Mohon tunggu...
Yosi Yananda Sijabat
Yosi Yananda Sijabat Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Diponegoro

Ilmu Kelautan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan Fosil Gastropoda Daerah Bumiayu, Jawa Tengah

4 Februari 2022   10:31 Diperbarui: 4 Februari 2022   10:40 3313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi paleontologi dan geologi pada daerah Bumiayu mempunyai keunikan, karena pada daerah tersebut, sering ditemukan fosil avertebrata, vertebrata, artefak, dan hominid yang diperkirakan berasal dari masa Pleistosen Awal hingga Pleistosen Akhir. Penemuan fosil di Bumiayu dimulai sejak tahun 1920 oleh Van Der Maarel dan Von Koenigswald, dimana fosil-fosil yang pernah ditemukan di daerah Bumiayu antara lain fosil dari filum Moluska, Coelenterata, Echinodermata, dan lain sebagainya. Fosil-fosil yang ditemukan di daerah Bumiayu sebagian besar merupakan fosil rework, yaitu fosil yang terkikis atau terpisah dari sedimen aslinya dan terdeposit kembali pada sedimen yang baru akibat perubahan lingkungan.

Fosil biasa digunakan untuk membuktikan adanya kehidupan pada masa lampau. Fosil juga dapat digunakan untuk menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Fosil Gastropoda mengandung CaCO3 yamenyebabkan fosil tersebut relatif keras, sehingga dapat dianalisis sampai sekarang. Fosil Gastropoda juga dapat dianalisis lingkungan pengendapannya melalui ketebalan cangkang, banyaknya hiasan pada cangkang, dan warna cangkang. Fosil Gastropoda juga berperan penting dalam rekonstruksi lingkungan masa lalu karena penyebaran ragam jenis spesiesnya yang banyak dan menyebar luas.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap lokasi penemuan dan morfologi cangkang fosil Gastropoda koleksi Museum Geologi Bandung dari daerah Bumiayu, Jawa Tengah, teridentifikasi 14 (empat belas) fosil yang telah diidentifikasi dengan 10 famili berbeda, antara lain Nassariidae, Buccinidae, Naticidae, Marginellidae, Turbinidae, Turritellidae, Terebridae, Olividae, Potamididae, dan Cerithiidae. Spesies yang termasuk dalam famili Nassariidae yaitu Nassarius (Alectrion) pseudomundus. Spesies yang termasuk dalam famili Buccinidae yaitu Siphonalia paradoxica crassicostata dan Euthria oostinghi. Spesies yang termasuk dalam famili Naticidae yaitu Natica lineata dan Natica zebra. Spesies yang termasuk dalam famili Marginellidae yaitu Cryptospira sangiranensis dan Marginella ventricosa. Spesies yang termasuk dalam famili Turbinidae yaitu Turbo hardi. Spesies yang termasuk dalam famili Turritellidae yaitu Surcula sucabumiana. Spesies yang termasuk dalam famili Terebridae yaitu Terebra sp. Spesies yang termasuk dalam famili Olividae yaitu Olivancillaria cheribonensis dan Olivella tomlini. Spesies yang termasuk dalam famili Potamididae yaitu Potamides djadjariensis. Spesies yang termasuk dalam famili Cerithiidae yaitu Cerithium herklotsi. 

Lingkungan pengendapan merupakan tempat material fosil beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi mengendap dan mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu. Fosil-fosil Gastropoda yang didapat menunjukkan lingkungan pengendapan yang saling berkelompok, yang terbagi menjadi 3 (tiga) lingkungan pengendapan, yaitu daerah peralihan sampai pasang surut; daerah pasang surut dan laut dangkal; serta daerah laut dangkal. Daerah peralihan atau yang biasa disebut daerah pesisir adalah daerah peralihan antara daratan dan lautan (Mumu et al., 2013).

Daerah pasang surut adalah yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah, dan biasanya tidak ditutupi oleh vegetasi pantai (BPS, 2005). Daerah laut dangkal atau neritik merupakan wilayah yang terbentang dari batas pantai hingga kedalaman 200 m (Setyawan et al., 2014). Cangkang Gastropoda yang berada pada lingkungan laut cenderung mempunyai dinding cangkang yang tebal dan mempunyai hiasan yang cukup banyak sedangkan cangkang Gastropoda yang berada pada lingkungan air tawar cenderung mempunyai dinding cangkang yang tipis dan mempunyai sedikit hiasan.

Umur fosil ditentukan berdasarkan studi pustaka terhadap fosil yang telah diidentifikasi dibandingkan dengan referensi yang telah ada sebelumnya. Umur setiap fosil menunjukkan rentang yang berbeda. Spesies yang paling tua, yaitu E. oostinghi diperkirakan mempunyai umur Miosen Awal hingga Pliosen Tengah. Spesies yang diperkirakan mempunyai umur Miosen selain E. oostinghi antara lain N. lineata, S. sucabumiana, N. zebra, dan C. herklotsi, namun keempat spesies tersebut diperkirakan mempunyai umur hingga Pliosen Akhir. Spesies selanjutnya yang diperkirakan mempunyai umur Miosen Akhir hingga Pliosen Akhir yaitu O. cheribonensis dan N. pseudomundus. Spesies termuda yang diperkirakan mempunyai umur Pliosen Awal hingga Akhir antara lain S. paradoxica crassicostata, C. sangiranensis, T. hardi, Terebra sp., P. djadjariensis, M. ventricosa, dan O. tomlini.

Dok tim penelitian
Dok tim penelitian

Terimakasih  kepada Museum Geologi Bandung yang telah membimbing penelitian beserta menyediakan fosil dan Dosen Pendamping yang membimbing dan mendampingi tim penelitian ini.

Penulis : 

Liningga Adiningtyas 

Yosi Yananda Sijabat

Raka Aditya Noviansyah

Shumanty Nathio Simanjuntak


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun