Motif dan Cerita Legenda Urbandalam Masyarakat Lampung
Motif and Urban Legend Story in Lampung Society
Diah Meutia Harum
Kantor Bahasa Lampung
Jalan Beringin II no. 40 Kompleks Kantor Gubernur,Telukbetung, Bandarlampung
Pos-el: diah.meutia@kemdikbud.go.id
Diajukan: 7 Oktober 2019, direvisi: 21 November 2019
Abstract
This study examines stories about urban legends in Lampung that are part of folklore,
which is a traditional belief, customs, and stories of the people that passed from
generation to generation and spread by word of mouth. Urban legend is a story that is
spread not only through oral tradition, as time goes on through media such as television
and the internet. This kind of contemporary legend is still questionable, but it actually
reflects the imagination of urban communities mixed with local characteristics. This
study took seven stories as part of the research sample taken through interviews with
the public and sources from the internet. This study will classify urban legends by using
the Thompson classification to see the motives contained in the story. Based on the
analysis carried out, urban legends in Lampung are pretty much found and their
distribution is done through oral media and the internet. Urban legend in Lampung has a
high endurance in society because until now the contemporary folklore is still
disseminated by the generation after the birth of the urban legend story. It was also
found that the stories of urban legends in Lampung are compatible with the classification
of Thompson's motives.
Keywords: urban legend, motives, folklore
Abstrak
Penelitian ini mengkaji cerita tentang legenda urban yang ada di Lampung yang menjadi
bagian dari folklor, yaitu sebuah kepercayaan tradisional, adat istiadat, dan ki sah-kisah
masyarakat yang melewati generasi demi generasi dan tersebar da ri mul ut ke mul ut.
Legenda urban merupakan sebuah cerita yang sebarannya bukan ha nya me lalui l isan
melainkan juga melalui media semacam televisi dan internet. Cerita legenda
kontemporer semacam ini masih dipertanyakan kebenarannya, te tapi s esungguhnya
mencerminkan imajinasi masyarakat perkotaan yang bercampur dengan ka rakteristik
lokal. Penelitian ini mengambil tujuh cerita sebagai bagian dari sampel penel itian ya ng
diambil melalui wawancara dengan masyarakat dan sumber-sumber dari internet.
Penelitian ini akan mengklasifikasikan legenda urban dengan menggunakan kl asifi kasi
Thompson untuk melihat motif yang terdapat dalam cerita. Berdasarkan a nali sis ya ng
dilakukan, legenda urban di Lampung cukup banyak ditemukan dan persebarannya
dilakukan melalui media lisan dan internet. Legenda urba n di Lampung me mi liki da ya
tahan yang tinggi dalam masyarakat karena hingga saat ini cerita ra kyat kontemporer
tersebut masih disebarluaskan oleh generasi sesudah l ahirnya c e rita l e genda urba n
tersebut. Ditemukan pula bahwa cerita legenda urban yang ada di La mpung me mi li ki
kesesuaian dengan klasifikasi motif Thompson.
Kata kunci: legenda urban, motif, folklore
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 183—192
1. Pendahuluan
Cerita rakyat merupakan bagian dari
warisan budaya dan sumber daya
berharga bagi studi naratif, historis, dan
komparatif kontemporer. Warisan masa
lalu ini mencerminkan nilai-nilai moral
dan kepercayaan, identitas kelompok,
dan individu dari setiap masa. Selain itu,
cerita rakyat dapat dipelajari untuk
memahami pergerakan tuturan kisah
dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Folklor, seperti yang dikemukakan
oleh ahli, dapat menjelaskan asal usul
suatu masyarakat dan juga menjelaskan
situasi dan kepercayaan di masa lalu.
Cerita rakyat sebagai bagian dari folklor
merupakan peninggalan budaya dari
masa lalu. Richard Dorson (1968: 187)
mengemukakan, cerita rakyat merupakan
perlambang cerita takhayul kontemporer
dan cerita yang berasal dari generasi
masa kini.Cerita legenda urban sebagai
bagian dari folklor adalah kisah yang
dipercaya nyata dan benar-benar terjadi.
Kisah yang populer pada masyarakat
perkotaan ini menggambarkan peristiwa
yang aneh dan misterius yang disebarkan
dari mulut ke mulut.
Cerita legenda urban biasanya
berlatar di suatu tempat umum di tengahtengah masyarakat, misalnya rumah
kosong, kantor, hotel, pusat perbelanjaan,
dan jalan raya. Tokoh dalam cerita urban
legend merupakan tokoh atau tempat
yang mengalami kejadian aneh dan
mengerikan (Brunvand, 1999: 19). Lebih
lanjut, Brunvand menyatakan Legenda
kontemporer atau yang lebih populer
disebut dengan urban legend adalah
pengalaman seseorang ataupun cerita
yang belum tentu kebenarannya karena
berdasarkan kata orang, dengan latar
penceritaan
kontemporer.
Akhir
ceritanya pun kadangkala mengejutkan
184
(Brunvand, 2000). Ada pun Jean-Bruno
Renard (1999) mendefinisikan legenda
urban sebagai cerita anonim dengan
banyak variasi, ceritanya pun pendek,
dan seperti yang dikemukakan Brunvand,
memiliki akhir yang mengejutkan dan
dianggap sebagai sebuah kenyataan.
Cara penyebaran legenda urban
dalam masyarakat selain melalui mulut
ke mulut, juga merambah ke media sosial,
dan media internet. Legenda ini hidup
dengan bantuan masyarakat. Kisah yang
tersebar tentunya akan mendapat
tambahan di sana-sini sesuai dengan
sudut pandang penceritaan. Persebaran
lewat tradisi lisan dan media sosial serta
internet secara tak langsung menjadi
sebuah hiburan bagi penggemar ceritacerita horor karena umumnya ceritacerita dalam legenda urban menyeramkan. Legenda urban akan terus
diceritakan oleh masyarakat dan membuatnya
hidup. Brunvand
(2000)
berpendapat, kebanyakan legenda urban
memberikan
pesan
moral,
yang
ditafsirkan secara berbeda tergantung
pada masing-masing orang, walaupun
pesan moral tersebut tidak memiliki
makna yang terlalu dalam.
Victor Sage dalam bukunya yang
berjudul Horor Fiction in the Protestant
Tradition (1988) menyatakan bahwa
cerita horor bukanlah termasuk dalam
genre
sastra, dalam arti sempit,
melainkan sebuah respon budaya, yang
menyiratkan serangkaian hubungan yang
luas. Dengan seluruh budaya di tempat
sebuah cerita diciptakan memungkinkan
sebuah cerita yang bergenre horor
diciptakan
berdasarkan
pengalaman
pribadi yang berkaitan dengan budaya
masyarakat tempat subjek pencerita
berada.
Motif dan Cerita...(Diah Meutia H.)
Penelitian dan kajian mengenai cerita
rakyat kontemporer atau legenda urban
telah banyak dilakukan, di antaranya oleh
Ole Bjørn Rekdal (2014) yang berjudul
“Academic urban legends”. Penelitian
tersebut membahas mengenai cerita
legenda urban yang tercipta dari rumor
dalam masyarakat. Penelitian lain
mengenai legenda urban juga dilakukan
oleh Mary Diane Cantrell (2010) yang
berjudul “Urban Legend: Why People
Believe Them?”. Tesis Cantrell ini
berbicara tentang mengapa masyarakat
percaya dengan cerita legenda urban dan
bagaimana cerita rakyat kontemporer ini
bertahan dalam masyarakat. Selama ini
cerita rakyat kontemporer yang bergenre
horor
ditempatkan
dalam
posisi
terpinggirkan dalam genre sastra yang
dianggap lebih berbobot. Padahal banyak
mitos dan legenda yang terkait dengan
berbagai budaya yang menampilkan
kisah-kisah makhluk gaib. Berangkat dari
kisah horor bersumber dari legenda
urban dalam masyarakat, tulisan ini akan
membahas legenda urban di Lampung.
Penelitian ini hendak melihat bagaimana
masyarakat Lampung yang multikultur
memiliki latar belakang yang beragam,
melalui cerita rakyat kontemporer ini
akan terlihat perubahan sosial dalam
masyarakat, nilai-nilai yang dianut, dan
pergerakan cerita rakyat yang dinamis.
Thompson (1955). Ia mendefinisikan tipe
dongeng sebagai sebuah kisah tradisional
yang memiliki eksistensi yang berdiri
sendiri dengan narasi yang lengkap dan
tidak berhubungan dengan cerita lain.
Thompson
(1955: 415-416) mendefinisikan motif cerita rakyat sebagai
elemen terkecil dalam cerita yang
memiliki kekuatan untuk bertahan dalam
tradisi karena memiliki sesuatu yang
tidak biasa dan lain dari yang lain.
Sebagian besar motif dalam cerita rakyat
terbagi dalam tiga kategori. Pertama,
cerita rakyat dengan tokoh dewa, hewan
ajaib, makhluk seperti penyihir, raksasa,
peri, atau bisa jadi karakter manusia,
seperti anak bungsu kesayangan, bahkan
ibu tiri yang kejam. Kedua, dapat berupa
benda-benda
gaib,
tradisi
dan
kepercayaan aneh, dan sejenisnya. Ketiga,
sebuah peristiwa khusus. Klasifikasi
Thompson ini diterbitkan pada tahun
1955 sampai dengan tahun 1958 dalam
enam volume dengan judul Motif-Index of
Folk-Literature: A Classification of
Narrative
Elements
in
Folktales,
Ballads,Myths,
Fables,
Mediaeval
Romances, Exempla, Fabliaux, Jest-Books,
and
Local
Legends.
Buku
ini
mengklasifikasikan dan katalog motif
naratif cerita rakyat dalam masyarakat.
Thompson
mengklasifikasikan
motif
berdasarkan kategori berikut.
Kerangka Teori
A. Mythological Motifs (motif mitologi)
B. Animal Motifs (motif hewan)
C. Motifs of Tabu (motif tabu)
D. Magic( motif gaib)
E. The Dead (motif orang mati)
F. Marvels (motif keajaiban)
G. Ogres (motif gergasi, raksasa)
H. Tests (motif tes, ujian)
J. The Wise and the Foolish (motif si bijak
dan si bodoh)
K. Deceptions (motif tipu muslihat)
L. Reversals of Fortune( motif hadiah
kemenangan)
M. Ordaining the Future (motif nubuat)
Genre horor sering digolongkan oleh
para kritikus sastra sebagai kisah yang
bergenre fantastik. Definisi horor yang
lebih luas ini disebabkan penggabungan
dari kisah fantasi dengan kisah horror.
Padahal cerita horor dan fantasi memiliki
genre yang berbeda sesuai dengan
konteks budaya di mana sebuah karya
diproduksi.
Dalam studi folklor yang berkaitan
dengan cerita rakyat terdapat sebuah
klasifikasi yang membedakan antara tipe
dongeng dan motif yang dibuat oleh Stith
185
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 183—192
N. Chance and Fate (motif Kesempatan
dan takdir)
P. Society (motif masyarakat)
Q. Rewards and Punishments( motif
penghargaan dan hukuman)
R. Captives and Fugitives (motif tahanan
dan buronan)
S. Unnatural Cruelty (motif kekejaman
luar biasa)
T. Sex (motif seksual)
U. The Nature of Life (motif kehidupan)
V. Religion (motif agama)
W. Traits of Character (motif sifat
manusia)
X. Humor
Z. Miscellaneous Groups of Motifs (motif
lain-lain)
2. Metode Penelitian
Penelitian cerita legenda urban
dalam masyarakat Lampung dengan
menggunakan teori klasifikasi indeks
motif Thompson ini adalah penelitian
kualitatif.
Penelitian
kualitatif
ini
dilakukan
dengan
mendeskripsikan
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, dan persepsi. Unsurunsur dalam legenda urban dianalisis dan
diklasifikasikan dalam indeks motif
Thompson.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah tujuh cerita legenda urban di
Lampung, yaitu Rumah Kapal, Rumah
Sakit Kartika, Serimol (1), serimol (2),
Hantu Cut Bacut, Makhluk Penunggu
Sungai, dan Batu Berdarah. Dalam
penelitian kualitatif ini, data formal yang
akan dianalisis adalah motif yang
terdapat dalam ketujuh cerita ini.
Ketujuh cerita tersebut didapatkan dari
wawancara dengan narasumber dan
sumber-sumber internet.
Teknik pengolahan data dilakukan
dengan mengadakan studi kepustakaan
untuk mendapatkan data-data mengenai
ketujuh cerita rakyat ini. Selanjutnya
mengindentifikasi data yang diperoleh
agar diperoleh klasifikasi motif yang
186
terdapat dalam ketujuh cerita tersebut
dan didapatkan simpulan penelitian.
3. Hasil dan Pembahasan
KBBI mendefinisikan cerita rakyat
sebagai cerita dari zaman dahulu yang
hidup di kalangan rakyat dan diwariskan
secaralisan(https://kbbi.kemdikbud.go.id
/entri/cerita%20rakyat). Cerita rakyat
menurut Merriam-Webster adalah adat,
dongeng, perkataan, tarian, atau bentuk
seni tradisional dipertahankan oleh
masyarakat
(Merriam-Webster.com).
Merriam-Webster juga menambahkan
tambahan deskripsi cerita rakyat dengan
gagasan, cerita, atau perkataan yang
tersebar
luas
dalam
masyarakat.
Sementara itu, definisi yang diberikan
oleh Merriam Webster untuk legenda
urban adalah cerita menyeramkan
berdasarkan pada desas-desus dan
dianggap benar. Cerita rakyat sebagai
bagian
dari
budaya
masyarakat
diturunkan dari generasi ke generasi
untuk tujuan hiburan semata. Sementara
itu, legenda urban dianggap sebagai
bentuk cerita rakyat modern yang
dimaksudkan sebagai peringatan yang
diciptakan masyarakat agar anggota
masyarakat mematuhi aturan yang dibuat
masyarakat.
Legenda urban adalah bentuk
populer dari cerita rakyat modern di
masyarakat saat ini. Legenda semacam ini
kebanyakan mengisahkan kisah sial atau
bahkan
seram
dengan
terperinci.
walaupun hanya mengandung sedikit
kebenaran, atau mungkin tidak benar
sama sekali, umumnya masyarakat
menerimanya sebagai fakta dan sangat
cepat penyebarannya. Legenda urban
seperti ini sering kali ditambah dan
dibumbui sesuai dengan karakter wilayah
masing-masing. Cerita legenda urban
biasanya memiliki tipe dan motif tertentu
karena cerita yang tersebar dan
diturunkan akan mengalami perubahan
Motif dan Cerita...(Diah Meutia H.)
versi lewat penuturan dari mulut ke
mulut (Brunvand, 1999:19).
Legenda urban berasal dari cerita
rakyat, peristiwa aktual yang terjadi di
masa kini, dan tabu yang diciptakan
masyarakat agar anggota masyarakat
mematuhi aturan. Seperti halnya cerita
rakyat, legenda urban mengandung
unsur-unsur tetap yang muncul dalam
berbagai cerita rakyat dari berbagai
belahan dunia. Unsur tetap ini tentu saja
disertai dengan variabel lain sebagai
bumbu-bumbu suatu cerita tertentu.
Saat ini, legenda urban tidak lagi
menjadi ciri budaya naratif suatu suku
atau bangsa tertentu, legenda ini masuk
dalam kelas yang sama dengan tradisi
lisan lainnya dari seluruh dunia.
Maraknya
legenda
urban
dalam
masyarakat kontemporer disebabkan
oleh meningkatnya mobilitas masyarakat
modern melalui berbagai sektor mulai
dari pariwisata sampai dengan jaringan
komunikasi yang tidak terbatas. Legenda
urban
dianggap
sebagai
indikasi
masyarakat luas di berbagai belahan
dunia, baik yang tinggal di desa maupun
di kota memiliki nilai-nilai, keinginan, dan
kecemasan yang sama. Legenda urban
pada dasarnya bagian dari tradisi lisan
karena keberadaannya yang dihasilkan
dan disebarkan dari dari mulut ke mulut.
Brunvand (1981) membuat penelitian
tentang legenda urban yang berjudul
“The Vanishing Hitchhiker: American
Urban Legends and Their Meanings”.
Brunvand memaparkan hasil penelitian
dengan mendeskripsikan plot secara
umum.
Pendeskripsian
plot
akan
memperlihatkan apakah suatu tema
memiliki akar dan motif yang sama
dengan versi yang lain. Brunvand
mendeskripsikan dalam cerita tentang
pembonceng yang hilang. Dari penelitian
tersebut ditemukan unsur-unsur tetap
dalam cerita tersebut adalah sebagai
berikut.
1. pengemudi biasanya berkendara di
malam hari
2. mengambil pembonceng (biasanya
perempuan)
3. pembonceng menghilang
4.penjelasan
yang
diberikan
oleh
penduduk setempat
Unsur-unsur tambahan dimasukkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
setempat. Mengambil contoh dari kisah
pembonceng yang hilang, pencerita dapat
menggambarkan orang yang mengendarai mobil, merek mobil, kondisi
jalan, pemandangan lokal, nama tempat
kejadian, penampilan atau pakaian
penumpang dengan penjelasan yang
bervariasi.
Cerita dengan pola yang sama
terjadi di Yogyakarta. Unsur-unsur
tetapnya adalah seorang pengemudi ojek
daring mendapat pesanan di malam hari
dari
seorang
perempuan.
Dalam
perjalanan pembonceng menghilang.
Pengemudi
mendapati
pembonceng
menghilang di kawasan pekuburan.
Penjelasan yang didapat dari masyarakat
sekitar, di kawasan tersebut sering
terjadi peristiwa gaib yang berhubungan
dengan hantu. Unsur-unsur tambahan
yang membumbui cerita ojek daring
tersebut adalah pembonceng yang
menghilang di kawasan pekuburan
(https://m.liputan6.com/regional/read/
4068493/heboh-sosok-mistis-aisyahorder-ojek-online-di-yogyakarta).
Berikut ini adalah legenda urban
yang menjadi sampel penelitian dalam
makalah ini.
Teks 1 “Rumah Kapal”
Rumah kapal adalah sebutan bagi sebuah
rumah yang dianggap berhantu oleh
masyarakat Lampung. Karena
keangkerannya, Rumah Kapal pernah
digunakan sebagai lokasi syuting acara
televisi “Uji Nyali” (https:travel.detik.com
domestic-destination › datang-)
187
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 183—192
Berikut ini adalah narasi “Rumah Kapal”.
Ada sebuah rumah tak terurus dan tak
beratap yang disebut “Rumah Kapal”
karena jika diperhatikan, bentuknya
seperti kapal. Menurut desas-desus yang
beredar, di rumah kapal sering terlihat
penampakan. Kisah yang beredar di
masyarakat, di sana pernah terjadi
pembunuhan sehingga sering terjadi
peristiwa gaib. Konon katanya, pernah
ada perempuan yang terbunuh. Rumah
kapal juga kerap terbakar sehingga
ditinggalkan penghuninya.
Warga sering mendengar suara wanita
tertawa dari dalam rumah tersebut.
Hantu yang sering menampakkan diri,
diantaranya hantu berbaju merah,
makhluk berwarna hitam, ular raksasa,
dan
manusia
berkepala
harimau.
Keangkeran rumah kapal menyebabkan
tempat ini menjajdi semacam tempat uji
nyali dan dikunjungi orang.Cerita dengan
motif seperti ini dapat ditemukan dalam
klasifikasi Thompson pada kategori E531.
E531. Ghost-like building.
Narasi teks pertama mendeskripsikan
tentang sebuah rumah berhantu yang
dihuni oleh makhluk gaib. Dari penelitian
tersebut ditemukan unsur-unsur tetap
dalam cerita tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Rumah kosong, bekas terjadinya
peristiwa pembunuhan dan kebakaran.
2. Adanya makhluk gaib semacam
kuntilanak,
hewan
jadi-jadian
semacam harimau dan ular.
3. Makhluk gaib menampakkan diri di
hadapan manusia
4. penjelasan yang diberikan oleh
penduduk setempat
Unsur-unsur tambahan dimasukkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
setempat. Pencerita atau saksi mata
mengungkapkan keadaan rumah kapal
yang rusak tanpa atap bekas terbakar dan
ditumbuhi ilalang di sana-sini. Letak
188
rumah berada di jalan yang tidak terlalu
ramai sehingga mendukung keangkeran
rumah kapal. Cerita legenda urban rumah
kapal setipe dengan bangunan peninggalan Belanda, Lawang Sewu, di
Semarang. Cerita dengan motif seperti ini
dapat ditemukan dalam klasifikasi
Thompson pada kategori E. The Dead
subkategori E531. Ghost-like building,
E520. Animal ghosts
Teks 2 “Rumah Sakit Kartika”
Narasi Rumah Sakit kartika yang terletak
di Garuntang, Bandarlampung, adalah
rumah sakit yang sudah tidak digunakan
lagi.
(https:www.wattpad.com/648461120ensiklopedia-misteri-horor-budayaindonesia-angker)
Ada sebuah rumah sakit yang saat ini
telah ditutup di awal tahun 2000 dan
meninggalkan bangunan yang tak terurus
yang
berlokasi
di
wilayah
Bandarlampung, yaitu rumah sakit
Kartika. Konon katanya, rumah sakit ini
ditutup karena pemiliknya bangkrut dan
tak dapat lagi membiayai operasi rumah
sakit tersebut. Menurut penuturan warga
setempat, di lokasi tersebut sering
dijumpai sosok kuntilanak yang menyeramkan. Di bagian-bagian tertentu
rumah sakit terdapat hantu yang
bermacam-macam, diantaranya sesosok
anak kecil berlumuran darah yang suka
mengganggu pengunjung destinasi wisata
malam karena rumah sakit ini menjadi
salah satu tujuan wisata horor yang
memiliki penggemarnya sendiri. Dari
dalam rumah sakit juga sering terdengar
suara perempuan menangis dan menjerit
kesakitan. Sering pula tercium bau darah
dari dalam rumah sakit yang membuat
suasana semakin mencekam. Narasi teks
kedua mendeskripsikan cerita tentang
bangunan bekas rumah sakit yang
menurut penuturan masyarakat sekitar
berhantu. Sering terjadi penampakan dan
Motif dan Cerita...(Diah Meutia H.)
suara-suara mengerikan yang berasal
dari dalam rumah sakit. Dari penelitian
tersebut ditemukan unsur-unsur tetap
dalam cerita tersebut.
1. Sebuah bangunan terbengkalai
2. makhluk gaib menampakkan diri,
terdengar suara-suara mengerikan
dari dalam gedung.
4. penjelasan yang diberikan oleh
penduduk setempat
Masyarakat menjadikan lokasi rumah
sakit sebagai destinasi wisata malam
dengan tujuan melihat penampakan.
Menurut penuturan orang-orang yang
pernah berkunjung ke rumah sakit,
seringkali tercium bau amis darah.
Kadangkala juga terdengar suara orang
menjerit kesakitan. Cerita dengan motif
seperti ini dapat ditemukan dalam
klasifikasi Thompson pada kategori E.
The Dead(Orang mati) subkategori E531.
Ghost-like building(bangunan berhantu),
E490. Meetings of the dead(Pertemuan
dengan orang mati) dan E530. Ghosts of
objects(benda berhantu)
Teks 3 “Serimol(1)”
Kisah mengenai makhluk ini diceritakan
oleh Zonizar, salah satu masyarakat
Tanggamus yang mendapatkan cerita ini
dari nenek-kakeknya. Makhluk Serimol
merupakan makhluk jadi-jadian yang
tinggal di dalam hutan di Tanggamus.
Makhluk Serimol ini seringkali diceritakan oleh orang-orang tua sebagai
peringatan agar anak-anak tidak bermain
ke dalam hutan. Berikut ini narasi
Sekhimol
berdasarkan
penuturan
penduduk.
Di Tanggamus ada makhluk yang
bernama Serimol atau Sekhimol. Manusia
ini berbentuk seperti monyet atau
manusia setengah purba. Menurut
masyarakat
Tanggamus,
Serimol
merupakan penghuni hutan-hutan di
Lampung. Kekuatan Serimol setara
dengan kekuatan sepuluh orang dewasa.
Ciri khas Serimol adalah memiliki kaki
dengan tumit di depan yang fungsinya
untuk mendaki bukit yang curam dan
mengecoh
binatang
yang mencari
jejaknya.
Narasi teks ketiga mendeskripsikan cerita
makhluk gaib Serimol. Dari penelitian
tersebut ditemukan unsur-unsur tetap
dalam cerita tersebut adalah sebagai
berikut.
1. makhluk gaib yang tidak memiliki jenis
kelamin, purba
2. memiliki kekuatan gaib
3. penampilan seram dan mengerikan
4.penjelasan
yang
diberikan
oleh
penduduk setempat.
Unsur-unsur tambahan oleh masyarakat
seperti mengenai Serimol yang bertempat
tinggal di semua hutan di Lampung.
Selain itu, penduduk menggambarkan
tampilan Serimol dengan tumit Serimol
yang terbalik. Cerita dengan motif seperti
ini dapat ditemukan dalam klasifikasi
Thompson pada kategori B. Animals
subkategori B.20 Beast Men, kategori G.
Ogres(Raksasa atau gergasi) subkategori
G150.
Giant
ogres—miscellaneous
(Macam-macam raksasa)
Teks 4 “Serimol(2)”
Serimol dalam narasi legenda urban yang
ada di Lampung Selatan berjenis kelamin
perempuan. Perempuan ini suka mencari
mangsa di jam-jam tertentu dengan
menculik anak kecil.
Versi lain dari Serimol atau Sekhimol
ditemukan di daerah Lampung Selatan
melalui wawancara dengan narasumber
bernama Jaya. Makhluk Serimol di
wilayah tersebut dipercaya sebagai
sesosok perempuan yang suka menculik
anak kecil. Serimol ini biasanya keluar
mencari mangsa di jam-jam tertentu,
189
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 183—192
diantaranya pukul 6 sore sampai dengan
pukul 12 malam.
Narasi teks keempat mendeskripsikan
cerita tentang sesosok hantu perempuan
yang suka menculik anak kecil. Dari
penelitian tersebut ditemukan unsurunsur tetap dalam cerita.
1. makhluk hantu berjenis perempuan
2. menculik anak-anak
3. desas-desus
Unsur-unsur
tambahan
dimasukkan
adalah hantu ini muncul di jam tertentu
di waktu senja dan tengah malam untuk
menyesuaikan
dengan
kondisi
di
Lampung Selatan yang belum terlalu
ramai. Cerita dengan motif seperti ini
dapat ditemukan dalam klasifikasi
Thompson pada kategori G. Ogres
(Gergasi atau raksasa) subkategori G10—
G99. Cannibals and cannibalism (kanibal)
Teks 5 “Hantu Cutbacut”
Di Kabupaten Tulangbawang Barat
terdapat kisah mitos hantu Cutbacut,
hantu gaib pemakan mayat. Hantu
Cutbacut menyebarkan wabah penyakit
dalam masyarakat yang menyebabkannya
diburu oleh masyarakat. Mitos tentang
hantu Cutbacut sangat terkenal, bahkan
sampai dialihwahanakan oleh masyarakat
setempat dalam bentuk tarian perburuan
hantu Cutbacut.
2. berdasarkan penjelasan yang diberikan
oleh penduduk setempat.
Unsur-unsur tambahan yang dimasukkan
adalah kepercayaan bahwa Cutbacut suka
menyebarkan penyakit di antara warga
Tulangbawang Barat. Cerita dengan
hantu yang sama juga dikenal di Pulau
Kalimantan yang disebut dengan Kuyang,
yaitu hantu setengah badan. Cerita
dengan motif seperti ini dapat ditemukan
dalam
klasifikasi
Thompson
pada
kategori E.. The dead (Orang mati)E.200E599 The Ghost and other revenant
(Hantu
dan
reinkarnasi)
E.200
Malevolent return from the dead
Teks 6 “ Makhluk Penunggu Sungai”
Berdasarkan
wawancara
dengan
narasumber bernama Andrean , di desa
Karta, Kabupaten Tulangbawang Barat
terdapat sungai yang mengalir sampai
Menggala. Masyarakat setempat dilarang
mandi terlalu lama karena terdapat
makhluk penunggu sungai yang akan
menarik anak kecil ke dalam pusaran air.
Teks keenam mendeskripsikan
cerita
tentang makhluk penunggu sungai. Kisah
tersebut dalam bahasa Lampug disebut
bayi tijang buwok. Dari penelitian
tersebut ditemukan unsur-unsur tetap
dalam cerita tersebut adalah sebagai
berikut.
1. anak-anak kecil bermain di sungai
Narasi teks kelima mendeskripsikan
cerita tentang makhluk Cutbacut. Kisah
Cutbacut
merupakan
kisah
yang
diceritakan salah satu masyarakat adat di
kabupaten Tulangbawang Barat bernama
Anshori.
Dari
penelitian
tersebut
ditemukan unsur-unsur tetap dalam
cerita tersebut adalah sebagai berikut.
1. hantu berbentuk setengah badan
dengan usus terburai.
190
2. diseret ke dalam pusaran oleh makhluk
penunggu sungai
3. berdasarkan penjelasan yang diberikan
oleh penduduk setempat.
Unsur-unsur
tambahan
dimasukkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi
setempat, yaitu pusaran air yang berasal
dari perbuatan makhluk penunggu
sungai. Cerita ini diduga diciptakan
masyarakat
agar
anak-anak tidak
bermain di sungai karena berbahaya.
Motif dan Cerita...(Diah Meutia H.)
Makhluk ini merupakan unsur tambahan
karena tidak ada anak yang terseret ke
dalam sungai. Cerita dengan motif seperti
ini dapat ditemukan dalam motif indeks
klasifikasi Thompson pada kategori C.
Tabu subkategori C40. Tabu: offending
spirits
of
water, mountain, etc.
(menyinggung makhluk penunggu air)
dan C90. Other tabus in connection with
sacred beings(hal tabu berkaitan dengan
sesuatu yang dikeramatkan).
Teks 7 “ Batu Kepampang”
Berdasarkan wawancara dengan narasumber yang berasal dari desa Karta dan
desa Panaragan di kabupaten Tulangbawang Barat yang bernama Andrean
dan Abdi Jaya. Batu Kepampang adalah
cerita tentang pertandingan kesaktian
antara dua orang panglima. Panglima
yang kalah disembelih lehernya di atas
batu yang berbentuk pipih. Sejak saat itu,
apabila bulan purnama telah tiba,
terdengar suara orang berkelahi dan batu
tersebut mengeluarkan bau amis darah
apabila terjadi hujan panas.
Dalam versi lain di daerah Kenali,
Lampung Barat. Batu Kepampang adalah
tempat eksekusi orang yang melanggar
hukum dan norma dengan cara
disembelih lehernya di atas batu. Hukum
masyarakat ini kemudian dihapuskan
oleh pemerintah Belanda.
Narasi teks ketujuh mendeskripsikan
dalam cerita tentang batu tempat
eksekusi
manusia
dengan
cara
disembelih. Dari penelitian tersebut
ditemukan unsur-unsur tetap dalam
cerita tersebut adalah sebagai berikut.
1. batu pipih bernama batu kepampang
yang berada di dua lokasi berbeda di
Tulangbawang Barat dan Lampung Barat
2. penjelasan yang diberikan oleh
penduduk setempat
Unsur-unsur tambahan yang dimasukkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi
setempat adalah lokasi di Tulangbawang
Barat memiliki kisah yang berbeda
dengan Lampung Barat. Perbedaan
terletak pada unsur tambahan dari
Kabupaten Tulangbawang Barat berupa
narasi “saat bulan purnama terdengar
suara orang berkelahi dan saat hujan
panas tercium bau amis darah yang
berasal dari batu”. Cerita dengan motif
seperti ini dapat ditemukan dalam
klasifikasi Thompson pada kategori D.
Magic subkategori D800. Magic object
(benda ajaib)
4. Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, legenda urban merupakan bagian
dari tradisi lisan modern yang disebarkan
lewat sarana yang lebih canggih daripada
sarana mulut ke mulut. Hal ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi
dengan memanfaatkan media televisi dan
internet. Ini berarti bahwa legenda urban
tidak memiliki struktur intrinsik cerita
karena
narasi
yang
disampaikan
dilakukan dengan beragam cara. Bentukbentuk cerita rakyat dalam suatu
masyarakat juga dapat dilihat telah
mengalami
pengulangan-pengulangan
yang terlihat melalui kesesuaian motif
indeks cerita rakyat milik Thompson. Ini
artinya, suatu cerita bisa memiliki banyak
versi di berbagai tempat karena legenda
urban memproduksi ceritanya melalui
mulut ke mulut, disampaikan dari teman
ke teman dan akan terus berputar seperti
itu dari waktu ke waktu. Cerita Legenda
urban tentunya juga memperkaya
khasanah cerita rakyat di nusantara.
Daftar Acuan
Brunvand, J.H. 1981. The Vanishing Hitchhiker:
American Urban Legends and Their
Meanings. New York: W.W. Norton.
191
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 183—192
Brunvand, J.H. 1999. Too Good To Be True. New
York: W.W. Norton
Brunvand, J. H. 2000. The truth never stands in
the way of a good story. Chicago:
University of Illinois Press
Dorson, Richard M. 1968. The British folklorists,
a history. Chicago: University of Chicago
Press
Rekdal, Ole Bjorn. 2014. Academic Urban
Legends. Social Studies of Science.
Sagepub. Vol. 44(4) 638–654
Renard, Jean-Bruno. 1999. Rumeurs et légendes
urbaines / Jean-Bruno Renard. Paris :
Presses universitaires de France,
Sage,Victor. 1988. Horror Fiction in the
Protestant Tradition. London: Martin's
Press
192
Thompson, Stith. 1955. Motif-Index of FolkLiterature, Volume 1. Indiana University
Press: Indiana
Sumber Internet
https://www.wattpad.com/648461120ensiklopedia-misteri-horor-budaya-i ndonesiaangker
https://www.merriam-webster.com/
https://travel.detik.com › domestic-destination
› datang-...
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/cerita%20ra
kyat
https://www.kaskus.co.id › thread › kisahnyata--7-rute-...
https://m.liputan6.com/regional/read/4068493
/heboh-sosok-mistis-aisyah-order-ojek-onlinedi-yogyakarta