal;
warna hijau, permukaan atas licin, bawah kadang berbulu halus, panjang tangkai 3-5 mm,
berbulu; tulang daun sekunder sejajar, agak rapat, jumlah 10–19 pasang, terlihat jelas
menonjol pada permukaan bawah. Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting,
bawah ketiak daun dan di atas ketiak tangkai, bercabang, masing-masing 5–11 bunga,
panjang tangkai perbungaan 5-10 mm; bunga bentuk tabung panjang 4-5 mm, warna
putih kekuningan, panjang tangkai 5 mm, bagian luar berbulu halus, bagian dalam berbulu
jarang. Buah kapsul, licin, berukuran 1-1,5 x 1 cm, ujung buah tumpul, panjang kelopak
buah 0,5 cm, daging buah tebal dan berbulu, panjang tangkai buah 0,7-1 cm. Biji bulat
telur, hitam, ukuran 6-4 mm, berbulu tebal, warna kecoklatan, jumlah biji 1-2, pangkal biji
terdapat sumbat lembaga warna putih. Anakan jenis ini, bentuk daunnya jorong sampai
lanset, tersusun berseling.
Persebaran
Sumatera (Sijunjung, Lampung, Palembang, Riau, Bengkulu, Jambi, Bangka dan Belitung),
Kalimantan dan Semenanjung Malaysia, Singapura
tempat tumbuh
Tumbuh di hutan tropis basah dataran rendah hingga ketinggian 200 m dpl., tumbuh
diberbagai habitat baik tanah berpasir atau daerah dekat rawa (Wiriadinata 1995). Selain
itu, tumbuh melimpah di daerah yang memiliki sungai kecil di hutan lindung sungai Wain,
Kalimantan Timur (Susilo & Kalima 2013).
Status kelangkaan
Rawan
Waktu perbungaan
Di Sumatera, musim berbunga A. microcarpa berlangsung pada bulan April - Mei atau
Juli - Agustus. Perkembangan bunga menjadi buah membutuhkan waktu sekitar 3 bulan
(Dephut 2006).
Perbanyakan
Sudah dilakukan budidaya baik secara vegetatif (stek) maupun generatif (cabutan dan
biji). A. microcarpa menghasilkan biji antara 23.260 dan 19.280 biji per pohon per tahun
pada pohon berdiameter batang > 20 cm (Soehartono dan Newton 2001b). Bijinya
22
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 22
30-Jan-15 12:39:40 AM
Status Taksonomi dan Populasi
tergolong rekalsitran yaitu biji tidak tahan lama jika disimpan sehingga cepat kehilangan
daya kecambahnya (Syamsuwida dkk. 2008). Biji memerlukan waktu 15 hari untuk
berkecambah dengan intensitas cahaya sekitar 60-80% , memerlukan naungan pohon
induk (Soehartono dan Newton 2001b). Menurut Ng (1992), viabilitas benih sekitar 1
minggu dan perkecambahan berlangsung antara 15-60 hari. Produksi benih maksimal
sekitar diameter batang 40 cm dan 50 cm. Pada tahap produksi optimal individu pohon
mampu memproduksi hingga 19.000 bibit dalam satu musim. Jenis ini di budidayakan di
Jambi, Palembang, dan Riau.
Pemencaran
Di Jambi, jenis A. microcarpa ditanam dengan pohon karet (Hevea braziliensis), Alstonia
scholaris dan Pheronema canescen (Winarni 2011).
Pemanfaatan
Kulit kayu A. microcarpa oleh masyarakat Anak Suku Dalam di Jambi dimanfaatkan untuk
ikat pelipis (Setyawati & Wardah 2007) dan menurut Heyne (1987) kulit kayu dimanfaatkan
untuk membuat tikar, tali dan pakaian. Bijinya dimakan oleh burung. Produk-produk
gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan,
pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma
terapi, sabun, body lotion. Biji dimakan tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva
kumbang dan rayap tanah.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur
atau bakteri yang menyerang perakaran.
23
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 23
30-Jan-15 12:39:40 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Habitus
Batang
Daun, buah
Helaian, daun
Perbungaan
Anakan
Biji 1-2
Gambar 9. Aquilaria microcarpa Baill
24
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 24
30-Jan-15 12:39:40 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 10. Sketsa Aquilaria microcarpa Baill
B.3. 6. Aquilaria filaria (Oken) Merr.
Pustaka
J. Arn. Arb. 31 (1950) 283; Ding Hou, Fl. Mal. 1.6 (1960)11-12
Sinonim
Aquilaria acuminata Quisumb. J.Arn. Arb. 27 (1946) 403.
Gyrinopsis acuminata Merr. Philip. J. Sc. 17 (1920) 294; En. Philip. 3 (1923) 130.
Ferruginium var. filarium DC. Pro.1 (1824) 342
Pittosporum filarium Oken Allg. Naturgesch. 3 (1841) 299.
25
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 25
30-Jan-15 12:39:40 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Nama daerah
Gaharu irian, lason (Maluku, Seram), age (Sorong), bokuin (Morotai)
Deskripsi
Habitus pohon kecil - sedang, dengan tinggi 17-20 m, diameter batang 50 cm. Batang
luar coklat kelabu, kulit dalam sangat aromatik, berserat panjang kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk tali, warna putih/kuning pucat. Daun lonjong, jorong–lonjong
hingga lanset, jarang lanset sungsang - lonjong, berukuran 10-20 cm x 3-5,5 cm, tersusun
berseling, ujung daun luncip, pangkal daun tumpul, warna daun permukaan atas hijau
gelap dan bawah hijau kusam/kelabu, tulang daun sekuder jelas terlihat menonjol pada
permukaan bawah, panjang tangkai 3-5 mm. Perbungaan bentuk payung, muncul pada
ketiak daun, jumlah (1-) 3-7 bunga. Bunga bentuk corong dengan 5 cuping, warna hijau
kekuningan atau putih, panjang bunga 5-6,5 mm, panjang tangkai bunga 2-5 mm, corong
bunga bagian luar tidak berbulu, dalam berbulu, bakal buah berbulu halus rapat, bentuk
bulat telur sungsang, panjang 3-4 mm. Buah bundar telur berlekuk 4, licin, warna hijau
masih berubah kekuningan waktu matang, panjang buah 1,5-2 cm, daging buah tebal.
Biji 1-2 buah, warna ungu kebiru-biruan, bagian pangkal terdapat sumbat lembaga sangat
pendek, warna putih. Anakan jenis ini, waktu umur 3 bulan bentuk daunnya jorong dan
susunannya berhadapan, setelah 6 bulan bentuk daun lonjong dan susunannya berseling.
Persebaran
Umumnya dijumpai di wilayah Indonesia bagian Timur yaitu Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua (Sorong, Waropen dan Monokwari).
tempat tumbuh
Hutan primer dan sekunder dataran rendah hingga rawa ketinggian sekitar 150 m dpl. pada
kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000 mm/th (Ding Hou 1960). A.filaria
cenderung tumbuh di sepanjang sungai daerah tergenang khususnya di Asmat dan Mappi,
Papua.
Status kelangkaan
Genting
Waktu perbungaan
Waktu pembungaan bulan Januari, Mei, dan September. Buah masak pada bulan
Februari, Juni, dan Oktober (http://bpthmalukupapua.dephut.go.id/database/sumberbenih/Propinsi-papua/gaharu-warsa/). Pengamatan Soehartono dan Newton (2001b)
pada tanaman budidaya di Bogor menunjukkan bahwa Aquilaria filaria berbunga dan
berbuah sepanjang tahun.
26
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 26
30-Jan-15 12:39:41 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Perbanyakan
Sudah dibudidayakan dalam skala kecil (1 ha), asal tegakan dari hutan alam, jumlah pohon
240 pohon, total produksi benih 182,4 kg/tahun.
(http://bpthmalukupapua.dephut.go.id/database/sumber-benih/Propinsipapua/gaharuwarsa/
Pemanfaatan
Bijinya dimakan oleh burung. Kayu dimakan oleh larva kumbang.
Hama dan Penyakit
Hama berupa ulat pemakan daun (Heortia vitessoidess) dan belalang, penyakit jamur atau
bakteri yang menyerang perakaran.
Habitus
Biji
Batang
Perbungaan
Biji
Anakan
Daun
Buah
Gambar 11. Aquilaria filaria (Oken) Merr
27
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 27
30-Jan-15 12:39:42 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 12. Sketsa Aquilaria filaria (Oken) Merr
B.4. DESKRIPSI MaRGa GYRINOPS
Habitus berupa semak, pohon kecil hingga besar, tinggi hingga 40 meter, diameter batang
sekitar 60 cm, banyak cabang. Batang licin, warna coklat keputih-putihan atau kelabu,
kadang beralur dan kayunya keras. Daun berbentuk lonjong memanjang, hijau tua, tepi
daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm; tulang daun sekunder
tersusun pararel yang bersambungan dengan beberapa tulang daun pinggir. Perbungaan
muncul di ketiak daun dekat ujung ranting, tangkai perbungaan pendek atau melekat
pada tangkai bunga, dengan 2-3 bunga berbentuk seludang kecil yang cepat tanggal.
Bunga bentuk tabung silindris dengan 5 cuping, bagian luar tabung berbulu, dan bagian
dalam terdapat bulu seperti rambut memanjang ke atas. Kelopak bunga berbulu di ke dua
permukaan. Daun mahkota 5 helai, terpisah atau bersatu dalam sebuah cawan/mangkok
(G. moluccana dan G. decipiens), terletak di leher tabung yang berselang-seling dengan
28
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 28
30-Jan-15 12:39:42 AM
Status Taksonomi dan Populasi
cuping kelopak, biasanya berbulu lebat. Benang sari 5, berdiri sendiri, terletak sejajar atau
di bawah daun mahkota. Bakal buah bentuk jorong atau bulat telur sungsang, berbulu
roma, melekat atau bertangkai pendek, beruang 2; kepala putik kecil. Buah kapsul beruang,
bulat telur sungsang sampai jorong, warna kuning-kemerahan, tangkai buah panjang dan
muncul dari atas atau dari sisi tabung bunga. Biji bentuk bujur telur, bundar pipih, biasanya
dengan sumbat lembaga pada bagian pangkal.
Persebaran marga Gyrinops di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua (Papua New
Guinea), Ceylon (G.Walla Gaertn.). Tempat tumbuh hutan dataran rendah sampai
ketinggian hingga 900 m dpl.
B.5. KUNCI IDENTIFIKASI JENIS – JENIS GYRINOPS
1.a.
b.
2.a.
b.
3.a.
b.
4.a.
b.
5.a.
b.
6.a.
Bunga bentuk tabung, panjang 12-15 mm. Buah muncul dari celah lateral dari
tabung bunga ....................................................................................................... 2
Bunga bentuk cawan, panjang 2 – 5 mm. Buah muncul dari bagian atas tabung
bunga utuh........................................................................................................... 4
Daun lonjong-lanset, berukuran (8-) 18-24 cm x (1,5) 2-3 cm. Perbungaan tandan
……………………………………………………………………….........................… G. moluccana
Daun berbentuk jorong-agak lonjong, berukuran 7,5-23,5 cm x 2,6 – 6,8 cm.
Perbungaan bentuk payung ................................................................................. 3
Jumlah tulang daun sekunder 16-20 pasang. Perbungaan terdiri atas 12-14 bunga.
Panjang tangkai bunga 2-5 mm. Daun mahkota bersatu dengan bagian dasar
berbentuk cincin. Buah bulat telur-lonjong, berukuran 1-1,5 cm x 8-1,3 cm ...........
........................................................................................................... G. decipiens
Jumlah tulang daun sekunder 25-35 pasang. Perbungaan terdiri atas 2-3 bunga.
Tangkai bunga 3-5 mm. Daun mahkota bersatu hanya pada bagian pangkalnya.
Buah berbentuk seperti avokat, panjang 1,4 cm ………………………. G. ledermannii
Daun bentuk jorong - lanset, berukuran 10–11,5 cm x 1-1,5 cm. Kelopak bunga
sama panjang dengan benangsari …………......................................... G. salicifolia
Daun bentuk persegi panjang atau bulat telur-lonjong,sangat jarang jorong,
berukuran 6-13 cm x 1,5-4 cm. Daun mahkota lebih pendek dari benang sari ........
............................................................................................................................... 5
Panjang tangkai bunga 5 mm. Daun mahkota lonjong sama panjang dengan
benangsari ….......................................................................................... G. caudata
Panjang tangkai bunga 1-3 mm.Daun mahkota bentuk jantung ........................ 6
Tulang daun sekunder pada permukaan atas dan bawah licin, berjumlah
12-16 pasang. Putik lebih pendek dari tabung bunga. Buah berbentuk bulat telur
sungsang atau jorong, ujung buah luncip, pangkal runcing - membundar ..............
............................................................................................................ G. versteegii
29
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 29
30-Jan-15 12:39:42 AM
Status Taksonomi dan Populasi
b.
Tulang daun sekunder terlihat jelas pada permukaan bawah, berjumlah
25-40 pasang. Putik lebih panjang dari tabung bunga. Buah bentuk seperti alpukat,
berbulu, ujung buah lancip, pangkal bentuk Pasak ……………............G. podocarpus
B.6. DESKRIPSI JENIS-JENIS GYRINOPS
B.6.1. Gyrinops moluccana (Miq.) Baill.
Pustaka
Adansonia 11 (1875) 326
Sinonim
Gilg in E. & P. Pfl. Fam. 3, 6a (1894) 225; Boerl. Handl.3 (1900) 111; Quis.J.Arn.Arb.27
(1946) 404; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 39-40.
Lachnolepis moluccana MiQ. : Ann. Mus. Bot. Lugd.-Bat. 1 (1863) 132.
Aquilaria moluccanaHall.f.. Med. Rijksherb. 44 (1922) 19
Nama daerah Status kelangkaan Deskripsi
Habitus semak. Daun lonjong - lanset, (8-) 18-24 cm x (4,5-)2-3 cm, licin, ujung daun
luncip, pangkal tumpul, tulang daun sekunder sejajar/paralel, jumlah 23-32 pasang,
terlihat jelas pada permukaan bawah. Perbungaan tunggal, muncul di ketiak daun, kadang
dalam cabang, jumlah 3-5 bunga, panjang tangkai perbungaan 10 mm, kadang 2-3 dalam
ketiak daun. Bunga bentuk tabung, panjang tabung 15 mm, panjang tangkai bunga 4
mm, kelopak bunga lonjong, panjang 3 mm, tegak, ujung membengkok, daun mahkota
biasanya bersatu dengan benangsari, benangsari ada di bawah/di dalam. Bakal buah bulat
telur atau jorong; kepala putik bulat telur. Buah bulat telur, berukuran 1,5 x 1 cm, tangkai
buah pendek, buah muncul dari celah lateral tabung bunga, biji bulat telur, jumlah 1-2.
Tidak ditemukan anakan.
Persebaran
Maluku (Buru: Kajeli dan Halmaheira).
tempat tumbuh Waktu perbungaan Perbanyakan Pemencaran: Pemanfaatan –
30
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 30
30-Jan-15 12:39:42 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 13. Sketsa Gyrinops moluccana (Miq.) Baill.
B.6.2. Gyrinops decipiens Ding Hou
Pustaka
Ding Hou. Fl.Mal.1.6 (1960) 41.
Typus G. Kjell- BERG 889 (isotype Bo, holotype L,nv).
Nama daerah
Gaharu beringin
Deskripsi
Habitus pohon kecil, tinggi pohon 4-17 m, diameter batang 3-30 cm. Batang tegak, kulit
batang luar beralur, warna kelabu. Daun jorong - agak lonjong atau lanset, berukuran 7,5 –
23,5 cm x 2,6 – 6,8 cm; pangkal daun bentuk pasak; ujung daun luncip, permukaan bagian
31
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 31
30-Jan-15 12:39:44 AM
Status Taksonomi dan Populasi
atas licin, kadang permukaan bawah berbulu, ketika kering ke dua permukaan mengkilap;
tulang daun sekunder paralel, berjumlah 16-20 pasang, terlihat jelas pada permukaan
bawah. Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting dan ketiak daun, jumlah 1214 bunga, panjang tangkai perbungaan pendek; bunga bentuk tabung, panjang bunga 15
mm, panjang tangkai bunga 2-5 mm, berbulu, tabung bunga bagian dalam licin dan bagian
luar berbulu. Buah bulat telur-lonjong, berukuran 1-1,5 cm x 0.8-1,3 cm, ujung luncip,
warna buah matang orange, tangkai buah 7 mm panjangnya; biji bulat pipih, berukuran
6 x (5-7) mm, jumlah 1-2, terdapat sumbat lembaga 5 mm panjangnya.
Persebaran
Sulawesi Tengah (Wavatoli, Palarahi)
tempat tumbuh
Hutan primer di puncak Gunung Ganda Dewatan di Buttu Ada dan Salusampe, Salubaka
serta desa Tampakura (Mamuju), Gunung Tapusaang di desa Karama (Mamasa), dan
Gunung Kapusaan, Gunung Tunggumanu di Karosa (Sulawesi Barat). Gyrinops decipiens
juga ditemukan di Desa Kulawi, Tuwulu, sungai Ulu Karosa, Tembok Jerman dan gunung
Lengke di sekitar Danau Towuti di Sulawesi Tengah; dan di Gunung Luwu Utara di Sulawesi
Selatan (Mulyaningsih dan Yamada, 2007).
Waktu perbungaan
Populasi di alam, berbunga dan berbuah di Sulawesi pada bulan Juli – Agustus (Mulyaningsih
dan Yamada 2007).
Habitus, daun, biji
(Foto Koleksi Kebun Raya Purwodadi)
http://rony001.blogspot.com/2010_10_01_archive.html. diunduh 27 Februari 2014
32
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 32
30-Jan-15 12:39:44 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Koleksi
Anakan
Koleksi spesimen herbarium Gyrinops decipiens
http://psimg.jstor.org/fsi/img/size1/alukaplant/s/phase_01/
s0007/s09-16337.jpg
Gambar 14. Gyrinops decipiens Ding Hou
Gambar 15. Sketsa Gyrinops decipiens Ding Hou
33
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 33
30-Jan-15 12:39:46 AM
Status Taksonomi dan Populasi
B.6.3. Gyrinops ledermannii Domke
Pustaka
Notizbl. Berl.- Dahl. 11 (1932) 349; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 41
Sinonim --Nama daerah Deskripsi
Habitus semak - pohon kecil, tinggi 7-20 m. Batang silindris, lurus, diameter 13-20 cm,
kulit batang kasar, mengelupas, warna coklat-hijau kelabu, kulit dalam berserat, berbau
aromatik, coklat muda. Ranting terdapat bulu lebat berwarna putih. Daun persegi panjang
- bundar telur-lanset, kadang jorong, berukuran 6,5-I2 cm x 2,5-5 cm, simetris, ujung daun
lancip-luncip, pangkal daun agak lancip atau menyempit, tidak bertangkai daun; tersusun
spiral, licin kecuali pada tulang daun di permukaan bagian bawah berbulu tipis; tulang
daun sekunder menyirip tidak teratur, jumlah 25-35 pasang, permukaan atas helaian
daun warna hijau tua, bawah hijau terang, terdapat domatia. Perbungaan muncul di ujung
ranting, berjumlah 2-3 bunga. Bunga bentuk tabung silindris, panjang tangkai bunga 3-5
mm. Buah berbentuk seperti avokat, panjang buah 1,4 cm, tangkai buah 3 mm panjangnya
dan ujung buah lancip, pipih, berbulu pendek tidak teratur, buah muncul dari celah lateral
tabung bunga; biji 1-2, panjang biji 9 mm termasuk panjang sumbat lembaga 3 mm.
Persebaran
New Guinea (Sepik R., Station Mt Pfingst: Ledermann 7401).
tempat tumbuh
Hutan primer dataran rendah pada ketinggian 0-200 m dpl. Jenis ini ditemukan tumbuh
di hutan sekunder berasosiasi dengan Callophylum sp. Juga di bukit di desa Maribau
pada ketinggian 50-200 m dpl. Sentani, Jayapura, Papua (Mulyaningsih dan Yamada,
2007).
Waktu perbungaan: -
34
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 34
30-Jan-15 12:39:46 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Batang
(Foto Conn)
www.pngplants.orgPNGtreesTreeDescriptionsGyrinops_ledermannii_Domke.html.
Daun perbungaan
Buah, biji
(Foto Conn)
http//www.pngplants.orgPNGtreesTreeDescriptionsGyrinops_ledermannii_Domke.html.
Gambar 16. Gyrinops ledermannii Domke
35
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 35
30-Jan-15 12:39:46 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 17. Sketsa Gyrinops ledermannii Domke
B.6.4. Gyrinops salicifolia Ridl.
Pustaka
Trans. Linn. Soc. Bot. II, 9 (1916) 145; Ding Hou,Fl.Mal.1.6 (1960) 41
Sinonim
Gvrinopsis salicifolia Quis. J. Arn. Arb. 27 (1946) 407.
Nama daerah
Niwawur, Amberbaken
Deskripsi
Habitus semak belukar, ramping, tinggi 1-2 m. Daun jorong – lanset, ujung daun luncip,
pangkal daun bentuk pasak; panjang tangkai daun 2 mm; tulang daun pada permukaan
bawah berbulu halus, tulang daun sekunder terlihat jelas pada permukaan atas. Perbungaan
36
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 36
30-Jan-15 12:39:48 AM
Status Taksonomi dan Populasi
muncul di ujung ranting, jumlah 3-5 bunga, bunga warna kuning pucat, panjang 3 mm,
tangkai bunga 2 mm panjangnya, bagian luar tabung bunga berbulu, kelopak bunga
bentuk persegi panjang, berbulu, daun mahkota panjangnya 0,5 mm, berbulu, benangsari
melekat, putik 2 mm panjangnya, berbulu pendek dan padat. Bakal buah bentuk benang,
1 mm panjangnya. Tidak ditemukan anakan.
Persebaran
Papua bagian Barat (Utakwa dan Nabire).
Habitat dan ekologi
Tumbuh ditepi hutan hujan tropis, pada ketinggian 300 m dpl. Gyrinops salicifolia tumbuh
di desa Dosay, Sentani, Papua. Jenis ini ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman hias,
sebab tajuk dan daunnya bagus (Mulyaningsih dan Yamada, 2007 dalam Sitepu et al.,
2011).
Waktu Perbungaan: –
(httpapps.kew.orgherbcatgetImage.doimageBarcode=K000802230)
Gambar 18. Gyrinops salicifolia Ridl.
37
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 37
30-Jan-15 12:39:48 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 19. Sketsa Gyrinops salicifolia Ridl.
B.6.5. Gyrinops caudata (Gilg.) Domke
Pustaka
Notizbl. Berl.Dahl. 11 (1932) 349;
Quis. J. Arn. Arb.27(1946)404
Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960)
Sinonim
Brachythalamus caudatus Gilg, Bot.
3(1903) 238.
Jahrb.28 (1900)147; in E. & P. Pfl. Fam. Nachtr.
Nama daerah
Niwawur
38
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 38
30-Jan-15 12:39:50 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Deskripsi
Habitus semak atau pohon kecil tinggi hingga 20 m, diameter 36 - 55 cm (fide BW 6738).
Batang tegak, lurus, silindris, kadang bercabang, kulit batang luar kasar, warna keabuabuan atau kelabu, kulit dalam berserat, berbau aromatik; ranting daun berbulu warna
putih, kadang tidak berbulu. Daun persegi panjang - bundar telur, berukuran 6-13 cm x
1,5-4 cm, tersusun spiral, permukaan bawah daun kusam dan atas licin, pangkal daun
bentuk pasak, ujung daun luncip, tulang daun sekunder sejajar/paralel (hampir tidak
dapat dihitung), terlihat jelas pada ke dua permukaan daun, panjang tangkai daun 3 mm
atau hampir tidak bertangkai, terdapat domatia pada helaian daun. Perbungaan muncul
di ujung ranting dan ketiak daun, jumlah 3-10 bunga, panjang tangkai perbungaan 8 mm.
Bunga panjang 3-5 mm, bunga bentuk cawan dengan panjang 2 mm, sedikit panjang dari
daun mahkota; bakal buah bulat telur, berbulu lebat, kepala putik bentuk bongkol. Buah
bentuk rhomboid – lonjong, berbulu, panjang tangkai buah 5 mm, ujung buah luncip,
buah muncul dari celah lateral tabung bunga, biji bulat telur, jumlah 1-2 biji, ujung luncip,
panjang biji 5 mm termasuk sumbat lembaga 1 mm. Anakan tidak ditemukan.
Catatan: Jenis ini mudah dikenali yaitu tangkai bunga panjangnya 2 kali dari panjang
tabung bunga.
Persebaran
Papua (Sidai dan Gunung Arfak).
tempat tumbuh
Hutan primer dataran rendah pada ketinggian 5-20 m dpl. G. caudata ditemukan di hutan
primer di Agat, Mappi dan Boven Digul dan Merauke, Papua Barat. Tumbuh di antara
hutan Sagu dengan jenis tanah berpasir. Jenis ini juga ditemukan ditanam di Aboge dan
desa Ecy, kota Assue, Mappi (Mulyaningsih dan Yamada, 2007 dalam Sitepu et al., 2011).
Waktu perbungaan
Populasi di alam, berbunga dan berbuah di Papua Barat pada bulan Agustus – September
(Mulyaningsih dan Yamada 2007).
Perbanyakan: Pemencaran: Pemanfaatan: Hama da Penyakit : -
39
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 39
30-Jan-15 12:39:50 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Daun
Buah, biji
Buah
(FotoConn)
www.pngplants.org/PNGtrees/TreeDescriptions/Gyrinops_caudata_Gilg_Domke.html
Gambar 20. Gyrinops caudata (Gilg.) Domke
Gambar 21. Sketsa Gyrinops caudata (Gilg.) Domke
40
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 40
30-Jan-15 12:39:52 AM
Status Taksonomi dan Populasi
B.6. 6. Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke
Pustaka
Notizbl. Berl.-Dahl. 11 (1932) 349; Quis. J. Arn. Arb. 27 (1946) 404;
Ding Hou. Fl.Mal.1.6 (1960) 42.
Sinonim
Brachythalamus versteegii Gilg, : Nova Guinea 8 (1910) 410.
Aquilaria versteegii Hall. : Med. Rijksherb. 44 (1922) 19.
Nama daerah
Ketemunan (Lombok), ruhu wama (Sumba), seke (Flores) (Mulyaningsih dan Yamada,
2007).
Deskripsi
Habitus pohon kecil hingga besar, tinggi 6–25 m, diameter 40-65 cm. Batang tegak, lurus,
silindris, kulit batang bagian luar agak kasar, kadang beralur dan kayunya keras, tidak
bergetah, warna coklat keputih-putihan, bagian kulit dalam berwarna putih (Mogea et al.,
2001). Daun jorong-lonjong, berukuran 5-20 cm x 1,5-5 cm, pangkal daun bentuk pasak,
ujung daun meluncip; tulang daun sekunder sejajar (pararel) jumlah 12-16 pasang, warna
daun permukaan bawah hijau kusam dan atas licin mengkilap, daun kering pada permukaan
bawah warna coklat kekuningan, dan coklat kemerah-merahan pada permukaan atas;
tangkai daun pendek (3-5 mm). Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting dan
bawah ketiak daun, tangkai perbungaan 1-3 mm (hampir tidak bertangkai), jumlah 6-8
bunga. Bunga bentuk tabung/corong dengan 5 cuping, tangkai bunga 1-3 mm; warna putih
kekuningan, atau hijau kekuningan, panjang 10-18 mm. Bakal buah bulat telur, berlekuk
2, panjang 1 mm, menyempit ke ujung. Buah hijau berubah kuning pada waktu matang,
bentuk bulat telur sungsang atau jorong, menyempit di bagian basal, berukuran 1-1,5 cm
x 1 cm, meluncip ke atas. Biji bulat telur, bulat pipih, berukuran 6-9 mm, jumlah 1-2 biji,
pada bagian pangkal biji terdapat sumbat lembaga, warna putih, tebal 2 mm. Anakan jenis
ini, memiliki bentuk daun lonjong.
Persebaran
Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumbawa, Flores, and Sumba), Sulawesi (Minahasa), dan
Papua barat (Alkmaar Bivouac dan Somula).
tempat tumbuh
Hutan primer dataran rendah mencapai ketinggian 900 m dpl. Di Sumbawa ditemukan
pada ketinggian 400-800 m dpl. dari Gunung Doro Tambiung di Sumbawa Barat sampai
Gunung Doro Saboke Sumbawa Timur (Mulyaningsih dan Yamada, 2007).
41
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 41
30-Jan-15 12:39:52 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Status kelangkaan
Rawan
Waktu Perbungaan: Perbanyakan: Perbanyakan bisa dilakukan melalui stek pucuk (Betrianingrum 2009,
Lisdianti 2009)
Pemencaran: Pemanfaatan: -
Papagan
Habitus
Daun
Perbungaan
Buah
Anakan
Buah
Gambar 22. Gyrinops versteegii (Gilg) Domke
42
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 42
30-Jan-15 12:39:55 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 23. Sketsa Gyrinops versteegii (Gilg) Domke
B.6.7. Gyrinops podocarpus (Gilg) Domke
Pustaka
Notizbl. Berl.-Dahl. 11 (1932) 349;
Quis. J. Arn. Arb. 27 (1946) 404.
Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 42.
Sinonim
Brachythalamus podocarpus Gilg,. Bot. Jahrb. 28 (1900) 146; in E. & P. Pfl. Fam. Nachtr. 3
(1908) 238.
Aquilaria podocarpus Hall. f. Med. Rijksherb. 44 (1922) 19; Domke, Bibl. Bot. Ill (1934) t. 2
f. 10.
43
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 43
30-Jan-15 12:39:56 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gyrinops ledermannii (non Domke) Merr. & Perry, J. Arn. Arb. 22 (1941) 264.
Nama daerah
Kokkoree (bahasa Asmat)
Deskripsi
Habitus semak belukar, ramping, tinggi 14-2 m. Daun jorong-lonjong, bundar telur
sungsang – lonjong, berukuran 10-15 cm x 3-5 cm, kedua permukaan atas dan bawah licin,
pangkal daun bentuk pasak, ujung daun luncip; tulang daun sekunder berjumlah 25-40
pasang, terlihat jelas pada permukaan bawah. Perbungaan muncul di ujung ranting atau
ketiak daun, jumlah 2-6 bunga, panjang tangkai perbungaan 6 mm. Bunga warna putih,
panjang bunga 4-5 mm dan panjang tangkai bunga 2-3 mm, bunga bentuk cawan. Buah
muda warna hijau, bentuk seperti avokat, berukuran 15 x 6 mm, berbulu lebat, ujungnya
lancip dan pangkal bentuk pasak.
Persebaran
Papua Barat (Ramoi, Sorong, Monep, dan Idenburg R.).
tempat tumbuh
Hutan primer dataran rendah dengan ketinggian mencapai 750 m dpl.
Status kelangkaan: Waktu Perbungaan: Perbanyakan: Pemencaran: Pemanfaatan: -
44
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 44
30-Jan-15 12:39:56 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 24. Sketsa Gyrinops podocarpus (Gilg) Domke
C. STATUS POPULASI AQUILARIA DAN GYRINOPS
Dua publikasi ilmiah telah membahas secara detail populasi Aquilaria (Soehartono dan
Newton 2000), dan Aquilaria dan Gyrinops (Roemantyo dan Partomihardjo 2010). Dua
publikasi tersebut menjadi rujukan utama dalam memaparkan status populasi Aquilaria
dan Gyrinops.
Soehartono dan Newton (2000) memadukan data National Forest Inventory (NFI), koleksi
herbarium pada berbagai herbaria dan wawancara dengan para pemburu gaharu disertai
dengan pengamatan langsung di lapangan dalam menggambarkan sebaran populasi
Aquilaria spp. di Indonesia. NFI di Indonesia dimulai tahun 1989 dengan membuat 2.735
plot klaster tersebar di seluruh Indoneisa di luar pulau Jawa. Setiap plot klaster terdiri dari
45
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 45
30-Jan-15 12:39:58 AM
Status Taksonomi dan Populasi
9 plot berukuran 100 x 100 m dimana satu plot terletak ditengah-tengah klaster dikelilingi
oleh 8 plot lainnya. Jarak antar plot dalam satu klaster adalah 500 m. Kluster NFI tersebar
secara sistematis di seluruh kawasan hutan dengan jarak 20 x 20 km hingga mencapai
luas 14.615 hektar dari 114 juta hektar hutan di Indonesia. Inventarisasi vegetasi dalam
plot klaster dimulai tahun 1993 oleh Kementerian Kehutanan (sekarang Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dengan interval survey setiap 4 tahun.
Soehartono dan Newton (2000) memaparkan bahwa dari 695 klaster NFI di Sumatera, 30
klaster memiliki populasi Aquilaria spp. sementara di Kalimantan dari 1.025 klaster, 98
klaster memiliki populasi Aquilaria spp. Di Maluku hanya satu klaster dan Papua hanya dua
klaster yang mengandung Aquilaria spp. Data populasi Aquilaria kemudian dipetakan.
Koleksi herbarium dari 4 herbaria yaitu Herbarium Bogoriensis, the Royal Botanic Garden
(Edinburg), the Royal Botanic Gardens Kew (London) dan British Museum of Natural History
dirujuk untuk melihat lokasi pengambilan sampel herbarium Aquilaria spp. Spesimenspesimen tersebut dikoleksi antara tahun 1929-1995. Wawancara dengan pedagang
gaharu di Indonesia dilakukan untuk mengetahui asal gaharu yang mereka dapat. Ke tiga
data (NFI, koleksi herbarium dan wawancara) kemudian disatukan dalam peta populasi
Aquilaria spp. seperti terlihat pada Gambar 25. Peta tersebut menggambarkan bahwa
konsentrasi populasi Aquilaria spp. terdapat di Sumatera dan Kalimantan Timur. Analisis
data dari NFI menunjukkan bahwa kepadatan populasi Aquilaria spp. umumnya kurang
dari 1,2 pohon per hektar, dengan rata-rata hanya 0,6 individu per hektar. Aquilaria spp.
pada umumnya tumbuh mengelompok dengan struktur miskin pohon dewasa.
(sumber: Soehartono dan Newton 2000)
Gambar 25. Peta sebaran populasi Aquilaria spp.
46
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 46
30-Jan-15 12:39:58 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Roemantyo dan Partomihardjo (2010) menggunakan koleksi herbarium yang terdapat
di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI untuk menggambarkan populasi
Aquilaria dan Gyrinops. Hasil penelitian menunjukkan bahwa specimen koleksi herbarium
dikumpulkan antara tahun 1900 dan 1950 bahkan beberapa specimen bertahun 1872.
Ringkasan populasi Aqularia dan Gyrinops disarikan pada Tabel 2. dan dipetakan pada
Gambar 26.
table 2. Ringkasan sebaran populasi Aquilaria dan Gyrinops
Lokasi
Jenis
A. malaccensis
A. microcarpa
A. beccariana
A. brachyantha
A. hirta
A. cumingiana
Sumatera dan Kalimantan
Sumatera Selatan, Pulau-pulau di Sumatera dan Semenanjung
Malaya (Batam, Lingga dan Durian)
Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan
Maluku dan Papua
Kepulauan Talaud, Kepulauan Maluku dan Papua
Perbatasan Papua Nuginea (Sungai Sepik)
Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara
Wawatobi (Sulawesi Tenggara)
Kejeli (Kepulauan Maluku)
Nabire dan Sorong (Papua)
Nabire dan Sorong (Papua)
A. hirta
G. ledermannii
G. versteegii
G. decipiens
G. moluccana
G. salicifolia
G. podocarpus
Gambar 26.
Peta Sebaran Populasi Aquilaria (kotak) dan Gyrinops (bulat)
(sumber: Roemantyo dan Partomihardjo 2010)
47
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 47
30-Jan-15 12:39:58 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Penelitian ini menambahkan data dari koleksi herbarium Puskonser dan herbarium
Wanariset Samboja, koleksi hidup Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Unmul Samarinda,
data populasi alami dari beberapa Propinsi yang dikunjungi serta wawancara dengan para
pelaku bisnis gaharu di Indonesia.
Herbarium Puskonser menyimpan 40 lembar herbarium Aquilaria dari 4 jenis (A.malaccensis,
A. microcarpa, A. beccariana, A. filaria) dan 8 lembar Gyrinops dari hanya satu jenis (G.
versteegii). Koleksi herbarium tertua bertahun 1918 dan koleksi terakhir bertahun 1995.
Selengkapnya dapat diikuti pada Tabel 3.
table 3. Koleksi Herbarium Puskonser, Bogor
No.
Jenis
1. Aquilaria
malaccensis
2. Aquilaria
microcarpa
Jumlah
Lokasi
Koleksi
18
Bangka, Kota Bumi
(Lampung), Lamatang Ilir
(Palembang), Bengkulu,
10
Plehari, (Kalimantan)
3. Aquilaria
beccariana
9
4. Aquilaria filaria
5. Gyrinops versteegii
3
8
Sijunjung, Sumatera Barat
Balikpapan, Nunukan
(Tarakan), Berau, Kutai
Barat
Seram (Maluku Selatan)
Ende Flores, Lombok
Barat, Sumba, Nusa
Tenggara Barat.
tahun Koleksi
1918, 1922, 1923,
1924, 1925, 1935,
1949
1921, 1923, 1930,
1934
1951, 1927
1938
1925, 1936, 1995
Herbarium Wanariset Samboja menyimpan 13 lembar koleksi herbarium Aquilaria
yang terdiri dari empat jenis yaitu A. malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana dan A.
cumingiana (Tabel 4) dan tidak ada satupun spesimen Gyrinops. Koleksi tertua bertahun
1972 dan yang terakhir bertahun 2008.
table 4. Koleksi Herbarium Wanariset Samboja.
No.
Jenis
1. Aquilaria
malaccensis
2. Aquilaria
microcarpa
3. Aquilaria
beccariana
Jumlah
Lokasi
Koleksi
2
Sepaku, Kaltim
tahun Koleksi
1990
1
Sungai Wain, Kaltim
2004
9
Samboja, Kaltim, Sei Baran 1972, 1988, 1989,
Kotawaringin Timur, Kalteng 1993, 1994, 1996
TN Kayan Mentarang,
Muara Uja Kalsel
48
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 48
30-Jan-15 12:39:59 AM
Status Taksonomi dan Populasi
table 4. Koleksi Herbarium Wanariset Samboja (Lanjutan)
No.
Jenis
4. Aquilaria
cumingiana
Jumlah
Lokasi
Koleksi
1
Akatejawe, Halmahera,
Maluku Utara
tahun Koleksi
2008
Koleksi hidup di Kebun Raya Bogor juga dilihat lokasi asalnya. Di Kebun Raya Bogor terdapat
lima jenis Aquilaria yaitu A. beccariana, A. hirta, A. malaccensis, A. microcarpa, Aquilaria
sp. dan dua jenis Gyrinops yaitu Gyrinops versteegii dan Gyrinops sp. Asal koleksi hidup
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
table 5. Koleksi hidup Aquilaria dan Gyrinops di Kebun Raya Bogor
Jenis
A. beccariana
A. hirta
A. malaccensis
A. microcarpa
Aquilaria sp
Gyrinops versteegii
Gyrinops sp
Lokasi asal
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur
Riau
Bangka, Jambi
Bangka
Sulawesi Selatan
Seram dan Kepulauan Sunda Kecil
Papua
Sumber: Katalog Kebun Raya Bogor 2010
Lima Propinsi yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara
Barat, dan Maluku (Pulau Seram) telah dikunjungi untuk mengambil sampel herbarium
dan gambar Aquilaria dan Gyrinops dari populasi alami (Tabel 6). Seluruh pohon Aquilaria
dan Gyrinops yang ditemui diambil koordinatnya dengan GPS Garmin seri Oregon 550,
kemudian dipetakan.
table 6. Sebaran Populasi Aquilaria dan Gyrinops dari Lima Propinsi Terpilih
Jenis
A. malaccensis
A. beccariana
A. microcarpa
A. filaria
A. cumingiana
Gyrinops versteegii
Gyrinops sp.
Lokasi
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan, Pulau Seram
Pulau Seram
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
49
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 49
30-Jan-15 12:39:59 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Kunjungan lapangan ke Kalimantan Timur meliputi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus
(KHDTK) Wanariset Samboja, Hutan Lindung Sungai Wain, Kebun Raya Unmul Samarinda
dan Arboretum Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda.
Hutan Lindung Sungai Wain terletak dekat dengan tepi jalan utama Balikpapan -Samarinda
sehingga gangguan pada hutan lindung sulit dikendalikan. Dari pengamatan di sepanjang 2
km jalur rintis dengan lebar pengamatan 20 m ke kiri dan 20 m ke kanan ditemukan 3 pohon
Aquilaria beccariana dan 6 pohon Aquilaria microcarpa. Anakan di bawah pohon induk
masih bisa ditemukan meskipun tidak banyak. Pohon penghasil gaharu dan anakannya
sering dicuri masyarakat di sekitar hutan untuk dijual kepada pihak yang memerlukan.
KHDTK Wanariset Samboja terletak dipinggir jalan utama Samboja Semoi, sehingga
keamanannya terhadap gangguan sulit dikendalikan. Dari kawasan ini ditemukan 5 pohon
Aquilaria beccariana dan 2 pohon Aquilaria microcarpa dengan beberapa anakan tersebar
di bawah tajuknya. Pohon gaharu dan anakannya sering dicuri masyarakat disekitar
kawasan.
Balikpapan Orangutan Survival Foundation (BOS F) memiliki kawasan seluas 1.000 ha yang
disebut sebagai Samboja Lestari yang merupakan lokasi Proyek Reintroduksi Orangutan.
Kawasan ini dipagari keliling sehingga keamanan dari gangguan pencurian dan perambahan
sangat terjaga. Di Samboja Lestari ditemukan 9 pohon Aquilaria microcarpa dewasa dengan
anakan di bawah tajuk induknya yang sangat melimpah sebagai indikasi bahwa pencurian
anakan pohon inang gaharu oleh masyarakat sekitar tidak terjadi. Melimpahnya anakan
di bawah tajuk induknya juga mengidikasikan bahwa pohon penghasil gaharu mudah
mengalamai permudaan secara alami (Soehartono dan Newton 2001b, Roemantyo dan
Partomihardjo 2010). Lebih jauh lagi struktur tegakan Aquilaria mendekati bentuk J terbalik
yang mengidikasikan bahwa regenerasinya berlangsung terus menerus (Seohartono dan
Newton 2000).
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) terletak di jalan utama Samarinda – Bontang.
Pohon-pohon gaharu yang ada di kawasan ini adalah gaharu alam yang dulunya sudah
ada sebelum KRUS dibangun. Di lokasi ini terdapat 8 pohon Aquilaria microcarpa dan
satu pohon Aquilaria malaccensis, beberapa di antaranya memiliki anakan yang tersebar
dibawah tajuk pohon induknya.
