Adu Kaya Hary Tanoe VS James Riady, Pemenangnya Gak Diduga

Market - Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
01 September 2023 20:40
Foto Kolase Hary Tanoe dan James Riady. (Dok. Detikcom/Ari Saputra dan Dok. ypph) Foto: Foto Kolase Hary Tanoe dan James Riady. (Dok. Detikcom/Ari Saputra dan Dok. ypph)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masih belum jelas bagaimana akhir drama 'kawin paksa' bank Grup MNC PT Bank MNC International Tbk. (BABP) atau MNC Bank dan bank Grup Lippo PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) atau Bank Nobu.

Belakangan, muncul rumor yang mengatakan bahwa merger keduanya berpotensi batal karena salah satunya yakni dari BABP sudah memenuhi ketentuan modal inti minimum. Selain itu, kedua pemilik disebut menemui jalan buntu saat berdiskusi siapa pengendali bank pasca-merger.

Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada awal tahun ini menyatakan kedua bank milik dua konglomerat kakap harus melebur karena tidak mampu memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun, seperti yang disyaratkan otoritas kepada bank umum.

Terbaru, MNC Bank dalam keterbukaan informasi menyatakan tidak akan melakukan aksi korporasi dalam tiga bulan ke depan.

Namun, OJK 'ngotot' bahwa proses merger keduanya tetap dilanjutkan dan mengatakan bahwa tidak ada pernyataan dari otoritas batalnya merger dua bank konglomerat tersebut.

"Kalau ada delay process secara teknis saya kira bisa saja terjadi," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).

Sebelumnya, pada Rapat Dewan Komioner OJK April 2023, Dian mengatakan bahwa proses konsolidasi Bank Nobu dan MNC harus terwujud. Ini merupakan wujud komitmen dari para pemegang saham kedua bank milik konglomerat itu.

"Merger Nobu dan MNC adalah wujud komitmen dari PS (pemegang saham) kedua bank tersebut secara B2B (business-to-Business) dalam rangka mendukung konsolidasi dan penguatan industri perbankan sehingga merger tersebut mesti terwujud dengan baik sesuai rencana (point-of-no-return)," kata Dian, menjawab pertanyaan Rapat Dewan Komisioner (RDKB) OJK April 2023, Kamis (8/6/2023).

OJK juga memastikan bahwa proses merger antara BABP milik Hary Tanoe dan NOBU milik James Riady itu bisa rampung. Sebab, proses konsolidasi ini bukan merupakan paksaan dari otoritas tetapi merupakan keputusan sukarela dari dua bank milik dua konglomerat kelas kakap itu.

Lantas, siapakah yang lebih kaya di antara dua konglomerat pemilik bank tersebut?

Hary Tanoesoedibjo

Hary Tanoe ditaksir memiliki harta kekayaan mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000/dolar AS). Hal ini berdasarkan laporan dari Forbes Real Time Billionaires, Selasa (31/1/2023).

Menurut catatan Detikcom, Hary Tanoesoedibjo merupakan anak dari Ahmad Tanoesoedibjo, yang merupakan pendiri MNC Group dan hingga saat ini masih menjabat sebagai Chairman PT MNC Investama Tbk., dahulu PT Bhakti Investama Tbk.

Hary Tanoe telah mulai membangun bisnis media segera setelah ia lulus kuliah. Hingga saat ini dirinya masih memiliki lebih dari 60 stasiun TV, stasiun radio, dan surat kabar. Hary Tanoe juga menjabat di berbagai anak perusahaan MNC Group.

Dirinya diketahui sudah menjabat sebagai Komisaris Utama PT MNC sejak bulan Februari 2004. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama pada: PT Global Mediacom Tbk. sejak 2002, PT Media Nusantara Citra Tbk. sejak 2004, PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak 2010, PT MNC Land Tbk. sejak 2011, PT GLD Property sejak 2012.

Selain itu, Hary Tanoe juga menjabat sebagai Komisaris Utama pada: PT MNC Sky Vision Tbk. (Indovision) sejak 2006, PT MNC Sekuritas sejak 2004, PT Global Informasi Bermutu (Global TV) sejak 2009, PT Media Nusantara Informasi sejak 2009 dan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNCTV) sejak 2011.

Tidak lama setelah itu, pada 2016 ia mengundurkan diri sebagai CEO Media Nusantara Citra (MNC), yang memiliki empat stasiun TV nasional, untuk fokus pada politik.

Lalu, pada 11 Maret 2022 lalu, PT MNC Studios International Tbk. (MSIN) mengubah namanya menjadi PT MNC Digital Entertainment Tbk. pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hary Tanoe pada saat itu diangkat sebagai Direktur Utama MNC Digital, menggantikan Ella Kartika yang akhirnya menempati posisi direktur.

James Riady

James Tjahaja Riady adalah putra dari pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady. Tidak diketahui secara spesifik berapa harta kekayaan James, namun Forbes mencatat harta Mochtar dan keluarga sebesar US$ 1,5 miliar atau Rp 22,87 triliun per 1 September 2023.

James sendiri merupakan pendiri banyak bisnis seperti PT Siloam International Hospital Tbk. (SILO), dan ia juga dikenal sebagai wakil ketua Grup Lippo.

Awalnya, ia memulai karirnya sebagai anggota dewan Lippo Group. Mochtar mengutus James untuk mendirikan kantor perbankan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1970an.

James pun masuk ke dalam komunitas bisnis Amerika Serikat (AS) pada tahun 1977, ketika ia dibujuk oleh raja perbankan Arkansas W. R. Witt dan Jackson T. Stephens, serta pendiri Stephens Inc., salah satu bank investasi terbesar Amerika di luar Wall Street, untuk menjadi mitra dalam Worthen Banking Corporation milik Stephens.

Melalui hubungan dengan Stephens Inc., keluarga Riady berkenalan dengan gubernur Arkansas saat itu, Bill Clinton yang kemudian menjadi Presiden AS. Pada awal tahun 1980an James dan ayahnya menandatangani perjanjian lisensi dengan Zenith Electronics untuk memproduksi televisi berwarna di Indonesia dan membangun pabrik produksi besar di dekat Jakarta.

Kemudian, pada tahun 1985, Worthen didakwa memberikan pinjaman preferensial ilegal senilai beberapa juta dolar kepada perusahaan-perusahaan milik keluarga Riady. Pinjaman tersebut diduga disalurkan melalui Lippo Finance and Investment, perusahaan milik keluarga Riady yang berbasis di Little Rock yang didirikan pada tahun 1983, serta keluarga Stephens dan Liem Swie Liong, pengusaha Tionghoa-Indonesia lainnya, yang terkadang disebut sebagai mentor Mochtar.

James Riady membeli Bank Of Trade di California, bank Chinese-American tertua di AS. Kemudian, bank tersebut disomasi pemerintah AS karena pinjaman penuh risiko dan pelanggaran terhadap uang tersebut. Kemudian dia pindah ke Los Angeles dan mendirikan bank Lippo dengan bantuan bankir Taiwan John Huang. Sekali lagi bank kehilangan banyak uang, melakukan sejumlah kredit macet, dan melanggar undang-undang pencucian uang.

Bersama Jim Guy Tucker, James mendirikan perusahaan bernama Across Asia Multimedia Ltd. Mereka ingin membangun infrastruktur TV Kabel terbesar dunia di Indonesia. Namun, rencana tersebut tidak berhasil.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jadi Bos Baru GOTO, Racikan Investasi Patrick Walujo 'Ngeri'


(Zefanya Aprilia/ayh)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading