Studi: Remaja yang Dikucilkan Teman Sebaya Berisiko Kena Penyakit Kronis

Sebuah studi menunjukkan anak remaja yang terkucilkan dari teman sebaya mereka berisiko mengalami penyakit kronis di masa mendatang.

Rabu, 16 September 2020 | 11:54 WIB
Studi: Remaja yang Dikucilkan Teman Sebaya Berisiko Kena Penyakit Kronis
Ilustrasi dikucilkan. (Dok : Istimewa)

Suara.com - Terpinggirkan dari teman sebaya saat remaja bukan hanya berkaitan dengan kesehatan mental, namun juga fisik. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal BMJ Open menunjukkan bahwa mereka berisiko mengembangkan penyakit di sistem peredaran darah. 

Penyakit tersebut menimbulkan risiko lebih tinggi mengalami kondisi arteri yang menyempit dan mengeras serta detak jantung abnormal di mana berpengaruh pada fungsi normal jantung dan pembuluh darah.

“Meskipun tidak banyak yang menyadarinya, status teman sebaya adalah salah satu prediktor terkuat dari hasil psikologis dan kesehatan di kemudian hari, bahkan beberapa dekade kemudian," kata Mitch Prinstein, profesor psikologi dan ilmu saraf terkemuka di Universitas North Carolina seperti yang dikutip dari CNN. 

"Status teman sebaya lebih merupakan indikator disukai, dan sejauh mana seorang anak diterima dan dihormati oleh teman sebayanya," imbuhnya. 

Masalah kesehatan kronis sebelumnya biasanya dijelaskan oleh faktor genetik atau tindakan seperti merokok, minum minuman keras, atau diet yang tidak sehat, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa nihilnya hubungan berkualitas juga merupakan indikator utama kematian dini akibat berbagai penyakit.

Katherine Ehrlich, asisten profesor psikologi di University of Georgia yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, bahwa hubungan terkucilkan dari teman sebaya dengan penyakit kronis mungkin disebabkan karena efek stres. 

Menurutnya, hubungan buruk yang membuat stret terkait dengan peradangan kronis.

Ilustrasi Remaja Depresi. (Shutterstock)
Ilustrasi Remaja Depresi. (Shutterstock)

"Masuk akal bahwa pengalaman sosial yang penuh tekanan dapat menyebabkan peradangan terus-menerus yang tidak terselesaikan dan jika tingkat ini dipertahankan dari waktu ke waktu, itu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena plak di arteri, serangan jantung, dan masalah kardiovaskular lainnya," kata Ehrlich, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

"Orang yang terisolasi secara sosial mungkin lebih cenderung memiliki pola makan yang tidak sehat, minum berlebihan, dan menjalani gaya hidup menetap, semua ini dikenal dapat meningkatkan risiko seseorang terkena masalah kardiovaskular," imbuhnya

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

HEALTH

TERKINI