Arboretum Balai Besar Penelitian Dipterokarpa mengoleksi tiga jenis pohon penghasil
gaharu yaitu Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa (diambil dari Taman Nasional
Kutai, Kalimantan Timur) dan Gyrinops versteegii yang diambil dari Nusa Tenggara Barat.
Masing-masing jenis hanya dengan satu pohon. Anakan yang tersebar di bawah tajuk
pohon induknya sering dimanfaatkan untuk penelitian.
Di Kalimantan Selatan, pohon Aquilaria malaccensis alami, dipertahankan hidup di kebun
karet milik masyarakat seperti yang terlihat di Kecamatan Telaga Lansat, Kecamatan Hulu
Sungai Selatan. Di lokasi ini ada 17 pohon Aquilaria malaccensis alami yang dibiarkan tetap
50
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 50
30-Jan-15 12:39:59 AM
Status Taksonomi dan Populasi
tumbuh di antara tanaman karet, seperti pada Gambar 27. Pohon-pohon tersebut dipakai
sebagai pohon induk untuk mengahasilkan bibit pohon penghasil gaharu. Di bawah
tajuk pohon-pohon tersebut banyak ditemukan anakkan seperti terlihat pada Gambar
28. Pohon alami juga masih bisa ditemukan di KHDTK Rantau yang dikelola oleh Balai
Penelitian Kehutanan Banjar Baru. Di KHDTK Rantau masih terdapat Aquilaria malaccensis
dan Aquilaria microcarpa.
Gambar 27. Pohon Aquilaria malaccensis alami, di kebun karet
51
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 51
30-Jan-15 12:39:59 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Gambar 28.
Anakan Aquilaria malaccensis tersebar di bawah tajuk pohon induk di
sela-sela tanaman karet.
Di Propinsi Nusa Tenggara Barat masih banyak ditemui Gyrinops versteegii di hutan
lindung Pesuk yang terletak di perbatasan Lombok Utara dan Lombok Barat. Masyarakat
juga melestarikan pohon Gyrinops versteegii yang kebetulan tumbuh alami di kebunnya.
Pohon-pohon alami tersebut dipakai sebagai pohon induk untuk menghasilkan bibit pohon
penghasil gaharu. Kebun milik masyarakat yang memiliki Gyrinops versteegii dapat ditemui
antara lain di :
1.
Desa Sepakek, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah
2.
Desa Pamepek, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah
3.
Desa Ganggelang, Kecamatan Gangge, Kabupaten Lombok Utara
Di Taman Nasional Manusela pulau Seram, Resort Sasarata juga masih dapat ditemui pohon
penghasil gaharu Aquilaria filaria dan Aquilaria cumingiana. Pohon penghasil gaharu alam
di Sulawesi Selatan sudah semakin sulit ditemukan seperti yang diungkapkan oleh para
pemburu gaharu yang berhasil ditemui di lokasi penelitian. Pencarian dilakukan di:
1.
KHDTK Malili, (Desa Ussu, Desa Puncak Indah, Desa Baruga, Desa Balantan Kecamatan
Malili, Kabupaten Luwu Timur).
2.
Gunung Perbek, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur
3.
Kawasan Hutan sekitar desa Pongkero, Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
Sulsel
52
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 52
30-Jan-15 12:39:59 AM
Status Taksonomi dan Populasi
4.
Kawasan Hutan Lindung Matano, Desa Matano, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu
Timur
Dari empat lokasi pencarian tersebut hanya didapatkan dua pohon yaitu gaharu beringin
(Gyrinops sp.) dan gaharu sirsak (Aquilaria filaria). Di Sulawesi Selatan banyak petani sudah
mulai membudidayakan gaharu namun umumnya yang ditanam adalah gaharu Kalimantan
(A. malaccensis dan A. mircocarpa).
Pengamatan di lima propinsi menunjukkan bahwa populasi alami pohon penghasil gaharu
sudah semakin sulit didapatkan, khususnya di hutan-hutan yang tidak aman dari gangguan.
Beberapa pustaka juga menunjukkan hal yang sama. Pohon inang gaharu (Aquilaria spp.)
dewasa sulit ditemukan di kawasan hutan Tabir Ulu, Kabupaten Sorolangun, Propinsi Jambi,
(Sumarna 2008). Hal yang sama juga terjadi di kawasan Hutan Timau Kecamatan Amfoang
Kabupaten Kupang dan Kawasan Hutan Wanggameti, Kecamatan Metawai Selatan,
Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur (Darmawan dan Sumardi 2006).
Di lokasi tersebut meskipun pada tingkat semai dan pancang masih bisa ditemukan tetapi
inang gaharu pada tingkat pohon dan tiang sudah sulit didapatkan. Berkurangnya inang
gaharu di alam tentunya disebabkan karena perburuan yang berlangsung secara besarbesaran tanpa upaya konservasi. Roemantyo dan Partomiharjo (2010) menyimpulkan
bahwa tempat pengambilan spesimen koleksi herbarium umumnya dari dataran rendah
yang sekarang telah beralih fungsi ke bukan hutan sehingga keberadaan pohon penghasil
gaharu sudah semakin sulit dilacak.
Pada penelitian ini data sebaran populasi pohon penghasil gaharu dilengkapi juga dengan
wawancara para pelaku bisnis gaharu. Dalam penelitian ini berhasil dihimpun 15 responden
dari 15 Propinsi. Wawancara dilakukan melalui telpon genggam. Informasi yang terkumpul
kemudian digabungkan dengan data dari koleksi herbarium (Puskonser dan Wanariset
Samboja), koleksi hidup Kebun Raya Bogor, koleksi hidup Kebun Raya Umul Samarinda
serta data posisi pohon pada kunjungan ke lima propinsi terpilih untuk dipetakan pada
peta sebaran gaharu seperti pada Gambar 29.
Gambar 29. Peta Sebaran Populasi Aquilaria dan Gyrinops
53
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 53
30-Jan-15 12:40:00 AM
Status Taksonomi dan Populasi
Bila peta hasil penelitian Soehartono dan Newton (2000) dan Roemantyo dan Partomihardjo
(2010) digabungkan dengan peta hasil penelitian ini maka di dapat peta seperti pada
Gambar 30.
Gambar 30. Peta Sebaran Populasi Aquilaria dan Gyrinops di Indonesia
54
ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 54
30-Jan-15 12:40:01 AM